Rabu, 17 Oktober 2012

UGLY

Pria berbadan tegap

Wanita paruh baya menampakkan dirinya lagi. Kali ini dia berada disebuah kamar yang lengkap dengan perabotan mewah. Berbeda dengan kamar sebelumnya yang dihuni oleh seorang wanita berambut perak, kamar kali ini dihuni oleh seorang pria berbadan tegap. Pria ini memiliki tatapan mata yang tajam namun kosong. Menatap ke dalam matanya seakan menatap ke dalam sebuah kekosongan.

“Hari ini kau menunggunya lagi?” Wanita paruh baya mulai berbicara.

“Ya” pria berbadan tegap tersebut menjawab. Sepertinya dia berbeda dengan gadis berambut perak yang hanya terdiam.

Wanita paruh baya mulai melipat kembali baju yang bertebaran dilantai.

“Hari ini kau mengacak lemarimu lagi,” sang wanita paruh baya menghela napas lalu melanjutkan, “bisakah kau menjadi anak baik untuk sehari saja?”

“Ya” pria tersebut kembali menjawab.

“Kemarin kau juga berkata seperti itu. Bisakah kau membuktikannya saja?”

Pria tersebut hanya terdiam. Dia menatap keluar jendela. Taman mungil terhampar indah dihadapannya. Berbagai macam bunga tampak telah bermekaran dengan sempurna. Sinar matahari yang menembus setiap celah pohon cemara dengan lembut menyentuh kelopak tiap bunga. Pemandangan yang sangat menyejukkan hati.

“Kau terlihat sangat tampan kalau tersenyum” wanita paruh baya mengangkat sebuah foto dengan bingkai perak. Difoto tersebut tampak sang pria berbadan tegap yang tengah tersenyum memeluk sebuah piala. Disamping pria itu berdiri seorang gadis manis berambut perak. Mereka tampak sangat bahagia.

“Maukah kau menemuinya saja, daripada menunggunya disini?”

“. . . .”

“Sepertinya kau memilih untuk terus menunggunya”

“Ya”

Wanita paruh baya mengangkat bahunya. Dia mengambil beberapa helai baju kotor kemudian melangkah keluar kamar.

“Bisakah kau berhenti menangisi dirimu sendiri?” mendadak wanita paruh baya menghentikan langkahnya, sesuatu yang ingin ditanyakannya kini telah terucap.

Sang pria berbadan tegap hanya terdiam. Tangan kanannya membelai pinggiran kursi roda yang terpoles indah. Pria itu menatap ke lantai dengan sedih. Tidak ada jejak maupun bayangan kakinya disana, semuanya telah hilang meninggalkan dirinya.

Find another cute paper : pandorapaper

- Regards Pipit, menulis dan menggambar karena cinta -

2 komentar:

  1. sedihh T^T
    Jd mereka kecelakaan? trus si rambut perak meninggal?

    selalu seneng baca crita pipit :p

    BalasHapus

what do u think, say it !