Kamis, 13 Desember 2012

CUMA BISA DIAM


Jadi beberapa hari yang lalu si Ayu, Erwin, dan Camon ngasih tahu kalau ada acara kece dengan narasumber favorit saya. Siapa lagi kalau bukan Bang Darwis (Tere Liye). Bagaimana gak, hampir tiap bulan beli bukunya Bang Darwis. Ngomongin bukunya Bang Darwis. Ajakin si Camon nonton film yang diadaptasi dari bukunya Bang Darwis.

Erwin sama Ayu sampai pernah memberikan kado salah satunya buku Bang Darwis ketika saya ulang tahun kemarin. Kado yang bikin loncat-loncat hati. Rembulan tenggelam di wajahmu. Buku yang paling mahal diantara bukunya Bang Darwis, kalau gak salah lihat sih.

Nah balik lagi nih. Berhubung saya agak sedikit ragu Bang Darwisnya mau datang, tengoklah page Bang Darwis yang gak ada pemberitahuan mengenai acara ini, saya jadi agak sedikit ragu mem-publish berita ini. Takut mengecewakan orang banyak. Alhasil ya gitu, saya cuma ngasih tahu ke satu teman yang kayaknya suka juga sama Bang Darwis.

Hari h tiba, dari pagi sudah ribet beresin kamar, nyetrika baju, nyuci baju. Kelihatan banget antusiasnya. Jarum jam nunjukin pukul 08.00 teng . . .

Berhubung janjian sama Camon mau ke GSG IT Telkom bareng, saya samperinlah ke kamar. Deng dong . . . . . . kamarnya gelap, si Camon masih di alam mimpi. Yo wess, saya balik ke kamar, ol sebentar, sembari menunggu.

Menit beganti, waktu menunjukkan pukul 09.00, terdengar suara air keran mengalir dari kamar Camon. Jebar jebur. Sepertinya dia lagi mandi.

"Ca, jadi gak nih? aku udah siap" gak sabar teriak dari depan pintu.

"Kak ternyata aku ada kuliah"

Ah si Camon. Aku melengos ke kamar, membalas sms Erwin. Janjian bertemu di kampus setelah dia kuliah. Finally, setelah menunggu beberapa menit nyampe juga di kampus. Saya duduk-duduk doang di depan GSG. Mau masuk tapi malu dan masih nungguin si Erwin bareng Ayu 'kokomala'.

Eng ing eng, setelah melewati prosedur bikin twit tentang acara hari ini masuklah kita ke GSG. Saya cuma bisa kaku. Berjalan cepat, mencari-cari sosok Bang Darwis. Dan mata saya langsung tertuju pada sosok yang berbeda sendiri di tengah panggung. Sweater Bandung cokelat dengan kupluk abu-abu. Bang Darwis terlihat begitu casual, jauh dari bayangan saya. Saya pikir Bang Darwis akan mengenakan kemeja dan celana kain, formal. Ternyata tidak.

Pada saat saya datang, Bang Darwis sedang menerima pertanyaan dari moderator. Duh, jadi dingin gini nih badan. Selalu begini kalau ketemu orang yang sangat dikagumi. Dulu sewaktu datang ke konser IAA ITTelkom buat lihatin Duta SO7 juga bertindak aneh kayak gini.

Beberapa kata hal dari Bang Darwis yang masih saya ingat ketika acara tadi :

1. Kalau mau nulis itu disiplin, buah manisnya bakal dipetik bertahun-tahun kemudian. Bersabar.

2. Saya punya banyak sekali bangkai tulisan di komputer, entah sekarang sudah jadi apa. Saya juga terkadang bingung menentukan akhir cerita makanya ada beberapa cerita saya yang menggantung begitu saja. Tapi, bukankah itu indahnya menulis?

3. Inspirasi bisa datang darimana saja bahkan dari sosok terdekat sekali pun.

4. Penulis adalah pekerjaan yang luar biasa, kamu bisa tetap menjadi dokter, akuntan, atau apapun sambil menjadi penulis.

5. Jadikan menulis itu kebiasaan, ibarat makan. Tidak ada yang merasa terpaksa makan bukan? Atau tidak ada yang terpaksa (maaf) buang air besar bukan? Jadikan menulis seperti itu.

6. Jangan pernah takut ditolak. Saya saja ditolak beberapa kali. Hafalan shalat Delisa ditolak Mizan, pada waktu itu dengan alasan Mizan telah menerbitkan 3 buku dengan tema tsunami. Gramedia juga, dengan alasan belum menerbitkan buku-buku religi, pada waktu itu. Tapi jangan menyerah. Jadikan itu semua pembelajaran.

Nah itulah beberapa hal yang saya ingat. Selain itu saya juga ingat senyum lebar Bang Darwis, terlihat ramah dan kritis. Ah sayang sekali saya tidak sempat berfoto dengan Bang Darwis. Semoga diberi kesempatan bertemu lagi, aamiin.

- Regards Pipit, menulis dan menggambar karena cinta -

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

what do u think, say it !