Kamis, 18 Oktober 2012

DEEP WITHIN



Satu

Dua

Tiga

Empat

Lima

Enam

Tujuh

. . . .

Fia menghitung dalam hati sambil memejamkan matanya. Ada sesuatu yang menggelayut aneh didadanya. Sebuah gemuruh yang menyesakkan tetapi juga membuah teduh hati.

“Aku kenapa?”

Fia bangun dari pembaringannya, mengambil segelas air putih dari cangkir bening yang membisu di meja. Jarum jam berdentang beberapa kali, sepertiga malam telah menampakkan dirinya. Tetesan air dari keran di kamar mandi seakan memanggil Fia. Fia menghela napas dan mulai membasuh wajahnya. Bayang dan harapan itu muncul lagi. Fia mencubit pipinya keras-keras membiarkan rasa sakit menampakkan jejak kemerahan dipipi mulusnya.

C’mon Fi kamu gak boleh seperti ini. Jangan goyah hanya karena sesuatu yang belum pasti. Jangan terpengaruh dengan pemikiran aneh seperti ini. Ingat dinding yang sudah kamu buat sejauh ini, jangan biarkan runtuh” gumam Fia.

Hening. Angin menelisik manja membelai gorden tipis yang menutup jendela. Fia meraih jilbab abu-abu cerah miliknya, berjalan menyusuri rumah yang sepi. Langkah kakinya terhenti di balkon yang berhias bunga daffodil.

“Malam yang sunyi dan sejuk”

Sebuah bayang berkelebat lagi diingatannya.

“Astagfirullah”

Fia tersungkur. Air matanya mengalir dengan hangat. Dia menangisi hatinya yang kini mulai goyah.


gambar 3 tahun lalu, niru dari manga serial cantik, lupa judulnya -_-



- Regards Pipit, menulis dan menggambar karena cinta -

3 komentar:

  1. btw, ini sepenggal cerpen yang kamu buat atau karya lepas.??

    BalasHapus
  2. stiap cerita pipit slalu takut buat nerjemahin :p hehehe
    kerennn

    BalasHapus
  3. Bang Oi : sepenggal cerpen mungkin hehehe :D

    Dhila : ih kenapa takut? hehehe
    Makasih Dhila :D

    BalasHapus

what do u think, say it !