Kamis, 18 Oktober 2012

SISY




Hujan diluar turun perlahan, rasanya menyenangkan menikmati setiap tetesnya.

“Lima like, sepuluh komentar” gumam Sissy.

Asap mengepul indah dari cangkir kopinya. Sisy menarikan jemari mungilnya pada badan keyboard. Ekspresi wajahnya berubah seiring dengan suara ketikan yang terdengar. Kadang ketikan tersebut berhenti sebentar sementara Sisy menatap layar 14 inch dihadapannya dengan serius.

Aku mau curhat

Sebuah kotak chatting menyembul begitu saja dari peraduannya. Sisy tersenyum simpul membaca nama yang tertera pada kotak chatting tersebut.

Curhat apalagi? Masalah kemarin?

Sisy menyeruput kopinya berirama, matanya terpejam untuk sesaat menikmati aroma kopi yang masih tersisa.

Begitulah

Suara kotak chatting membuatnya membuka mata dengan cepat. Sisy menghela napas panjang. Dia bisa menduga bahwa orang ini akan membuat waktunya terasa amat melelahkan. Bukan sekali ini saja Sisy menjadi tempat curahatan hati teman-temannya di dunia maya. Di dunia virtual yang tidak terbatas jarak ini, Sisy dapat merasakan kehangatan dan kasih sayang yang telah hilang dari dirinya.

“Dunia disini lebih menyenangkan” gumam Sisy.

Jemari Sisy kini lincah bergerak bersama sebuah mouse berbentuk telur. Dalam hitungan beberapa jam raut wajahnya bisa berubah menjadi berbagai macam ekspresi, semua ini tergantung dengan apa yang dilihatnya.

Disana masih hujan?

Sebuah chatting dari teman lain pun muncul menepis chattingan sebelumnya yang masih berlanjut.

Masih nih, kalau disana?

Sisy membalas dengan cepat. Ada sebuah semangat menggebu dihatinya.

Matahari bersinar cerah. Gerah. Aku mau es krim

Sisy menopang dagunya menatap chattingan tersebut. Kepalanya sibuk memikirkan kata yang tepat untuk menjawab pernyataan tadi.

Hallo, masih disana?

Sisy tersentak, sepertinya dia berpikir terlalu lama. Inilah yang terjadi jika sebuah nama yang indah muncul pada kotak chattingnya. Seseorang yang selalu dipuja Sisy. Sisy meregangkan tubuhnya sebentar sebelum lanjut membalas.

PRANG . . . !! BRAK !!

Pintu kamar Sisy terbuka paksa. Seorang wanita dengan pakaian berantakan muncul dihadapannya. Wanita tersebut memegang sebuah botol minuman yang berbau tidak menyenangkan.

“Ma, tolong jangan ganggu Sisy dulu”

Wanita yang dipanggil Mama oleh Sisy melangkah gontai kearah tempat tidur seolah tidak mendengar gerutuan Sisy barusan. Sebuah botol minuman bening yang terpaut ditangannya digoyang-goyangkan sedemikian rupa seiring dengan ocehan tak jelas yang keluar dari mulutnya.

Sisy menatap wanita tersebut dengan cemberut. Sebuah headset berwarna hitam diraihnya.

“Setidaknya ini membantu”

Sisy, pialamu banyak ya :D aku iri sama kamu, kayaknya kamu berbakat banget. Hidup kamu pasti bahagia banget ya

Sisy tertegun melihat komentar yang baru saja muncul disalah satu album fotonya. Bahagia? Sepertinya Sisy sudah mulai lupa bagaimana rasanya menikmati bahagia sejati ketika hidupnya kembali berpijak di dunia nyata. Foto piala dan segala hal indah yang diuploadnya selama ini hanyalah pemanis mata semata. Tidak ada ucapan selamat dan sorak pujian ketika dia menerima itu semua. Ya, tidak ada sama sekali sejak ke dua orang tuanya memutuskan untuk berpisah.

Terimakasih ya J

Sisy membalas komentar tersebut dengan raut wajah yang berbeda. Butiran lembut nan bening kini membasahi pipinya. Dua dunia yang berbeda.


- Regards Pipit, menulis dan menggambar karena cinta -

2 komentar:

what do u think, say it !