Minggu, 25 November 2012

BATAS

Semua makin jauh. Entah itu mimpi maupun rencana yang sudah tersusun. Mungkin kuasa manusia memang cuma sampai di sini, membuat rencana dan berharap. Dentuman di sebelah kiri tengkorak semakin terasa, berat. Sepertinya memaksaku untuk tertidur selama dua hari berturut-turut seperti kemarin.

Kalau sudah begini, salahkah aku jika berhenti sejenak mendorong dan menyemangati kalian? Aku butuh duniaku, aku juga butuh didengar. Walau susah untuk mengatakannya.

- Regards Pipit, menulis dan menggambar karena cinta -
Read More..

Sabtu, 24 November 2012

BERHARAP

Rasanya hari ini semuanya meledak. Amarah, tangis, dan rasa sakit. Sakitnya di sini, tepat dihati. Sunnguh tidak menyenangkan ketika kau mencoba melakukan apa pun agar senyummu terus mengembang tapi hatimu menangis. Lebih tidak menyenangkan lagi ketika kau diminta berkata jujur, namun kejujuran itu tidak diterima.

Rasanya hari ini semuanya meledak. Kita tidak baik-baik saja, setidaknya disisi aku. Mungkin aku memang terlalu banyak diam, memendam semuanya. Berharap kita akan baik-baik saja.

- Regards Pipit, menulis dan menggambar karena cinta -
Read More..

MENGEJAR MIMPI MENTARI

02.00 AM

Sudah dua hari ini Mentari sibuk mengejar asanya yang dulu terkubur. Tangan, mata, bahkan otaknya terus bekerja. Sibuk sana, sibuk sini, entah apa yang dia kerjakan. Kamarnya yang biasanya rapi teratur, setiap peralatan disusun berdasarkan kegunaan, kini tampak berantakan. Pensil diam disudut lemari, penghapus terhimpit kursi, dan kabel berpelukan kesana kemari.

"Aku lapar"

Mentari memegang perutnya sendiri. Dia ingat seharian ini belum menyentuh nasi. Waktunya habis dipakai untuk mengurus ini itu. Rehat sejenak hanya ketika adzan memanggil dan matanya telah lelah, mengingat kacamata kotaknya hilang entah kemana.

Maaf mbak, jualan kami sudah habis

Sms balasan yang muncul dari salah satu langganan Mentari. 

"Makan apa nih?"

Mata Mentari otomatis melihat sekeliling. Tidak ada sesuatu yang bisa dimakan. Biasanya Mentari mempunyai banyak sekali stock cemilan di lemari kecilnya, namun sudah hampir sebulan ini dia tidak membelanjakan uangnya untuk hal-hal tersebut. Banyak hal yang dia pikirkan. Mimpi yang terkubur itu telah bangkit lagi. Semangatnya memang terlihat redup dari luar tapi langkahnya perlahan mulai maju. Sedikit demi sedikit.

"Waktuku maksimal dua tahun lagi . . ." Mentari bergumam pada dirinya, menepuk pipinya dan kembali bekerja, berharap suara perutnya berhenti berbunyi.

- Regards Pipit, menulis dan menggambar karena cinta -
Read More..

Kamis, 22 November 2012

NYATA FIKSI

Tidak semua yang tertuang ke dalam tulisan adalah nyata dan yang hanya berkeliaran di dalam imajinasi adalah fiksi. Dunia sedang aneh, ketika kau mengukir sebuah kata tentang cinta maka asumsi mengatakan bahwa kau sedang jatuh cinta. Padahal dunia tidak tahu, saat itu kau sedang mencari maksud dari cinta atau bahkan sedang menangis menahan perih.

Hari ini aku berjalan menelusuri pepohonan yang menjulang. Ranting-rantingnya menyapaku dari ketinggian, membiarkan berkas mentari mengintip malu dari tiap desahan daun. Waktu seakan berjalan perlahan membiarkan nyanyian angin masuk ke dalam telingaku, membasuh hati yang kering. Nyaman.

Di ujung deretan pohon menjulang, seorang gadis sedang duduk termenung. Tangannya yang ringkih menulis beratus-ratus kata, ini asumsiku melihat begitu banyak kertas dengan tinta hitam kering yang berserakan di bawahnya. Dia tidak menyadari kehadiranku.

Aku bahagia duduk diantara hijaunya dunia.

Begitu tulisan yang terbaca olehku. Aku menatap wajahnya, sendu. Berbulir-bulir airmata jatuh dengan cepat. Pipinya yang mengembang dihiasi aliran kehampaan. Dia bahagia di dunia fiksinya.

“Aku ingin masuk ke dunia mu” tangannya mengelus kertas dengan lembut, “setidaknya aku bisa mengatur hidupku menjadi lebih bahagia”

Aku hanya bisa tersenyum. Tanganku terangkat dan dia menghilang.

Kini aku menggantikan posisinya, duduk termenung membaca sebuah buku. Kisah tentang seorang gadis yang terkurung di dalam kelamnya neraka. Hidup seakan tidak adil baginya, teriakan dan tangis mengharapkan kebahagiaan dilontarkannya. Aku berharap kisahnya berakhir bahagia namun ternyata tidak. Kau tahu, ada beberapa buku yang lebih memilih sad ending dibanding happy ending.

“Keluarkan aku dari dunia kejam ini. Bukan ini mauku, aku diatur oleh manusia tak berhati”

Aku mendengar rintihan dari dalam buku. Tersenyum. Sekali lagi tanganku terangkat, seorang gadis muncul dengan wajah bingung.

Sekali kau meminta padaku untuk bertukar dunia. Sekali itu aku mengabulkan.

Gadis itu berterimakasih, berlari riang seakan baru terbebas dari penjara yang hina. Apakah senyum itu akan terus ada? Ah biarkan saja, itu bukan urusanku lagi.


- Regards Pipit, menulis dan menggambar karena cinta -
Read More..

Rabu, 21 November 2012

BIASA ITU LUAR BIASA

Suara merdu menyusup diantara kabel dan terdengar membahana melalui dua speaker kecil. Tanganku lihai mengetik berbagai kata.

"Kau ingin hidup seperti semua tulisanmu?"

Kau berbisik di sebelahku. Senyummu yang gagah membuat jantungku berdegup kencang.

PLAK !

Ku tutup paksa laptop dengan cepat, tak peduli apakah tulisan tadi akan tersimpan sebagai draft atau akan hilang begitu saja.

"Apa?"

Wajahku memerah. Aku paling tidak suka ada yang mengintipku melakukan apa pun yang aku suka. Ini sangat memalukan.

"Hidup seperti itu . . ." telunjuknya mengarah pada laptop.

Wajahnya ikhlas, begitu pun dengan senyum kecilnya. Dia tidak mengejekku, dia hanya bertanya.

"Klise"

Aku suka menulis, merangkai kata indah. Aku suka menggambar, mengukir lekuk indah. Tapi aku bukan wanita romantis yang selalu menginginkan selipan kata mutiara ditiap ucapan atau tumpukan kertas kecil bertuliskan 'aku cinta padamu' disetiap sudut.

Aku suka kata sederhana, yang mengalir dari hati. Aku suka ucapan 'aku cinta padamu' yang jarang terucap, setahun sekali. Sesederhana itu, tapi istimewa. Aku lebih suka duduk diam, menikmati detak jantung atau mendengarkan lagu bersama-sama. Tertawa, memperbaiki lirik yang salah lalu tertawa lagi.

Aku suka saat kau dengan wajah kaku menyerahkan mawar putih.

"Selamat datang di Jogja"

Ucapanmu tulus, tanpa tatapan mata berbinar, tanpa menggenggam tanganku. Hanya menatap lurus ke depan, membunyikan klakson mobil. Cuek? tidak, itulah caramu yang sederhana dan aku melihat ketulusan di sana.

Aku suka saat kau memilah kol diantara soto yang ingin ku makan. Mengatakan masakanku enak di depan mamamu yang tersenyum. Terimakasih karena telah mengajakku bertemu keluargamu.

Aku suka melihat deretan buku di dalam kamarmu, cara mamamu yang menjelaskan segala hal tentangmu bahkan cara adikmu menyelidiki usiaku. Aku suka semua kenangan itu.

Aku suka kita terpisah jarak. Memilin rindu ke dalam sebuah ikatan, berjanji mengunci ini semua hingga waktunya datang. Terimakasih telah menjagaku.

Kau bilang apapun yang kau lakukan terlalu biasa dan aku terlalu banyak berkorban. Bagiku yang biasa itu luar biasa. Call me the old fashioned one. Tapi aku suka saat kau dengan tulus menegurku, memarahiku ketika aku salah, dan memaafkanku ketika aku mulai menangis.

Kadang aku marah, merasa bahwa apa yang kita pilih ini berbeda dari kebanyakan orang. Tapi, bukankah ini indah? Hubungan dari hati, bukan napsu. Berusaha saling percaya dan memegang janji.

Aku suka caramu yang seakan marah melihat pria lain mendekatiku. Itu lucu, tapi aku tahu itu karena kau sayang, percayalah aku tetap menunggu. Bukankah aku telah menunggu hingga sejauh ini? Dua tahun lagi bukan masalah buatku.

Jangan pernah berkata aku telah berkorban banyak, terlalu sabar, terlalu baik karena percayalah aku hanya seorang wanita biasa yang menangis ketika merindu, yang sesak menahan sakit, dan menunggu dengan penuh harap.

Terimakasih karena telah mengajarkanku banyak hal. Sikapmu yang dewasa dan taat membuatku kagum, caramu menahan diri pun membuatku kagum hingga terkadang membuatku malu untuk bertanya. Bukankah kita memang sedang menjaga jarak? Masuk ke dalam sebuah proses.

"Jadi kau mau hidup seperti apa?" Kali ini pertanyaanmu terdengar lebih serius.

"Aku mau hidup biasa dan sederhana, apa adanya"

clannad anime



- Regards Pipit, menulis dan menggambar karena cinta -
Read More..

CANTIK


Bagimu cinta adalah kemolekan fisik, wangi dunia yang membasuh jiwa, langkah tegap kaki jenjang, dan segala keindahan untuk matamu. Bagiku cinta adalah kamu, kehangatan kasih sayang, harapan untuk hidup lebih baik, dan debaran lainnya.

“Sudah telat”

Aku mengamit tumpukan buku begitu saja. Membiarkan kertas-kertas terlipat kusut, menindih satu sama lain tak peduli satu bagian atau bukan. Kau berdiri tepat di depan pagar. Senyum pagimu merekah.

“Perlu bantuan?”

Aku hanya bisa mengangguk, membiarkan bias semu merah menampar pipiku. Pagi yang dingin seketika menjadi hangat. Aku selalu suka kebiasaanmu itu. Rapi, teliti, sigap, dan lucu. Kita berjalan bersisian tanpa suara. Hanya detak jantung yang terdengar.

Tanganmu yang besar itu meraih tanganku, membenarkan posisi jalanku yang setengah miring. Aku suka. Jari jemari kita saling berbicara, membisikkan rasa hati yang bahkan dewa dewi sekali pun tidak paham. Inikah yang namanya dunia hanya milik berdua?

Entah berapa lama kita berjalan. Kau berhenti mendadak, matamu terpaku pada satu titik. Seseorang berdiri di ujung jalan. Bibir merahnya merekah memanggil namamu. Kau melempar begitu saja kertas dan buku dalam pelukan. Menghantam wajahku yang berbingkai tanya.

BRUK !

Ternyata mimpi itu lagi.

Kepalaku pusing, badanku sakit karena terpelanting dengan indah. Ya, indah sekali ! Mataku memicing menatap berkas mentari yang menelisik dicelah gorden. Ah pagi telah menyapa. Aku berdiri dengan gontai, mencoba merapikan rambutku dengan sisir perak.

Mimpi tadi selalu membangunkan dengan sangat sempurna tiap pagi.

“Wanita harus terlihat cantik dan mempesona bahkan ketika baru bangun”

Kata-katamu terngiang lagi ditelingaku. Sekuat itukah pengaruhmu terhadap hidupku?

Sebuah handuk bercorak bunga memanggilku, menampar halus bayang semua tadi. Aku memang butuh menyegarkan diriku sendiri. Ingatan itu membuatku ingin berlama-lama memanjakan tubuh diantara derasnya air, berharap semua asa akan luntur bersama air yang mengalir melewati pipa-pipa.

Tik tok . . .

Aku memandang riasan tipis yang menutupi seluruh wajahku. Tidak ada rambut kusut, mata yang sayu, bibir yang kering, dan pipi yang menjemukan. Aku telah berubah dan aku akan membuatmu menyesal. Aku berjumawa.
*
“Aku salah”

Tangismu pecah dihadapanku. Lututmu mencium tanah hampir sejam. Wajahmu penuh dengan peluh sebesar biji jagung, kau terlihat sangat lelah. Apa benar ini yang aku harapkan?

“Kau memang cantik Ra, aku sadar sekarang”

Hangat. Aku cuma bisa mendengar detak jantungnya, detak jantungku. Apa ini? Bukankah aku ingin membuatnya menyesal? Kenapa sekarang aku tidak tega membiarkannya seperti ini?

Dia memang hanya mencintai keindahan fisik dan aku . . . memang hanya mencintainya. Itu bodoh.





- Regards Pipit, menulis dan menggambar karena cinta -
Read More..

Selasa, 20 November 2012

BOGOR, SUATU KETIKA



Hari itu cuaca sedang bahagia. Bandung seakan ingin memuntahkan amarahnya. Panas. Pengap. Keringat. Penghujung minggu yang luar biasa tidak elegan. Teriakan dari kamar samping memaksaku melompat turun dari tempat tidur, membenarkan jaket, merapikan anak rambut, dan menepuk pipi. Kebiasaan pagi yang lucu. Ibu tersenyum dari balik gorden biru.

"Sudah shubuh"

Aku mengangguk singkat. Tante berkata beberapa hal yang kemudian hanya jadi singgahan sementara ditelingaku.

Dentingan piring berbunyi. Tangan-tangan memperebutkan remote tv. Aku meringkuk di samping rak buku. Membaca satu atau dua lembar buku psikologi dengan kaki berlipat, mata berkedut, dan badan yang bergoyang maju mundur. Kebiasaan pagi lainnya.

Seperti biasa, beberapa komentar dari meja makan terdengar.

"Ini anak tiap pagi pasti gitu. Duduk di situ"

"Kak, bisanya ngelipat kaki gitu"

Seulas senyum merekah. Seaneh itukah aku ?

*


Rutinitas pagi telah selesai. Semua berkumpul di dalam mobil. Para anak muda berkumpul disatu mobil kijang hijau muda sedangkan para orang tua di mobil yang lainnya. Pembagian yang adil agar tidak ada teriakan seperti biasanya.

Aku yang biasa mual dan duduk tegang bisa rileks sejenak memandang keluar jendela. Bandung yang macet.

"Tumben gak pusing kak"

"Belum kali ya"

Aku menatap handphone ditangan kananku. Berharap ada seseorang yang menanyakan keadaanku saat ini. Aku terjebak di dalam keramain. Merasa sunyi. Aku tidak baik-baik saja. Aku butuh sendiri dan menangis.

*


Apakah Bogor selalu hujan?

Aku bertanya pada diriku sendiri. Tanganku membasuh jendela yang lembab. Rintiknya tak tersentuh tapi dinginnya terasa. Aku tidak suka. Hingar bingar terdengar disekitarku tapi aku merasa sunyi. Aku tak sendiri tetapi sunyi. Kau tahu, rasanya seperti terkurung di dalam penjara yang memaksamu melakukan sesuatu yang kau suka.

"Lagi ngapain kak?"

"Iseng"

"Selalu deh kak aneh-aneh aja"

Apakah aku memang aneh dimata mereka?



- Regards Pipit, menulis dan menggambar karena cinta -
Read More..

BUKAN TIDAK PEDULI

Ada orang yang dengan semangat 45 berjuang, berteriak, melakukan segala sesuatu mengajak yang lain. You can call me the old fashion one. Aku diam bukan berarti tidak peduli dan tolong jangan nge-judge orang lain dengan seenaknya. Setiap orang punya cara sendiri.



- Regards Pipit, menulis dan menggambar karena cinta -
Read More..

Senin, 19 November 2012

RINTIK YANG KU BENCI

Bukankah wajar jika aku tidak menyukainya ? Perciknya begitu menyedihkan buatku. Lembabnya menyakitkan sukmaku. Semuanya kembali terbayang begitu saja tanpa aba-aba yang jelas. Resonansi yang tidak aku sukai seakan memekakkan telinga.

"Hey . ." tepuknya menyadarkanku.

"Apa ?"

"Ayo main di luar. Hujannya indah sekali"

"Kau saja"

Aku kembali ke hari-hariku yang - mungkin hanya aku yang bisa mengerti - bahagia. Sepasang headset hijau, segelas besar air putih, tangan yang sibuk menelusuri laptop entah menulis atau menggambar, dan buncahan senyum yang - mungkin hanya aku yang bisa mengerti - bahagia.

"Hai, mau makan?"

"Tidak juga" Kepalaku setengah masuk ke dalam kulkas.

"Hmmm, tumben keluar kamar. Nyari apaan?"

"Iseng"

Kembali memasang headset. Rintik diluar semakin liar saja sedangkan derajat celcius tubuhku semakin bertambah. Cermin kecil di meja prihatin melihat ke dua pipiku yang memerah.

"Oh tidak, jangan demam" Tanganku otomatis melintang di atas jidat. Panas.

Sudah cukup. Sebaiknya istirahat, setiap hari apa sih yang kamu lakukan di depan laptop? Apa kamu benar-benar sakit atau hanya mencari perhatian.

Handphone putih touch screen itu ku lemparkan begitu saja. Apa yang mereka tahu tentang diriku? Siapa yang ada di sini ketika aku hampir sekarat, berpikir bahwa aku akan mati detik itu juga ? Hanya aku. Siapa yang tahu kalau sejak dulu sesak di dada ini semakin menjadi ketika hujan turun ? Hanya aku.

"Haaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaah . . ."

Tenang saja, semuanya sudah membaik kok :D

Ya, itu yang ingin mereka tahu. Aku si ceria. Ya, itu yang mereka tahu.

Your message has been sent.

Wajar sekali aku membenci rintik kecil ini.

Aku meneguk segelas air putih dengan cepat, mencoba meredakan emosi. Masih tidak bisa. Sebuah jarum kecil mencuat diantara peralatan menjahit. Satu. Dua. Tiga. Menyakitkan juga menyentuh kulit dan daging ditanganku tapi ini menyenangkan. Setidaknya aku bisa merasakan sakit dan melihat gumpalan darah yang membulat. Oh aku masih hidup.





- Regards Pipit, menulis dan menggambar karena cinta -
Read More..

Minggu, 18 November 2012

PAHLAWAN TANPA TANDA JASA YANG BERJASA

Hari pahlawan sudah lewat tapi masih teringat jelas sosok seorang pahlawan yang berjasa sekali di dalam hidup saya. Beliau adalah Pak Guru kesenian saya ketika SMP, Pak Idhar. Beliau adalah pria ke dua yang amat saya banggakan dan saya anggap sebagai pahlawan setelah Ayah.

Pak Idhar adalah sosok guru yang sedikit nyentrik. Rambutnya sepanjang punggung, agak ikal, dan terkadang diikat dengan sebuah kuncir kecil. Tangannya suka mengamit rokok yang menyala, tidak heran badannya sedikit beraroma tembakau.

Dipikiran saya ketika pertama kali melihat beliau adalah "apa orang ini benar-benar seorang guru?"
Yeah, saat itu otak saya masih diisi dengan pemikiran menilai seseorang dari kulitnya saja. Hal yang pertama kali membuat saya tercengang adalah ketika beliau mengukir sebuah kata di papan tulis. TULISANNYA RAPI SEKALI! Seperti tercetak begitu saja.

Pak Idhar, pahlawan tanpa tanda jasa. Saya tidak bisa menyembunyikan kekaguman saya ketika beliau menunjukkan kumpulan gambar yang beliau miliki. SUPER! LUAR BIASA! Saya yang sejak SD memang suka menggambar hanya bisa terpekur. Kagum. Malu. Tidak percaya diri. Ingin menjadi lebih hebat.

Pak Idhar adalah orang yang pertama kali percaya bahwa saya dianugerahi bakat menggambar, sementara yang lain menganggap saya hanya bisa melakukan sesuatu yang berhubungan dengan akademik. Saya bangga menjadi murid beliau. Belajar tentang banyak hal dan tak jarang menemani beliau menyeruput kopi di ruang guru. Bertukar pikiran.

Pak Idhar, pahlawan tanpa tanda jasa. Banyak hal yang beliau lakukan yang berpengaruh terhadap pemikiran saya. Masih teringat dengan jelas teguran pertama beliau.
Sewaktu dibebaskan menggambar di halaman sekolah, beliau menghampiri muridnya satu per satu. Saya yang duduk di pojok laboratorium bahasa (yang waktu itu belum sempurna jadi) melirik sekilas. Berharap beliau menghampiri dan memuji sketsa yang saya buat. Tapi ternyata kritikan pedas yang saya dapat.

"Ini sketsa? Terlalu real. Dari jarak seperti ini harusnya daun pohon itu tidak sejelas ini" beliau menarik gambar salah satu teman, "Lihat ini. Ini baru namanya sketsa"

Kritikan pertama yang menghujam tepat ke jantung, terekam jelas dan menampar begitu hebat. Rasanya malu sekali dikritik di depan teman-teman yang bahkan tidak punya sense of art (pikiran sombong ketika itu). Sebaris kalimat yang dilontarkan beliau membuat mata saya terbuka. Mungkin saya terlalu banyak terima pujian hingga terbang, terbang terlalu tinggi malah. Jatuhnya jadi sakit sendiri.

Pak Idhar, pahlawan tanpa tanda jasa. Beliau adalah yang membuat saya mengerti cara menggunakan cat air, belajar teknik pointilis, bahkan membuat gambar realis. Hingga saat ini, tugas menggambar bebas saya ketika itu adalah satu-satunya gambar paling realis yang pernah saya buat.

Sekarang pahlawan tanpa tanda jasa tersebut telah berpulang ke sisi Yang Maha Kuasa, ya beberapa tahun yang lalu. Saya belum diberi kesempatan untuk berucap terimakasih. Terimakasih karena telah mengajarkan banyak hal. Untuk tidak melihat seseorang dari penampilannya, untuk mengerti bahwa setiap karya seni memiliki penggemarnya masing-masing, untuk tidak berlaku sombong, untuk melakukan semuanya dari hati, dan untuk percaya bahwa bakat bisa diasah dengan rasa percaya yang kuat.

Thank you for everything Sir :-)

Guru memang pahlawan tanpa tanda jasa tapi jasa mereka terkadang bisa menyelamatkan kita.


Pengennya ngepost gambar ketika SMP tapi sayang semua gambarnya ditinggal di Papua.


- Regards Pipit, menulis dan menggambar karena cinta -
Read More..

Rabu, 14 November 2012

NOTICE ME NOW

Banyak sekali manusia yang berlalu dan singgah di kehidupan kita. Kau menandai mereka dengan berbagai warna. Biru untuk si pendiam dan baik hati. Merah untuk dia yang selalu bersemangat. Hijau untuk mereka yang jadi penyejuk hati, penenang jiwa dikala semua terasa berat. Diantara semua warna itu kau masih saja mengejar sebuah warna yang menurutmu paling indah. Dia yang membawa warna suci bagi hatimu. Dengan wajah yang berseri serta sorot mata penuh cahaya kau bercerita segala hal tentangnya. Bagaimana caranya bergerak, menarikan rima perasaannya, serta menyapamu bahkan hal sepele seperti melirik pada detik berapa, kau telah menghafalkannya.

Bagimu dia adalah segalanya lalu bagaimana denganku?

Aku di sini dengan tatapan bercahaya melihat senyummu yang merekah, tawamu yang membuncah, gerak tanganmu yang selalu terbang menebas angin, bahkan tangisanmu ketika bercerita padaku bahwa dia memutuskan pilihan bersama orang lain.

Bagimu dia adalah  segalanya lalu bagaimana denganku?
Bagimu dia adalah warna suci untuk hatimu, bagiku kaulah warna suci untuk hatiku. Kapan lingkaran ini berakhir?

Kata orang cinta butuh membuka mata untuk sadar bahwa terkadang cinta yang kita cari jaraknya sangat dekat jadi untuk apa mengejar cinta yang seharusnya menjadi milik orang lain?
Aku ingin mengatakan ini padamu tapi apakah hal ini juga berlaku padaku yang terus menunggumu?



- Regards Pipit, menulis dan menggambar karena cinta -
Read More..

TUHAN PELUK AKU SEJENAK

Tuhan

Peluk aku sejenak supaya aku tidak merasa sendiri di duniamu yang luas ini. Ijinkan aku kembali mengingat bahwa setidaknya masih ada sebuah pilar untukku bersandar. Mungkin saat ini beberapa pilar penyangga yang telah rusak sedang diperbaiki, mungkin . . .

Tuhan

Peluk aku sejenak supaya aku bisa memejamkan mataku, merasakan kehangatan yang mampu menghilangkan mimpi burukku. Mungkin ini karma karena segala salah yang pernah aku perbuat di masa lalu, entah disengaja atau tidak.

Tuhan

Peluk aku sejenak supaya aku bisa menahan senyuman ini dan bisa memberi semangat untuk semua orang yang telah dan belum ku temui. Jangan biarkan mereka menemukan airmata dan raut sedih diwajahku.

Tuhan

Peluk aku sejenak supaya aku bisa tetap bernafas dan melawan segala sakit ini.
Hanya pada-Mu kini aku memohon, tolong tunjukkan keajaiban sekali lagi seperti masa sekolahku dulu meskipun aku tahu nafas ini sejatinya milik-Mu dan akan kembali pada-Mu. Tapi, bolehkah aku berharap tidak untuk sekarang?




- Regards Pipit, menulis dan menggambar karena cinta -
Read More..

Selasa, 13 November 2012

UMA

Pintu kamar tertutup rapat, begitu pun dengan jendela dan gorden orange yang membingkainya. Tak ada suara dari dalam ruangan, semua terasa sunyi. Sudut-sudut yang  meriah hanya terdengar dari luar ruangan itu. Dimana beberapa orang tampak berteriak kesal, marah, menangis, bahkan hanya sekedar berbicara tak ada guna untuk mencari perhatian. Di sudut teratas ruangan sunyi, sebuah televisi berpendar menampakkan wujud manusia dengan suara yang dibuat-buat. Hanya itu, kemeriahan di luar sana.

Ruangan yang sunyi.

Uma memeluk bonekanya dengan erat seakan segala rasa gundahnya akan segera berpindah pada boneka itu. Beberapa tetes airmata tampak meninggalkan lekukan basah pada seprai. Entah apa yang ada dipikirkannya.

Jam berdentang dengan kencang. Suara di luar ruangan mulai menghilang, mungkin karena lelah atau bosan. Entahlah.

Pintu kamar terbuka, begitu pun dengan jendela dan gorden orange yang tadi tertutup. Uma tersenyum menghirup udara di luar. Tangannya melambai ke udara. Kakinya menari riang di atas tanah yang lembab.

Uma memang berbeda dan kau tidak bisa menebak isi kepalanya.



- Regards Pipit, menulis dan menggambar karena cinta -
Read More..

KOKO NI IRUYO

Ada yang menangkupkan asanya pada sesosok hati yang jauh di sana. Tangannya merengkuh dalam diam segala rasa yang bergelora. Mungkin terdengar aneh ketika dia berkata bahwa dia sedang menunggu sedangkan siapa pun tidak dapat melihat siapa atau apa yang ditunggunya.

Waktu saling mengejar, dua tangan kecil memang tidak mudah menahan setampah rasa yang kian menumpuk. Jika tidak segera dijemput, sepertinya segala isi rasa itu akan jatuh tersungkur ke tanah.

Manusia, bukan malaikat.



- Regards Pipit, menulis dan menggambar karena cinta -
Read More..

Senin, 12 November 2012

SEMOGA CEPAT BERUBAH

Ada waktu dimana kehidupan akan berakhir dan jika itu terjadi apa yang akan kamu bawa serta tinggalkan? Sama seperti hari ini, bukan . . bukan kehidupanmu yang berakhir tapi penantian itu yang berakhir. Rasanya sudah berkali-kali aku berteriak pada diriku sendiri untuk tidak menggantungkan harapan pada manusia. Lihatlah sekarang, kecewa itu datang lagi.

Suara di seberang sana terdengar pilu dan amat menyesal. Ya aku bisa merasakannya. Tapi, kecewa dan rasa sesal di sini juga tak kalah hebatnya.

Apa yang kini dibawa dan ditinggalkan? Entahlah.

Semoga cepat berubah, kamu . . .




- Regards Pipit, menulis dan menggambar karena cinta -
Read More..

Senin, 05 November 2012

FR : ZUPZUPZUPPY

F : ( menghela nafas )

R : Masih memikirkan yang kemarin itu?

F : Kurang lebih, apalagi tadi gak sengaja ngecek sesuatu yang bikin goyah lagi

R : Kebiasaan. Kamu terlalu sering menggunakan imajinasimu sampai gak tahu batas. Tapi, kadang kamu juga gak peka sama hati orang lain.

F : My bad

R : Lebih baik fokus saja atau ingat kembali tulisan dinote kecilmu.

F : Tulisan yang mana? Banyak tulisan di sana.

R : " jangan serakah menggenggam semua berlian karena tanganmu tidak cukup besar untuk itu"

- Regards Pipit, menulis dan menggambar karena cinta -
Read More..

LOOKING AROUND #1

Suara bass dari pengeras di sudut atap terdengar begitu nyaring. Derap-derap langkah kaki terdengar. Ada yang berteriak memanggil kerabatnya yang sedang melamun. Ada yang mematung melihat jam dinding, berharap waktu cepat berlalu.

Antrian panjang memenuhi selasar ruangan. Wajah-wajah berpeluh dengan berbagai ekspresi sigap menunggu. Decit kursi besi membawa nafas kelegaan. Sedikit lagi jarak menuju loket.

Anak-anak kecil tampak bermain riang, tidak peduli suasana yang ramai dan pengap. Ada senyum yang membuncah, decak kejengkelan, serta bibir yang terkatup rapat.

Sepasang muda dan mudi tampak duduk berdempetan seakan disesaki ruang yang sebenarnya lengang. Pemuda tanpa malu-malu menghapus peluh pasangannya, menunjukan kepedulian.

BUMMM !

Sebuah paket terjatuh mencium tegel. Seorang kakek terlihat kikuk membenarkan posisinya. Ada tangan yang mendarat menolong, ada pula yang beristigfar, dan tak sedikit yang hanya melihat.

Jarum jam bergeser sekali lagi. Aku masih menunggu di sudut ruangan, memperhatikan suasana stasiun dan rupa-rupa manusia.

stasiun kiara condong, nungguin Erwin beli tiket




- Regards Pipit, menulis dan menggambar karena cinta -
Read More..

Minggu, 04 November 2012

YANG AKU BAYANGKAN



Aku ingat suatu ketika kau bertanya padaku, apa yang akan aku lakukan ketika semua rencanaku terwujud dan kau siap meraih tanganku? Mungkin dulu aku hanya menjawabnya secara klise "hidup bersamamu sudah cukup"

Tapi kini aku membayangkan sesuatu yang lain. Aku ingin hidup luar biasa bersamamu. Membina sebuah keluarga dengan rumah kecil sederhana yang di dalamnya akan hidup sepasang malaikat kecil yang lucu. Rumah kita akan dipenuhi oleh buku-buku yang kau dan aku sukai. Kita akan membuka sebuah perpustakaan kecil. Dipenghujung minggu, kau akan menemaniku membacakan cerita tentang kehidupan, melukis tawa dan canda untuk semua malaikat kecil yang singgah di perpustakaan mini ini. Kau akan tertawa lebar, ya khas tawamu, seraya menggoreskan pensil kecil yang selalu kau bawa. Aku akan memandangmu dengan takjub karena aku selalu kagum pada goresan pensilmu yang menurutku jauh lebih indah dari apa yang aku lakukan.

Setiap shubuh merengkuh, kita akan bersujud mensyukuri kehidupan yang telah diberi. Tersenyum satu sama lain mengawali pagi. Aku akan menyiapkan hidangan yang kau suka sejak dulu, segelas teh hangat dengan roti selai cokelat. Kau akan tersenyum dari ruang tengah sembari membantuku mengurus dua malaikat kecil kita. Dengan penuh kasih dan wibawa, kau menuntun kami semua berterimakasih pada Sang Pencipta atas segala yang telah diberi. Kau akan meninggalkan rumah dengan senyuman hangat dan lambaian tangan yang akan ku rindukan.

Jika matahari telah setinggi kepalaku. Kau akan pulang setelah menjemput dua malaikat kecil kita. Beristirahat sejenak dari kepenatan kerja. Aku akan menyiapkan buah-buahan segar serta makan siang yang selalu kau inginkan. Eits, tapi sebelum itu kita harus bersyukur sekali lagi atas ini semua, bersujud kepada Sang Pencipta.

Ketika malam menjelang, kita akan bermunajat kepada Sang Pencipta sekali lagi sebelum terlelap mengistirahatkan jiwa dan raga yang telah lelah. Kau masih setia di sampingku tersenyum penuh ikhlas, senyuman yang selalu sama sejak dulu.

Ya, aku ingin hidup luar biasa bersamamu karena bertemu denganmu sungguh luar biasa. Aku tahu arti bersyukur dan cinta pada kesabaran.

Ya, aku ingin hidup luar biasa bersamamu karena itu aku masih setia menunggumu hingga saat ini, yang namanya tercatat di sana.



- Regards Pipit, menulis dan menggambar karena cinta -
Read More..

Sabtu, 03 November 2012

LITTLE SUN



Tolong, jangan paksa matahari kecil ini menjadi sang rembulan
Tolong, jangan paksa matahari kecil ini memasuki dunia malam
Tolong, jangan paksa matahari kecil ini menjadi bagian kehidupan yang kamu inginkan

Matahari kecil ini punya dunia sendiri
Matahari kecil ini ingin bebas tersenyum

Pikirmu, ini demi kebaikan
Pikirmu, ini demi masa depan matahari kecil
Pikirmu, semua hanya pikiranmu
Pernahkah kau bertanya apa yang matahari kecil inginkan?

Matahari kecil ini ingin mencoba pengalaman yang baru
Matahari kecil ini ingin bebas tersenyum

Let it be....
Iie, moo ichido ...yamette kudasai
Aruki hajimeta daijoubu da yo

21 Desember 2010 



- Regards Pipit, menulis dan menggambar karena cinta -
Read More..