Rabu, 10 Oktober 2012

UGLY


Gadis berambut perak

Cermin bundar berdiri tegak disudut kamar. Seorang gadis berambut perak berdiri dihadapan cermin tersebut. Tangannya menyisir rambut perak dengan mudah. Bisa dipastikan rambut peraknya yang digerai begitu saja sangat terawat.

“Rambutmu sehalus sutra” seorang wanita paruh baya masuk ke dalam kamar.

Gadis berambut perak tampak tidak peduli. Tangannya yang kecil dan putih kini mulai beralih pada wajahnya yang bundar.

“Kau membutuhkan ini” kata wanita paruh baya tadi sembari memberikan sebuah kuas bedak.

Gadis berambut perak tersebut mulai mendandani wajahnya dengan lihai. Dia membubuhkan beberapa warna peach pada pipi, mata, serta bibirnya yang mungil. Wajahnya yang pucat kini berubah menjadi cerah.

Peach untuk hari ini. Baiklah” sang wanita paruh baya kemudian meletakkan tiga buah gaun dibadan kasur dan meninggal sebuah tube-dress berwarna peach ditangannya, “ini baju yang tepat untuk hari ini”

Gadis berambut perak melepaskan baju tidurnya perlahan. Siluet tubuhnya tampak sangat sempurna bagaikan sebuah boneka. Dibantu sang wanita paruh baya, tube-dress tersebut melekat sempurna ditubuhnya. Tepian tube-dress yang berenda tampak bersentuhan manja dengan rambut gadis tersebut yang telah dikepang dengan rapi.

“Kau ingin menemuinya sekarang?”

Gadis berambut perak tersebut hanya terdiam. Dia menatap kakinya yang tak beralas.

“Dia berada disamping kamar ini. Kau tidak membutuhkan sepatu”

Namun mata gadis itu tetap tidak bergeming dari kaki mungilnya sendiri.

“Baiklah”

Wanita paruh baya lalu menyematkan sebuah stiletto yang berkilau bagaikan sepatu Cinderella.

“Kau cantik sekali . .”

Seperti tersadar akan sesuatu, gadis berambut perak tadi kemudian berlari kearah cermin bundar disudut kamar. Matanya terbelalak lebar menampakkan jejak bulir airmata yang terus mengalir. Tangannya yang ringkih mulai menghapus semua warna yang membingkai wajahnya.

“Haaaaah . . .”

Sang wanita paruh baya hanya bisa menghela napas melihat kejadian ini. Kejadian yang terus berulang selama sepuluh tahun.

“Masih ada hari esok”

Gadis berambut perak tampak tidak peduli, dia terus menangis dan menghancurkan dandanannya sendiri.

“Berapa lama lagi kau akan seperti itu ?” gumam wanita paruh baya sembari melangkahkan kakinya keluar kamar. Sebelum menutup pintu, sang wanita paruh baya menatap wajah gadis tersebut. Sebuah luka gores melintang diwajahnya.

Find another cute paper : pandorapaper


- Regards Pipit, menulis dan menggambar karena cinta -

1 komentar:

what do u think, say it !