Jumat, 28 Desember 2012

ILALANG SORE


Hallo ilalang sore. Aku mau bercerita.
Belakangan ini banyak sekali derita dan rasa sakit. Entah menimpa mereka, dia, bahkan aku. Ada yang merengutkan wajah. Mencaci kesibukan. Nelangsa meratapi hidup sendiri. Bercuap tentang hampa dan mengenaskannya hidup. Mereka bisa berbagi.

Hallo ilalang sore. Aku mau bercerita.
Sudah terhitung beberapa hari aku bergelung dengan sakit yang menusuk. Menggeliat setiap malam, menangis tiada henti. Tapi apa daya seorang manusia yang sejak dulu bersembunyi? Tidak ada yang tahu.

Hallo ilalang sore.

Jika aku tidak mengajakmu berbicara lagi, mungkin aku sudah menemukan jalanku. Merentangkan sayap menuju nirwana.

- Regards Pipit, menulis dan menggambar karena cinta -
Read More..

Kamis, 27 Desember 2012

LOVELY BOY


Yang klasik itu indah, bukan kuno. Semacam kucing hitam, apalagi kalau yang jenisnya British Bombay Cat, hitamnya cadas banget.
Kenalkan, namanya Noir. Umurnya sudah hampir setahun lebih.

soon human, soon . . .
Noir, si kucing hitam blasteran Persia, lokal, dan siam. Bulunya berwarna hitam kecoklatan. Dia paling peka terhadap suara dan gerak seseorang. Akan menggigit jika disentuh perutnya.

where is my bride?
Sebenarnya Noir sudah seharusnya dikawinkan. Tapi, pemacakan di petshop mahalnya bukan main. Dijodohkan dengan beberapa kucing milik teman, belum pada siap dan ada yang akhirnya membatalkan. Dicarikan kucing lokal yang cantik, malah diajak berkelahi.

hello . . .
Belakangan ini Noir jarang diajak main ke petshop langganannya. Selain karena pengeluaran yang harus dikencangkan, berat Noir pun bertambah drastis. Badannya semakin bulat dan gempal. Sedangkan pemilik memiliki badan yang kecil dan sayangnya tidak memiliki kendaraan sendiri. Noir harus diangkat menggunakan keranjang dari kost hingga perempatan. Berat~

I'm not fat, just cute . .
. . .
Noir suka memperhatikan sesuatu yang bergerak-gerak di dekatnya. Berdiam diri beberapa saat kemudian menerkam sesuatu yang bergerak itu.





Semua sayang Noir.



- Regards Pipit, menulis dan menggambar karena cinta -
Read More..

Rabu, 26 Desember 2012

CUKUP SUDAH

Tatkala kau pikir segala pujian itu indah, mohon pikir sekali lagi. Beberapa hari ini Cahaya sibuk mematutkan bayangan tubuhnya diantara lingkar kehidupan. Merangkai berbagai pola makna dibalik semua sirat rona kebahagiaan. Tidak terhitung berapa kali airmatanya mengalir.

Malam ini, malam keseratus. Genap sudah bulir airmata jatuh merembes kain selimut miliknya. Suara-suara sumbang penuh caci merobek jantung hatinya. Mereka yang dulu mengagungkannya, melempar dia begitu saja. Hanya karena setitik noda. Apalah arti susu sebelanga jika ada nila menetes di kualinya, begitu kata orang.

Tatkala kau pikir segala pujian itu indah, mohon pikir sekali lagi.

Manusia selalu merasa benar untuk urusan kehidupan. Padahal kuasa Tuhan jauh lebih benar, siapa kita berani sekali menghakimi seseorang? (catatan lain, pengingat diri, maaf atas segala salah)

- Regards Pipit, menulis dan menggambar karena cinta -
Read More..

Sabtu, 22 Desember 2012

SELAMAT HARI IBU

Status selamat hari Ibu bergema di sana sini. Saya juga ikut memeriahkannya. 22 Desember 2012, Hari Ibu Nasional digaungkan sekali lagi. Perayaan khusus untuk menghargai jasa para Ibu terlihat di sana sini. Indah sekali.

"Assalamualaikum wr wb
Selamat hari Ibu, terimakasih Bu sudah melahirkan dan merawat Fitri hingga sebesar ini. Semoga Fitri bisa jadi Ibu yang baik seperti Ibu, aamiin"

Sms shubuh yang menggetarkan hati. Singkat tanpa prosa tetapi mewakili rasa hati. Itu cukup.

"Waalaikumsalam wr wb
Makasih nak, kata Ayah kamu gak ngucapin selamat hari Ayah juga?"

Saya cuma bisa senyum-senyum melihat sms singkat itu. Ada-ada saja si Ayah.

Balik lagi ke dunia maya, saya kembali tersenyum. Ada beberapa teman yang menegur tentang hari Ibu, semisal "Apa Ibunya facebook?" "Setiap hari itu hari Ibu kali, selamat hari Sabtu" "Gak ngucapin langsung malah sibuk bikin status"

Aduh, ada apa ini? tegurannya bagus, mari lihat positifnya. Mereka mengingatkan kita untuk tidak hanya sekedar menuliskan status tetapi bertindak langsung cuma . . ah andai saja penyampaiannya lebih indah, mungkin banyak yang tersentuh.

Ingat, semakin engkau memojokkan seseorang dengan tekanan kata-katamu, orang itu gak akan mau mendengar. Peluk lembut, tegur yang halus. Ini konteksnya untuk menegur orang secara massal, menegur seperti hari ini karena tidak semua orang memiliki penyikapan yang sama. Saya setuju kalau ada baiknya mengucapkan langsung tetapi saya tidak melarang untuk menulis status. Bukan karena saya juga menulis status, lebih kepada menghargai hari ini. Hari ini refleksi cinta negara ini untuk para Ibu. Harapan mendekatkan anak dengan Ibunya pun semoga tercipta di hari ini (yang jauh menjadi dekat, yang dekat semakin dekat).

Bagusnya juga, para Ibu akan merasa sangat dihargai, dicintai, dan dikagumi. Ibu kan seorang wanita dan seorang wanita senang ketika dihargai dan dicintai, (semua orang sih gitu kali ya). Dan kali aja setelah lewatnya hari ini para Ibu akan tersenyum semangat mengurus keluarga. Indah bukan? Iya indah jika semua hal disikapi dengan positif dan halus.

Ah, sudahlah. Sekali lagi ada baiknya menempatkan prasangka positif di atas segalanya. Selamat hari Ibu. Mari ikut mengingat dengan mengucapkan langsung, menulis status, menghadiri acara-acaranya, atau hal positif lainnya.

- Regards Pipit, menulis dan menggambar karena cinta -
Read More..

Jumat, 21 Desember 2012

HABIBIE DAN AINUN, CINTA SEJATI CINTA

Mau ikut-ikutan mainstream, boleh?

Jadi dalam sebulan ini saya habiskan minggu per minggu dengan menonton film adaptasi novel ternama, karya anak bangsa. Bidadari-bidadari surga, 5 cm, Habibie dan Ainun sebut saja itu adalah jejeran film yang menggugah minat apalagi buat para pembaca setia.

Kali ini saya mau membahas Habibie dan Ainun karena permasalahan cinta kaum Adam dan Hawa sangat menggugah minat untuk dibahas, bener apa bener?

Saya sempat membaca novelnya secara sekilas (karena hanya meminjam jadi hanya sekilas), rasa cinta Pak Habibie tergambar jelas di sana. Saya makin bersemangat untuk menonton film tersebut apalagi melihat trailernya, ada sosok Reza Rahardian di sana. Buat saya, Reza Rahardian adalah aktor yang hebat. Setiap karakter yang diperankannya selalu dijiwai dengan baik.
Terbukti dengan film Habibie dan Ainun ini. Beberapa penghuni bioskop berdecak kagum melihat pembawaan dan cara bicara Reza Rahardian yang memang mirip Pak Habibie.

Awal permulaan film, penonton dibuat tertawa oleh sikap Pak Habibie kecil yang lucu.

"Ainun kau itu jelek, gendut, hitam seperti gula Jawa"

Terbayang raut wajah Ibu Ainun mendengar kata yang diucapkan Pak Habibie kecil tepat di hadapannya. Tapi lihatlah, beberapa tahun kemudian mereka bersatu hingga akhir hayat. Pak Habibie berjanji untuk menjadi seorang suami yang baik dan Ibu Ainun berjanji untuk selalu mendampingi Pak Habibie. Sama-sama saling mengingatkan dan menghargai juga percaya. Tidak ada kekang mengekang dan menggurui. Hubungan dilalui dengan ikhlas sesuai janji yang ada. Indah sekali.

Terlepas dari kekurangan yang ada (detail yang kurang semacam kemunculan sebuah makanan di era yang seharusnya belum ada makanan tersebut dan sebagainya), film ini adalah film yang layak sekali untuk ditonton apalagi untuk mereka yang memiliki pasangan. Yah, kesampingkan dulu nonton Hobbit, mari hargai kerja keras insan perfilm-an Indonesia dan ingat, ambil hal-hal positifnya dan jangan terlalu terhanyut serta ikut-ikutan hal yang tidak penting. Adios!


Cinta sejati adalah milik mereka yang berani memegang teguh janji cinta dengan tidak menangisi kepergian yang lain karena yakin suatu saat nanti akan dipertemukan kembali.


- Regards Pipit, menulis dan menggambar karena cinta -
Read More..

Rabu, 19 Desember 2012

PIMPI SI PELUKIS MIMPI

namanya Pimpi, umurnya tidak diketahui

Sebuah penghapus menggelinding pasrah dari atas meja, tersenggol siku yang runcing dan bergerak ke sana kemari. Rautan pensil memenuhi meja, sudut-sudut kaki meja, bahkan tegel putih bersih. Beberapa cat tampak tumpah begitu saja, meresap di atas kain kanvas yang membisu di bawah meja.

"Yah yah . ." Pimpi mendesis melihat tumpahan cat.

Tangan mungilnya dengan sigap menyamarkan tetesan cat. Padang bunga yang tadi dibuatnya kembali sempurna. Warna-warni dengan bau tiner membekas pada kanvas. Pimpi melompat ke atas kursi, mulai melanjutkan sketsa puteri duyung berambut kuning. Sesekali digigitnya crayola dengan gemas. Menepuk-nepuk crayola itu ke ujung meja.

Done.

Dia bergumam di dalam hati, membuka lembar sketchbook A5 miliknya. Titik-titik kembali menjalin, memilin warna crayola menjadi sebuah garis. Seorang gadis berambut pink dengan topi mungil di ujung kepalanya pun mencuat. Lembaran sketchbook putih tadi telah berubah. Pimpi tersenyum.


- Regards Pipit, menulis dan menggambar karena cinta -
Read More..

Selasa, 18 Desember 2012

KEPEDULIAN BULAN MENANAM POHON

Tanah basah berhamburan. Dua sekop kecil mencungkil gundukan tanah dengan cepat. Srek. Srek. Sarung tangan karet kebesaran membungkus tangan-tangan mungil pemegang sekop.

Splash.

Gundukan kecil tanah yang dicungkil melompat pintar ke wajah salah satu anak. Anak lelaki tersebut otomatis jatuh terjengkang, kaget bukan main.

"Maafkan Bulan"

Lap sana. Lap sini. Tangan kecil itu selincah mungkin membantu mengebaskan tanah. Tapi bukannya makin bersih, wajah anak lelaki dihadapannya malah coreng moreng.

"Wajah Bintang jadi aneh" gadis kecil itu tertawa terbahak-bahak.

Anak lelaki yang dipanggil Bintang pun ikut tertawa menyadari bahwa wajahnya pasti telah sangat kotor. Butuh waktu semenit lebih untuk berhenti tertawa dan saling melempar tanah untuk kembali pada kerjaan mereka sejak sore. Wajah-wajah ceria penuh tawa tadi berubah bersinar. Mereka bersemangat.

Hari ini Bulan bersama tetangganya, Bintang, diajak bermain di salah satu sekolah taman oleh Tante Mery. Sekolah yang mengajarkan anak kecil untuk mencintai alam. Sejak pagi Bulan dan Bintang sibuk mengejar-ngejar anak ayam, memperhatikan proses menetasnya anak ayam, dan memerah susu sapi. Siangnya mereka dibiarkan beristirahat dan sorenya mereka dibebaskan untuk memilih ingin melakukan apapun. Bulan memilih untuk menanam pohon.

Sejak pertama kali datang ke tempat ini, Bulan terkesima melihat pohon raksasa yang ditunjukkan Kak Citra. Kata Kak Citra pohon itu bisa tumbuh dengan indah karena dicintai oleh masyarakat disekitarnya. Tidak ada yang jahil menebas, menggoreskan nama dibatangnya, atau bahkan sekedar iseng mematahkan ranting-ranting rapuh pohon tersebut.

Bulan sepenuhnya terkesima. Matanya berbinar melihat kanopi yang terbentang sangat indah. Sempurna menaunginya dan anak-anak lain dari terpaan sinar matahari. Wush. Wush. Angin yang berhembus pun terasa sangat sejuk. Berbeda sekali dengan suasana kota yang telah sesak oleh gedung pencakar langit.

"Bulan menanam pohon bareng Bintang" teriak Bulan ceria.

Tante Mery mengangguk khidmat. Kak Citra mengambil beberapa benih bunga akasia dan anakan pohon pinus. Memeluk Bulan dan Bintang. Dia senang Bulan menanam pohon dengannya.

"Cepat gede ya pohon" Bulan bergumam.

"Cepat gede" Bintang ikut bergumam.

Kak Citra tersenyum melihat kepolosan itu. Ah indah sekali. Andaikan saja semua orang berpikiran polos seperti ini. Penuh cinta dan mata berbinar memandang keindahan pohon hingga ikut melestarikannya. Hingga dapat kembali merasakan kesejukan dari Maha Pencipta. Kesegaran yang sebenarnya, yang tercipta dari kumpulan kanopi-kanopi pohon.

Andaikan saja semua orang bisa mengerti ini sebelum era modernisasi merenggut semuanya. Ya, semoga saja era modernisasi tidak mengubah kota kecil ini menjadi seperti kota Thneedville dalam film Dr.Seuss The Lorax. Tidak ada pohon asli. Tidak ada udara segar asli. Yang ada hanyalah pohon plastik dan udara segar buatan yang dijual seperti air galon. Ah, mengenaskan sekali.

Nih lihat, akibat sok tahunya manusia "cuma potong satu pohon aja kok, kan demi kebaikan" How bad it possibly be? Just look at it!

Kak Citra kembali tersenyum. Membuang jauh pemikiran buruknya. Setidaknya di tempat ini masih ada anak sekecil Bulan dan Bintang yang peduli terhadap kelestarian pohon. Ya, setidaknya masih ada yang peduli. Semoga kita juga begitu.

Mari menanam pohon!


You don't know me but names Sai
I'm just the O'Hare delivery guy
But it seems like trees might be worth a try
So I say let it grow

My name is Dan, and my name's Rose
Our son Wesley kind of glows
And that's not good so we suppose
We should let it grow

Let it grow
Let it grow
You can't reap what you don't sow
Plant a seed inside the earth
Just one way to know it's worth
Let's celebrate the world's rebirth
We say let it grow

My name's Maria and I am 3
I would really like to see a tree
Lalalalalalee
I say let it grow

I'm granny Norma I'm old and I got grey hair
But I remember when trees were everywhere
And no one had to pay for air
So I say let it grow

Let it grow
Let it grow
Like it did so long ago
Maybe it's just one tiny seed
But it's all we really need
It's time to change the life we lead
Time to let it grow

My name's O'Hare
I'm one of you
I live here in Thneedville too
The things you say just might be true
It could be time to start anew
And maybe change my point of view
Nah! I say let it die
Let it die, let it die
Let it shrivel up and die
Come one who's with me huh?

Nobody.

You greedy dirt bag!

Let it grow
Let it grow
Let the love inside ya show
Plant a seed inside the earth
Just one way to know it's worth
Let's celebrate the world's rebirth

We say let it grow
Let it grow
Let it grow
You can't reap what you don't sow
It's just one tiny seed
But it's all we really need
It's time to banish all your greed
Imagine Thneedville flowered and treed
Let this be our solemn creed
We say let it grow (x4)


- Regards Pipit, menulis dan menggambar karena cinta -
Read More..

Minggu, 16 Desember 2012

RUMAH JENDELA DAN MASTERCHEF

Selamat apa aja dunia.

Hari ini sungguh hari ter-pegel saya dalam seminggu ini. Siap-siap dari pagi buat ikut acara masak-masak yang diadain Rumah Jendela.

Rumah Jendela? Apaan tuh, kalau rumah tanpa jendela sih tahu.



Rumah Jendela adalah Ruang pemberdayaan masyarakat dengan konsep perpustakaan guna memperluas pengetahuan dan menjadi katalisator perekonomian masyarakat.

Mission
1. Menjadikan 'satu juta Rumah Jendela' sebagai gerakan nasional.
diberbagai kawasan sub-urban hingga desa terpencil Indonesia
2. Memberikan berbagai pelatihan pengembangan potensi, guna meningkatkan kwalitas masyarakat
3. Mencetak generasi-generasi muda yang tangguh kreatif dan produktif dalam meraih cita-cita dan menatap masa depan.


Bersama mewujudkan impian Indonesia, mencerdaskan dan mensejahterakan kehidupan bangsa. - fp Rumah Jendela

Baru beberapa minggu saya bergabung dengan Rumah Jendela. Dan baru hari ini saya ikut kegiatan yang diadakan Rumah Jendela. Jadi, beberapa waktu sebelumnya pengurus Rumah Jendela mengadakan semacam survei ke penduduk dekat markas Rumah Jendela untuk bertanya kegiatan apa yang mereka inginkan? Beberapa menjawab penghijauan, membuat prakarya, dan memasak.

Hari minggu dijadwalkan untuk melangsungkan kegiatan masak memasak dengan Zartik Zahra sebagai chefnya. Pasti pada gak tahu ya Zartik Zahra itu siapa? Kalau Zeze tahu tidak? Yap, salah satu kontestan Master Chef 2.

Kebetulan Zeze berkuliah di ITTelkom dan setidaknya memungkinkan untuk diundang mengisi kegiatan tersebut. Maklum acaranya di Bandung dan Desember ini (agak dadakan menyiapkannya [?] ).

Persiapan di mulai sejak pagi. Menjemput Zeze di cafe bambu Zeze, mengangkat oven miliknya, dan menghubungi teman-teman lain untuk bersiap-siap. Setelah sampai di tempat acara masak-masak tersebut, masing-masing orang mulai mempersiapkan segala perlengkapan. Mulai dari memasang tenda, menghubungi Ibu-ibu, serta membantu Zeze mempersiapkan bahan.

Semua telah siap, maka dimulailah pembuatan colorfull cookies ala Zeze.

Kumpulan Ibu-Ibu
Zeze membuat adonan kue berdasarkan resep yang telah dia bagikan sambil sesekali memberi masukan tentang pembuatan kue, juga menjawab pertanyaan beberapa Ibu. Setelah adonan yang dibuat jadi, adonan tersebut dibagikan kepada para Ibu untuk dicetak.

hasil cetakan kue
Zeze menjawab pertanyaan seorang Ibu

Setelah adonan selesai dicetak, oven besar milik Zeze pun disiapkan. Sambil menunggu kue-kue tersebut setengah matang, para Ibu beristirahat di rumah sekitar. Zeze dan pengurus Rumah Jendela melaksanakan shalat dzuhur, mengurus icing, bercanda dan saling bertukar cerita.

Bagaimana sih rasanya ikut master chef?

Begitulah, apa yang ditampilin di teleivisi itu cuma sebagian saja, tekanannya lebih berat di sana.

Chef Juna ganteng gak sih? (lupa siapa yang nanya)

Gak tau, dia bukan tipe aku jadi menurutku biasa saja (sambil tertawa).

Eh Bu Dessy gimana sih?

Mami Dessy baik kok cuma emang tegas orangnya.

Zeze nyeremin waktu masuk ke black team

(cuma tertawa)

Obrolan berlanjut ke sana kemari sambil gangguin beberapa anak jendela dan mantan Presma kampus- Kak Geni (Zeze juga ikut jahil mengganggu kak Geni).
Beberapa Ibu dan anak-anak kadang datang dan meminta foto bareng Zeze. Kapan lagi kan ya?

Beberapa menit berlalu. Kue telah setengah matang dan icing telah siap. Ibu-ibu dipanggil kembali untuk menghias. Wangi kue semerbak kemana-mana, anak-anak mulai berkumpul. Satu dua terlihat ingin mencicipi.

Zeze memberi contoh dan bilang silahkan berkreasi seunik mungkin

Niko ikut-ikutan menghias kue
Kue-kue tadi kembali dipanggang sebentar. Wanginya semakin membuat air liur menetes (pengaruh laper juga sih).

Beberapa menit berlalu, kue telah matang. Ibu-ibu berkumpul, anak-anak berbaris rapi. Semua bisa mencicipi kue yang telah dibuat. Rasanya enak, kalau kata anak-anak Rumah Jendela rasanya kayak monde butter cookies. Icingnya juga renyah, sayang gak bisa nyicip setoples (laper apa doyan ya).

kue sudah terbagi setengah baru pada ingat foto, kurang jelas (maklum fotoinnya pake hape)

Dengan berakhirnya icip-icip, berakhir pula kegiatan hari itu. Beres-beres. Beberapa Ibu mengucapkan terimakasih karena ilmu yang telah dibagi Zeze dan kembali meminta untuk berfoto-foto ria.

Kelar semuanya, para pengurus dan teman-teman Rumah Jendela berkumpul buat foto bareng, sambil ngasih kenang-kenangan gambar buat Zeze.

ceritanya pake efek blur gitu (ya kali)

agak narsis dikit boleh kan ya? :v

Fuuuuh, hari yang melelahkan tapi juga menyenangkan. Lebih dekat dengan warga sekitar dan berbagi itu menyenangkan rupanya ya. Semoga bisa ikut kegiatan Rumah Jendela lainnya. Harapannya sih di kota lain juga mulai membentuk Rumah Jendela, bukan hanya di Bandung dan terimakasih banyak buat Zeze yang sudah meluangkan waktunya :D
Sekian. Adios.


- Regards Pipit, menulis dan menggambar karena cinta -
Read More..

Sabtu, 15 Desember 2012

HARI BERSAMANYA

Detik jam berbunyi. Tik tok tik tok. Seakan membahana disetiap sudut ruangan. Sunyi sekali. Pagi telah menyambut matahari mengagetkan tiap pelelap dengan sinarnya yang menembus setiap celah rumah. Cerah. Mataku yang terbuka sejak semalam mengerling semangat. Hari yang ku tunggu.

Berlari secepat kilat menuju kamar mandi. Jebar jebur selama beberapa menit. Merapikan penampilan. Balik sana. Balik sini. Ah, genit sekali tampaknya untuk ukuran cowok sepertiku.

Wush!!

Secepat kilat aku berangkat, mengendarai sepeda motor tua. Bunyinya yang mengganggu telinga menjadi teriakan setiap pengguna jalan. Ah, peduli apa.

Splash!

Hampir saja aku menabrak seorang pejalan kaki. Orang tersebut memaki dengan kasar. A B C D, entah apa yang jadi sumpah serapahnya. Seluruh bagian tubuhku telah terfokus pada satu titik. Si sweater biru. Rambut sebahunya menari mengikuti gerakan angin, seakan melambai padaku.

"Ayo Lian belai saja" sebuah suara kecil berbisik-bisik. Imajinasi liar.

Senyumnya merekah seindah mawar di taman. Dua buah garis di bawah mata terbentuk. Manis sekali. Aku berdiam diri menikmati keindahan itu. Tuhan, terimakasih telah memberikanku kesempatan untuk menatapnya seperti ini walau hanya dari jauh, setiap pagi. Tuhan, terimakasih telah menciptakan makhluk seindah dia, sahabatku.

"Lian . . ." tangannya melambai dari jauh.

Aku merapatkan jaket. Saatnya berubah menjadi seorang sahabat.



Lagu penenang, nada dering hape. Entah kenapa suka banget sama lagu ini apalagi versi akustiknya. Jempol!!

- Regards Pipit, menulis dan menggambar karena cinta -
Read More..

Hivi! PULANG MALAM-MALAM LAGI


Selamat apa aja dunia~

Mau berbagi sedikit cerita jalan-jalan dan refreshing ke kampus ITTelkom. Kenapa saya bilang refreshing dan jalan-jalan, bukan kuliah? Karena saya sudah lulus dan ke sana cuma buat main doang *dilempar massa.

Jadi, Desember (kalau di ITTelkom) merupakan bulannya padat acara. Mulai dari acara dies natalis, acara UKM, dan sebagainya. Gokilnya nih, untuk tahun ini acaranya berjarak sehari. WOW!
Bayangin dong gencarnya para panitia jual tiket ke sana ke mari. Dan bayangin juga mahasiswa lain yang bingung mau beli atau gak. Secara harganya berkisar antara 25-35ribu. Buat anak kost, duit segini lumayan banget untuk makan.

Oke balik lagi. Jadi, seperti tahun kemarin saya juga mengikuti beberapa acara tersebut.
Rabu lalu, saya datang ke acara closing seminar yang berkaitan sama tulis menulis. Sebenarnya acara ini sudah berlangsung lama cuma saya baru tertarik datang ketika closingnya saja.


Tuh, kalau lihat posternya pasti ngerti alasan saya datang ke sana. Yup, ada Bang Tere Liye. Untuk detail seminar tersebut, klik saja foto poster itu.

Nah acara lain yang saya kunjungi adalah Dies Natalis IF. Kalau tahun lalu, selain menghadiri Dies Natalis IF, saya juga menghadiri IAA (ITTelkom Against Aids) soalnya guest star-nya Sheila On 7 \(>.<)/
Untuk tahun ini tidak karena saya tidak punya teman nonton bareng. Kasihan sekali ya.


Sebenarnya berharap sekali Sheila On 7 diundang lagi. Ya memang diundang sih, sama kampus yang masih dalam YPT (Yayasan Pendidikan Telkom) yaitu Institut Manajemen Telkom (IMT) tapi acaranya jauh dari kost dan malam. Agak horor sih keluar sejauh itu malam-malam. Kecuali kalau acaranya seperti Dies Natalis IF ini, di kampus. Kemungkinan besar saya pergi. Toh kalau mau pulang (ibaratnya) tingkat lompat saja, sudah sampai di kost.


Kalau tahun lalu, acaranya terkesan formal (?) walaupun ada stand up comedy-nya dan D'cinnamons. Tahun ini lebih mengarah ke mini konser (?), party (?) atau yang sejenis itu lah. Saya dan Nita serta Reta aja kaget sewaktu masuk ke tempat acara. Tidak ada kursi seperti tahun lalu. Permainan laser indah di sana sini. Belum lagi penampilan seorang DJ yang membuat beberapa orang yang hadir di sana berjingkrak-jingkrak tapi tidak anarkis karena tidak ada minuman keras sama sekali. Saya, Nita, dan Reta memilih diam di pojok menikmati ice cream sundae. Menunggu momen itu selesai sambil menatap permainan indah laser hijau.

Jeng . . Jeng . . .

Penampilan yang ditunggu-tunggu pun tiba. Yap, Hivi. Pada tahu gak?

Kalau gak tahu, nih dikasih bocoran.

HiVi! merupakan sebuah grup musik asal Indonesia yang dibentuk pada tahun 2009. Grup musik ini beranggotakan 4 orang yaitu Dea (vokal), Ilham (vokal), Febri (vokal/gitar) dan Ezra (vokal/gitar). Grup musik ini bergenre pop.
Album pertamanya adalah Say Hi! To HiVi! dirilis tahun 2012. -wikipedia



Gitarisnya ganteng loh. Tapi, bukan saya saja yang berpendapat seperti ini. Reta yang awalnya tidak suka dan tidak antusias sama acara ini pun sampai berlari ke depan panggung cuma buat memotret si Ezra, yang semakin dilihat semakin ganteng (awalnya saya menyukai Febri).

Ah, Febri gak kelihatan jelas nih

ini yang namanya Ezra

Menurut saya musiknya asyik, semacam The Groove. Sebagai pendatang baru, tentu banyak pro dan kontra. Yah, namanya juga industri seperti ini. Mereka dibandingkan dan dikaitkan dengan beberapa band, grup, atau apalah itu. Baik itu lagu atau pun video. Kalau saya sih, terserah saja. Toh saya menikmati suara mereka dengan senang dan karena saya memang suka aliran musik seperti ini. Saya berharap sih Hivi bisa cepat menemukan karakter mereka biar tidak dibiliang plagiat ini itu. Soalnya mereka punya kemampuan. Bisa membuat saya yang mengantuk pada saat mengikuti acara menjadi segar. Segar karena melihat Febri dan Ezra serta segar karena musik juga ramahnya personil Hivi.


Nah, ini nih lagu yang seketika menghangatkan suasana acara. Tangan-tangan melambai ke atas mengikuti alur musik. Jelas sekali banyak yang lagi galau, saya saja yang tidak galau mendadak merasa galau. Tengoklah reffnya yang ergh . . . .

Kasih maaf bila aku jatuh cinta
Maaf bila saja ku suka
Saat kau ada yang punya
Haruskan ku pendam rasa ini saja
Ataukah ku teruskan saja
Hingga kau meninggalkannya
Dan kita bersama

Semakin galau karena ditatap langsung sama Ezra. Barisan cewek di depan saya sampai teriak histeris. Saya cuma bisa senyum-senyum. Panas woy panas wajah. Malu.



Acara berakhir sekitar pukul setengah satu dan akhirnya setelah sekian lama, saya pulang malam-malam lagi. Sekian. Adios.


- Regards Pipit, menulis dan menggambar karena cinta -
Read More..

Jumat, 14 Desember 2012

SOK SIBUK

"Pit baru bangun?"

"Pit, gak pernah kelihatan"

"Pit, di kamar mulu gak keluar"

"Pit, gak bosan apa?"

Banyak komentar ini dan itu saya cuma tersenyum saja menjawabnya. Lagipula saya memang malas menjelaskan panjang lebar. Toh biarkan saja manusia dengan sikap serta sifat melihat apa yang tidak dikerjakan seseorang daripada apa yang dikerjakan orang itu.

Iya, saya memang jarang kelihatan. Jarang muncul ke komunitas atau gabung bareng teman-teman lain. Saya sibuk dengan sesuatu yang baru, yang menyenangkan.

Iya, belakangan ini saya memang di kamar terus. Tidur dan makan. Ya mau apalagi, masa tidur dan makan di teras depan, kan gak mungkin. 

Tidak, saya tidak bosan. Kamar selalu menjadi tempat favorit saya. Ada tumpukan kertas, cat lukis, buku-buku, dan kumpulan boneka rilakkuma. Apa alasan saya untuk bosan?

Hari ini agenda sejak pagi batal soalnya saya telat bangun. Ketiduran setelah shalat shubuh. Dasar pemalas. Ah terserah orang-orang mau nge-judge bagaimana. Mereka kan tidak tahu saya ketiduran karena apa. Kalau saya jelaskan, takutnya dibilang pencitraan doang.

Balik lagi, seperti hari ini ketika semua agenda batal dan saya menyesalkan hal ini. Saya mulai mengisi hari yang penuh rintik hujan dengan menyelesaikan tugas dari Teguh untuk kenang-kenangan pengisi acara masak bareng anak-anak Rumah Jendela. Si finalis master chef.



Entah kenapa Desember membuat saya kembali mengingat perform SO7 setahun yang lalu. Jadilah saya memasang  headset hijau, mendengarkan (kadang melihat) video SO7 sewaktu IAA tahun lalu. Sret sret. Kelar tugas yang ini, saya mulai melanjutkan beberapa pesanan dan kerjaan lain. Lumayan, mengisi dompet dan waktu luang. Bisa sedikit menambah koleksi buku dan portofolio.

Ah sok sibuk sekali saya. Nanti malam pun mau keluar. Biasa . . . cuma main-main doang, saya kan sok sibuk. Gak ada kerjaan. Adios.

- Regards Pipit, menulis dan menggambar karena cinta -
Read More..

YOSH!

"Jatuh loh kak, jatuh" Camon mendorong tubuh saya yang sebagian telah berada di ujung tempat tidur.

"Eh Ca, tinggi loh ini. Ca . . . Ca . . ."

Tangan Camon mulai jahil menggelitik perut. Sunggu, saya benci dikelitikin. Sigap ke dua tangan saya menahan tangan Camon. Dengan posisi setengah badan hampir terjatuh, hal ini tidak mudah.

Hap! Hap!

Tangan Camon berhasil saya kunci.

"Kak Pit kecil tapi tenaganya gede lah. Udah hampir jatuh bisaan aja nahan tanganku" Camon tertawa, maklum badan saya memang paling kecil di kost.

Kejadian ini secara tidak langsung menarik rasa rindu saya terhadap dojo (tempat latihan karate). Dulu, tiap sore sepulang dari kursus tambahan atau kumpul kelompok karya ilmiah remaja, saya menyempatkan waktu untuk berlatih karate. Sejak kecil badan saya memang lemah. Kata orang, badan selidi ini ditiup angin pun pasti terbang. Ah kalian perhatian sekali.

Jujur, saya adalah salah satu orang yang kurang suka olahraga. Ayah saya terhitung jago sekali dalam berolahraga, sepakbola, voli, basket, bulu tangkis, dan lain-lain. Ibu saya juga, selain rutin mengikuti senam body language, Ibu juga berprestasi dalam tenis meja dan bulu tangkis. Piala yang berjejer di ruang tengah adalah milik beliau. Sedangkan adik saya, sekecil itu (ketika SD) sudah jago melakukan smash keras terhadap saya ketika bermain bulu tangkis.

"Tri beda, dia lebih suka mikir" gumam Ayah sembari memperkenalkan catur terhadap saya.

Iya, permainan sejak kecil saya memang menggunakan otak. Entah puzzle, lego, teka-teki, atau sudoku. Sejak masuk SMA, saya mulai tertarik mengikuti bela diri. Alasan awalnya sih biar kuat ketika lari. Jaman sekolah dulu, guru olahraga saya keras sekali. Beliau tidak pandang bulu. Bayangkan, pemanasan dengan lari mengelilingi satu sekolah ditambah sekolah SMP terdekat ditambah kantor-kantor sekitar. Tidak hanya disitu, push up dan sit up pun setia menunggu. Waktu lari pun dihitung. Bisa terbayang gimana takutnya saya mendapatkan nilai merah pada pelajaran ini jika kondisi saya tidak meningkat?

Awalnya saya mencoba berlatih bulu tangkis mengikuti Ibu. Tapi saya bosan. Seorang teman mengajak ikut karate, saya yang memang ingin berlatih bela diri dan meningkatkan stamina pun mengikuti latihan tiap sore.

Dan waw, keras sekali latihan karate. Berlari melingkar selama dua puluh kali untuk setiap gaya lari. Lari cepat, lari biasa, lari jinjit, lari menyamping, lari dengan gaya mengangkat kaki setinggi perut, dan sebagainya.

"Push up!"

Itulah teriakan Senpai jika kita telat hadir atau telat melakukan gerakan.

Memulai memang berat. Saya ingin menangis dan meringis. Bayangkan, kita disuruh berbaring sambil melakukan sikap lilin. Senpai berjalan dan meninju perut kita. Latihan kekuatan perut katanya. Wajar dong kalau saya meringis karena saya tidak tahu akan hal ini. Tunggu, tidak tahu atau tidak menyimak? Ah sudahlah.

Hari berganti hari. Saya mulai belajar dari awal, ban putih. (saya mencoba menulis apa yang saya ingat)

Tsuki berasal dari bahasa jepang yang berarti dorongan, bulan (yang ada di atas langit), bulan (Januari, dll) tergantung penulisan. Latihan awal dengan Salah satu tangan lurus ke depan, tangan yang lain di samping pinggul dengan jari jemari dikatupkan. Kemudian ditambah dengan salah satu kaki menekuk dan kaki lainnya lurus ke belakang, berjarak dua tegel (saya sering di-tackle atau dijegal Senpai ketika bukaan kaki saya cuma berkisar satu setengah tegel) setelah lancar dengan perpindahan tangan.  Hal yang susah adalah ketika melakukan perpindahan dari tangan kiri ke kanan dengan gerakan kaki yang di buka (berbeda dengan gerakan kaki yang hanya terdiam). Ke dua tangan kamu harus memutar di depan selaras dengan langkah kaki yang membuka dan berpindah. Sebelum memutar tangan, tangan kamu yang tadinya menghadap ke bawah harus menghadap ke atas dan kembali lagi ke bawah dengan cepat. Saya butuh waktu tiga hari buat menguasai perpindahan ini. Tentu saja dengan kuda-kuda yang masih lemah dan genggaman tangan yang lemah pula. Belum sempurna. Variasi tsuki beraneka ragam. Saya lupa nama jelasnya, silahkan cari di gugel. Yang tadi saya jabarkan hanya gerakan dasarnya. Yang saya ingat ada gerakan memukul tepat ke depan, memukul dengan tangan yang masih bergerak (berpindah), pukulan mengaitkan tangan, pukulan belakang, dan sebagainya, entah apa julukan aslinya.

Di video ini selain ada conton tsuki, ada pula contoh pemanasan karate. Terlihat mudah awalnya tapi setelah dicoba, SUPER! Otot kaki ketarik-tarik, sukses bikin pemula seperti saya pincang dan pegal-pegal selama seminggu awal.


Geri, oke bagian ini saya cuma mengingat tendangan. Kata Sensei (pengajar senior dengan ban hitam), tendangan kaki kiri saya paling jelek. Ya, saya tahu. Salah satu pemanasan karate adalah split (ditempat saya latihan). Split lurus, menyamping kiri dan kanan. Saya sempurna bisa melakukannya, namun ketika melakukan split kiri, bagian paha saya terpelintir entah bagaimana caranya. Itu yang mengakibatkan tendangan kaki kiri saya tidak selurus kaki kanan. Balik ke geri. Kamu tahu, saya merasa berlatih balet ketika melakukan geri. Kaki kita harus kuat menendang ke depan dengan lurus, ini dasarnya. Yang paling susah buat saya adalah tendangan yang menyamping dan yang paling saya suka adalah tendangan memutar serta tendangan cangkul (saya lupa nama Jepangnya apa).

Nah ini salah satu gerakan tendangan favorit saya.

Berikutnya adalah kumite, kata, dan kihon. Biasanya ketiga ini dijadikan bahan ujian kenaikan sabuk (kalau tidak salah ingat).

Kihon adalah awal sebelum melakukan kata dan kumite. Ban putih biasanya melakukan kihon, belajar melakukan tendangan dan pukulan semacam tsuki dan geri tadi. Pada ban selanjutnya (kalau gak salah ban cokelat atau hijau, entah saya lupa) akan belajar tentang bantingan.

Kata merupakan  pola prinsip bertarung. Biasanya berisi variasi bentuk gerakan. Ada tingkatannya juga. Semakin tinggi tingkatan, semakin beragam variasi kata.

Dan kumite biasanya untuk para Senpai. Bisa diartikan kumite ini semacam sparing.


Sekilas itulah beberapa gerakan yang sangat ingat dari karate. Selain itu, semenjak berlatih karate (dulu) saya bisa lebih me-manage waktu. Bisa mengeluarkan emosi jiwa juga ketika melakukan kiai (atau teriakan karate). Kata Senpai, kiai membantu kita mengeluarkan energi di dalam tubuh makanya jangan heran kalau latihan karate dipenuh dengan teriakan Osh (teriakan hampir seurpa yosh atau osh dengan sh yang panjang, ini berarti setuju atau ya) atau Osu (teriakan serupa Os, dengan s yang pendek, ini berarti ya dan siap melakukan hal yang lebih baik).

Selain kiai dan jenis teriakan di atas, ada beberapa istilah dalam karate lagi yang saya ingat.

Dojo berarti tempat latihan. Sensei merujuk pada senior, biasanya yang sudah dan (sabuk hitam). Deshi merujuk kepada murid, Senpai merujuk kepada panggilan kakak senior sedangkan  panggilan junior biasanya sih Kohai. Jadi, Senpai dan Kohai merupakan Deshi (kalau tidak salah ingat).

Yame berarti berhenti dan ketika Senpai berteriak Yasume (rileks, dibaca yasme) berarti kita harus berada dalam posisi diam dan siap. Biasanya Senpai akan meneriakkan dua kata itu bersamaan semacam "Hai, Yame! Yasume!"

Baju karate biasa diberi istilah karategi dan untuk orang yang berlatih karate biasa disebut karateka. Sejauh ini itu yang saya ingat. Ah menulis ini membuka kenangan lama dan hasrat berlatih karate lagi semakin meningkat. Sepertinya kuda-kuda saya sudah tidak sekuat dulu dan gerakan kata sudah mulai terlupakan.

Semoga bisa berlatih karate lagi. YOSH! GANBARIMASU!




- Regards Pipit, menulis dan menggambar karena cinta -
Read More..

INI TENGAH MALAM

Ini memang tengah malam. Tidak ada cahaya matahari seperti pagi tetapi ada hembusan angin sejuk. Emm, sejuk atau dingin? Ah entahlah.

Ini memang tengah malam. Ketika semua mata terpejam sementara mata saya mulai 'menyala' bagaikan lampu yang dipencet tombol on-nya.

Ini memang tengah malam. Suara dengkuran dari kamar depan terdengar jelas. Wah nyenyak sekali tidurnya. Saya cuma bisa senyum-senyum dari balik jendela. Apa saya juga tertidur seperti itu? atau bahkan lebih parah? Ah mana mungkin, toh selama ini tidak ada yang komplain ketika tidur berdua dengan saya.

Ini memang tengah malam. Tangan sibuk mengetik, menuang kilasan mimpi-mimpi yang muncul beberapa hari belakangan ini. Kau tahu, entah kenapa saya jadi rajin sekali menulis fiksi walaupun hanya dengan satu atau dua halaman. Itu karena mimpi yang memaksa saya bertemu dengan tengah malam.

Beberapa hari yang lalu saya bermimpi memliki rumah singgah, muncullah tulisan Amir Amira yang hingga sekarang tidak saya ketahui ujung ceritanya ada dimana. Esoknya saya bermimpi terjebak di dalam sebuah permainan yang mengharuskan saya si gadis lemah (di dalam mimpi itu) untuk bertarung demi menyelamatkan seorang pria, yang sejak dulu saya suka dengan rasa terpendam, muncullah Permainan Cinta untuk Arimbi. Kemarin saya bermimpi hidup sebagai gadis lemah, setiap hari hanya menangis, mengais tumpukan sampah demi mencari uang. Badan bau sangit, rambut acak-acakan, dan wajah coreng moreng. Dibalik itu semua ternyata saya jatuh hati terhadap seorang pria, dingin sekali sikapnya. Jangankan menyapa, tersenyum pun enggan. Entah bagaimana caranya (namanya juga mimpi) saya bisa menghabiskan waktu berkeliling kota bersama pria itu. Menangis dipunggungnya karena merasa itu semua mimpi (hey itu memang mimpi). Merasakan debaran yang tidak biasa. Untuk mimpi ini, saya belum membuat cerita tetapi saya telah memikirkan satu judul, Punggung Hangat Pria Dingin.

Ini memang tengah malam. Masih banyak mimpi yang lainnya tetapi tiga mimpi tadi sungguh sangat menarik perhatian saya. Entah kenapa, saya merasa sosok pria itu selalu muncul di dalam mimpi saya, iya pria yang sama. Wajahnya samar tetapi bentuk badannya tergambar jelas. Tinggi, tegap, memiliki punggung yang hangat.

Ini memang tengah malam. Sudah itu saja, saya mau menghabiskan sisa waktu untuk membaca ulang.



- Regards Pipit, menulis dan menggambar karena cinta -
Read More..

Kamis, 13 Desember 2012

NAKATSU

Jadi, beberapa hari ini saya lagi demen-demennya nonton dorama. Nonton ulang lebih tepatnya. Hanazakari no kimitachi e atau Hana Kimi versi live action tahun 2007 adalah salah satu tontonan bertubi-tubi saya beberapa hari ini.

Doramanya lucu dan pemerannya kece-kece. Ada Shun Oguri (>.<)
Selain itu banyak banget hal yang bisa dipelajari dari dorama itu antara lain tidak mengenal menyerah, setia kawan, dan berjiwa besar.

Nah kali ini saya mau ngebahas yang bagian berjiwa besar. Nakatsu Shuichi.


Intinya si Nakatsu ini suka sama karakter utama yang dikiranya cowok. Dia selalu ada ketika si karakter utama mengalami masalah. Walaupun perangainya urakan, suka banget bercanda tapi dia dewasa. Nah ini, kamu tidak bisa melihat sisi kedewasaan seseorang dari polah tingkah atau ucapannya saja. Terkadang cara menyikapi masalah dengan bijak juga salah satu faktornya.

Sewaktu melihat si Nakatsu, jadi ingat seseorang. Sifatnya sih sama. Sama-sama urakan tapi ketika ngobrol berdua dan curhat, sisi dewasanya terlihat. Tidak jarang bercanda untuk menghilangkan sedih. Hmm, rindu masa itu.

Balik lagi ke Nakatsu. Nakatsu akhirnya menyatakan perasaannya pada karakter pertama (akhirnya dia tahu kalau si karakter utama itu cewek, homo janai/dia bukan homo).


printscreen dari doramanya

Depend on me. I don’t care . . .
I don’t care who you love.

I . . . love you. You love him right? You love Sano. I figured as much. You know . . . your smile always gives me strength. However, your sadness always comes from Sano. I… definitely wouldn’t make you sad


Ah ini adegan so sweet sekali. Rasanya nyess gitu kalau ada cowok setulus ini. Nakatsu tahu kalau karakter utama menyukai Sano tapi dia tetap berusaha berjuang, yah walaupun pada akhirnya patah hati sih. Tapi Nakatsu berjiwa besar. Dia menerimanya meskipun tidak memaksa hatinya untuk berhenti mencintai karakter utama. Toh kalau memaksakan diri melupakan malah gak bakal bisa lupa kan ya . . .

Nah si Nakatsu ini mengangkat kembali memori saya tentang si Pangeran Kodok.

"Aku suka sama kamu"

"Hahahaha, jangan bercanda malam-malam gini"

"Apa perlu aku ke rumahmu sekarang buat ngomong?"

"Eh, jangan"

"Jadi?"

"Maaf aku cuma nganggap kamu sahabat"

Jelaslah. Beberapa tahun lalu sempat punya sahabat baik. Tempat berbagi cerita. Suka sekali memanggil saya dengan sebutan Putri Kodok. Setelah kejadian itu, saya takut semua berubah. Wajar kan ya kalau takut, toh beberapa orang memang tidak bisa menerimanya dan ini memang tidak bisa disalahkan. Maklum jika tidak bisa menerima semua ini. Saya juga pasti begitu.

"Hai "

". . ."

Benar saja, setelah kejadian itu semua terasa canggung. Mendadak sebuah pesan singkat masuk.

"Maaf tadi aku menghindar. Aku hanya belum siap lihat kamu. Maaf banget, kita berteman kan?"

Dan sampai sekarang kita masih berteman, berteman sangat dekat malah. Dia jadi orang pertama tempat saya menangis (dulu). Kadang merasa malu sama diri sendiri, bisa-bisanya berlari ke dia ketika menangis. Tapi dia  tersenyum dan tetap memberi semangat. Ah, dewasa dan besar hati sekali kau Pangeran Kodok.

Jadwal rutin kami, telponan tiap jam 2. Yah, dia kan kerja hingga malam. Curhat tentang pasangan masing-masing. Saling tertawa dengan logat bicara yang telah berubah. Sungguh, rasanya kagum sekali melihatmu Pangeran Kodok.

Tidak mudah me-manage hati dengan ikhlas serta berjiwa besar seperti itu. Pangeran Kodok menyimpan banyak hal yang menyakitkan tapi pada akhirnya menyelamatkan saya dari semua lingkaran setan itu. Dia orang pertama yang ada ketika saya tidak percaya pada siapa pun. Luar biasa bukan? Orang yang kau kecewakan, muncul sebagai orang yang bisa membuatmu percaya.

"Dia setulus itu, kenapa kamu sia-sia kan?"

Persoalan ini tidak semudah itu. Ah biarkan saja orang-orang berkoar dan membuat interpretasi masing-masing. Toh saya dan Pangeran Kodok baik-baik saja hingga sekarang.

Satu-satunya orang yang berjiwa besar dan bersikap baik dengan semua kebodohan yang telah saya lakukan . Semoga segera mendapatkan pasangan hidup, sungguh kau telah banyak berubah sekarang. Dulu baik, sekarang menjadi lebih baik lagi.

Maaf dan Terima Kasih atas semua yang terjadi lima tahun lalu :')

- Regards Pipit, menulis dan menggambar karena cinta -
Read More..

CUMA BISA DIAM


Jadi beberapa hari yang lalu si Ayu, Erwin, dan Camon ngasih tahu kalau ada acara kece dengan narasumber favorit saya. Siapa lagi kalau bukan Bang Darwis (Tere Liye). Bagaimana gak, hampir tiap bulan beli bukunya Bang Darwis. Ngomongin bukunya Bang Darwis. Ajakin si Camon nonton film yang diadaptasi dari bukunya Bang Darwis.

Erwin sama Ayu sampai pernah memberikan kado salah satunya buku Bang Darwis ketika saya ulang tahun kemarin. Kado yang bikin loncat-loncat hati. Rembulan tenggelam di wajahmu. Buku yang paling mahal diantara bukunya Bang Darwis, kalau gak salah lihat sih.

Nah balik lagi nih. Berhubung saya agak sedikit ragu Bang Darwisnya mau datang, tengoklah page Bang Darwis yang gak ada pemberitahuan mengenai acara ini, saya jadi agak sedikit ragu mem-publish berita ini. Takut mengecewakan orang banyak. Alhasil ya gitu, saya cuma ngasih tahu ke satu teman yang kayaknya suka juga sama Bang Darwis.

Hari h tiba, dari pagi sudah ribet beresin kamar, nyetrika baju, nyuci baju. Kelihatan banget antusiasnya. Jarum jam nunjukin pukul 08.00 teng . . .

Berhubung janjian sama Camon mau ke GSG IT Telkom bareng, saya samperinlah ke kamar. Deng dong . . . . . . kamarnya gelap, si Camon masih di alam mimpi. Yo wess, saya balik ke kamar, ol sebentar, sembari menunggu.

Menit beganti, waktu menunjukkan pukul 09.00, terdengar suara air keran mengalir dari kamar Camon. Jebar jebur. Sepertinya dia lagi mandi.

"Ca, jadi gak nih? aku udah siap" gak sabar teriak dari depan pintu.

"Kak ternyata aku ada kuliah"

Ah si Camon. Aku melengos ke kamar, membalas sms Erwin. Janjian bertemu di kampus setelah dia kuliah. Finally, setelah menunggu beberapa menit nyampe juga di kampus. Saya duduk-duduk doang di depan GSG. Mau masuk tapi malu dan masih nungguin si Erwin bareng Ayu 'kokomala'.

Eng ing eng, setelah melewati prosedur bikin twit tentang acara hari ini masuklah kita ke GSG. Saya cuma bisa kaku. Berjalan cepat, mencari-cari sosok Bang Darwis. Dan mata saya langsung tertuju pada sosok yang berbeda sendiri di tengah panggung. Sweater Bandung cokelat dengan kupluk abu-abu. Bang Darwis terlihat begitu casual, jauh dari bayangan saya. Saya pikir Bang Darwis akan mengenakan kemeja dan celana kain, formal. Ternyata tidak.

Pada saat saya datang, Bang Darwis sedang menerima pertanyaan dari moderator. Duh, jadi dingin gini nih badan. Selalu begini kalau ketemu orang yang sangat dikagumi. Dulu sewaktu datang ke konser IAA ITTelkom buat lihatin Duta SO7 juga bertindak aneh kayak gini.

Beberapa kata hal dari Bang Darwis yang masih saya ingat ketika acara tadi :

1. Kalau mau nulis itu disiplin, buah manisnya bakal dipetik bertahun-tahun kemudian. Bersabar.

2. Saya punya banyak sekali bangkai tulisan di komputer, entah sekarang sudah jadi apa. Saya juga terkadang bingung menentukan akhir cerita makanya ada beberapa cerita saya yang menggantung begitu saja. Tapi, bukankah itu indahnya menulis?

3. Inspirasi bisa datang darimana saja bahkan dari sosok terdekat sekali pun.

4. Penulis adalah pekerjaan yang luar biasa, kamu bisa tetap menjadi dokter, akuntan, atau apapun sambil menjadi penulis.

5. Jadikan menulis itu kebiasaan, ibarat makan. Tidak ada yang merasa terpaksa makan bukan? Atau tidak ada yang terpaksa (maaf) buang air besar bukan? Jadikan menulis seperti itu.

6. Jangan pernah takut ditolak. Saya saja ditolak beberapa kali. Hafalan shalat Delisa ditolak Mizan, pada waktu itu dengan alasan Mizan telah menerbitkan 3 buku dengan tema tsunami. Gramedia juga, dengan alasan belum menerbitkan buku-buku religi, pada waktu itu. Tapi jangan menyerah. Jadikan itu semua pembelajaran.

Nah itulah beberapa hal yang saya ingat. Selain itu saya juga ingat senyum lebar Bang Darwis, terlihat ramah dan kritis. Ah sayang sekali saya tidak sempat berfoto dengan Bang Darwis. Semoga diberi kesempatan bertemu lagi, aamiin.

- Regards Pipit, menulis dan menggambar karena cinta -
Read More..

Rabu, 12 Desember 2012

KISAH TANPA AKHIR

Kisah ini dimulai ketika pagi yang lembut menyapa sebuah kota. Kota kecil dengan pesona surga.

"Selamat pagi dunia."

Teriakan cempreng di balkon menggema. Dua buah tangan kecil terangkat tinggi-tinggi. Regangkan badan sedikit. Bengkok ke kanan lalu ke kiri. Mata mengerjap-ngerjap ringan, mencoba beradaptasi dengan terpaan matahari pagi.

"Hari, kamu bangun pagi sekali"

Suara jahil berbunyi. Wajah bahagia sirna diganti dengan lipatan-lipatan wajah menggemaskan.

"Kak Cinta, namaku Matahari bukan Hari. Kayak cowok aja sih"

"Kamu kan memang cowok" Cinta mengacak jahil rambut adiknya.

"Aku cewek kak, cuma ya memang bagian ini kecil" Matahari menatap dadanya dengan pilu.

Cinta serba salah. Dia sudah berjanji tidak akan membahas hal ini namun kebiasaannya memanggil Matahari cowok sedikit banyak membuka bagian itu.

"Obatnya Nona Matahari" 

Matahari tertawa riang, meraih obat dari suster dan menenggaknya dengan cepat. Lihatlah wajahnya cerah sekali seperti namanya. Tidak ada gurat sedih sehabis operasi. Tidak ada gurat penyesalan menghabiskan waktu remajanya di rumah sakit, terapi ini, terapi itu. Mengembalikan kondisinya seperti sedia kala. Sebelum  kanker payudara menyerang.

"Jam berapa anak-anak itu bangun?" tanya Matahari pada suster seraya menyisir rambutnya yang amat tipis.

"Sebentar lagi"

Suster hanya tersenyum. Matahari selalu ceria menyambut pagi. Berlari ke sana kemari. Berkunjung ke bangsal anak-anak. Melipat origami, menggambar, bercerita kepada mereka. Mengembalikan semangat hidup sekitarnya.

Matahari seutuhnya tahu hidupnya tinggal menghitung waktu. Entah beberapa tahun, bulan, besok, bahkan mungkin sore ini semua napas titipannya bisa diambil begitu saja. Matahari seutuhnya telah terbebas dari kanker payudara itu tetapi penyakit lain ternyata telah bersemanyam di dalam tubuhnya.

Banyak yang menatap prihatin gadis itu ketika mendengar semuanya. Namun lihatlah Matahari, dia tetap tersenyum seolah-olah semuanya baik-baik saja. Matahari tegar. Matahari kuat. Itulah yang selalu ingin dia tunjukkan kepada semua orang. Hatinya sudah terlanjur remuk melihat ke dua orang tua dan kakaknya menangis. Merutuki hidup sepanjang hari. Matahari tidak ingin melihat itu lagi. Dia hanya ingin meninggalkan semuanya dengan senyum.

"Kak Cinta ikut?"

Cinta mengangguk. Hatinya perih namun dia tetap tersenyum.

"Kak Candra gak ikut ke sini?" Matahari memulai pertanyaan menusuk.

Candra adalah tunangan Cinta. Sebelum tragedi Matahari yang sakit-sakitan terjadi, mereka telah berencana untuk segera menikah. Tapi semuanya pupus. Cinta sangat sayang terhadap adiknya, dia tidak ingin meninggalkan adiknya untuk kehidupan yang baru.

"Sampai kapan pernikahannya ditunda?" Matahari sudah menahan pertanyaan ini sejak lama.

"Kita bicarakan itu nanti saja. Ayo cepat, anak-anak mungkin sudah menunggu" Cinta menarik tangan Matahari.

Matahari terdiam, melepaskan tarikan tersebut dengan paksa. Keceriaan itu memudar.

"Matahari mau melihat kakak menikah sebelum Matahari meninggal"

Bibir tipisnya berkata lirih.

*

Bunga matahari merekah di sana sini. Para tamu dengan berbagai setelan baju tersenyum bahagia. Hari ini Cinta menikah sesuai dengan permintaan Matahari. Pipi Cinta merona merah, tangannya mengamit Candra ketika mengelilingi taman. Menyapa para undangan satu per satu.

"Konsep nikahmu bagus sekali. Bunga mataharinya cerah. Aku juga mau kayak gini nanti ya sayang" seorang tamu merajuk manja pada kekasihnya.

Cinta tersenyum simpul. Candra menguatkan genggaman tangannya.

Puluhan anak kecil dengan wajah pucat mulai menyanyi. Tangan mereka melambai indah. Beberapa suster tampak siaga di samping mereka. Cinta menangis haru. Ini permintaan Matahari.

Sebulan sebelum pernikahan dilangsungkan, Matahari menghembuskan napasnya. Seketika langit berduka. Suasana Rumah Sakit menjadi kelam selama beberapa minggu. Tidak ada lagi Matahari dan senyumnya.

"Matahari sudah bahagia di atas langit. Matahari akan menunggu semuanya dengan tersenyum jadi tersenyumlah mengantar Matahari."

Beberapa baris kalimat terakhir yang menguatkan.

Kata orang kematian bukan akhir dari segalanya. Ya itu benar. Kematian bukan akhir dari Matahari karena meskipun raganya memiliki batas untuk bertahan tetapi cerahnya kebahagiaan yang dia tabur masih tetap tertinggal.

Tamat. Ah tidak, kisah ini tidak memiliki akhir. Selama kebaikan Matahari masih hangat dibicarakan di bumi, selama masih ada senyum yang tersisa dari kenangan Matahari.



- Regards Pipit, menulis dan menggambar karena cinta -
Read More..