Kamis, 08 Desember 2011

4 O’CLOCK


"when time has profound meaning"

MAHASISWI

Cinta dan rasa sayang memang aneh. Perbedaannya tampak tipis, setipis rasa yang mungkin ada dihatinya. Sore hari, sekitar jam empat dia selalu duduk dibangku yang sama dengan buku sketsa serta laptop putih yang sama. Setiap sore disaat yang sama, aku selalu menatapnya dari balkon kampus. Aku mengaguminya seperti Narcissa mengagumi wajahnya sendiri. Rasa kagum itu berkembang dengan pesat hingga tanpa ku sadari rasa itu berubah menjadi cinta.

Aku hanya seorang mahasiswi biasa dari keluarga yang biasa. Selayaknya mahasiswi yang merantau ke pulau orang, aku harus bisa beradaptasi dan hidup dengan tepa selira. Aku harus berhemat agar bisa bertahan hidup. Meskipun ke dua orangtuaku pasti bisa memberikanku lebih dari apa yang aku minta. Aku tak peduli jika banyak mata dan ucapan yang mengejekku. Aku memang gadis biasa dengan penampilan biasa dan terkadang tidak mengerti dengan apa yang mereka ucapkan. Aku memang berasal dari kota kecil yang mungkin tak mereka ketahui. Tapi, aku juga ingin memiliki teman yang bisa berbagi. Aku tahu manusia tidak dapat memikul bebannya sendiri, dia harus berani berbicara dan berbagi dengan seseorang. Hal itulah yang membuatku mencoba mendekati beberapa kelompok mahasiswi dikelasku, namun sebagian dari mereka tampak enggan menerimaku dan perlahan aku pun merasa belum mendapatkan kecocokan dengan mereka.

Kelompok pertama, sebut sajalah sekelompok gadis barbie dengan pakaian yang bermerk serta dandanan yang “wah”. Saat aku mencoba menyapa mereka dan menanyakan materi yang baru disampaikan dosen, mereka tidak menghiraukanku. Aku diabaikan selayaknya patung.

“Kau dengar ada yang berbicara?” kata salah satu diantara mereka yang disambut dengan gelengan kepala. Sedih dan miris memang, sebuah kehadiran akan diterima bila kau memang dianggap “cukup”.

Disisi lain, aku mencoba mendekati beberapa gadis yang terlihat cerdas dan aktif dikampus. Mereka memang menerimaku namun entah mengapa aku merasa hanya bisa menjadikan mereka teman biasa, bukan sahabat untuk berbagi. Ketika berkumpul dengan mereka, aku hanya bisa terdiam dan mendengar mereka membahas hal yang sama sekali tidak aku mengerti. Dan sekali lagi, aku menjadi orang yang terbuang. Aku terbuang karena aku tidak bisa mengikuti alur yang mereka berikan.

Sejak saat itu aku tidak berani mendekati siapapun dikelas, termasuk dia. Dia yang bersinar dan berbeda. Dia yang selalu membuat sketsa di taman tiap sore pada jam yang sama. Dia yang selalu memenuhi ruang hati dan pikiranku. Dia yang ku pikir tak bisa ku rengkuh dan ku dekati. Hingga suatu hari, kesempatan itu datang.

Kita sekelompok”

Aku menatapnya yang tersenyum ramah. Tidak ada yang pernah tersenyum seperti itu padaku disini. Wajahku memanas dan tanganku pun bergetar. Inikah rasa cinta itu? Entahlah, yang jelas aku bahagia melihat senyuman yang dia beri padaku.

“Hallo???” dia melambaikan ke dua tangannya yang besar dihadapanku.

“Ah iya”

“Hmm, mau dikerjakan kapan? Aku bisa kapan saja kecuali jam empat sore”

“Ya, aku tahu”  aku tersenyum mendengar perkataannya.

Kau tahu?”

“Ah . . i-itu a-a-a- ku . . .”

“Kau pasti sering melihatku ditaman tiap jam empat sore”

Aku hanya bisa mengangguk, mungkin dia tak menyadari bahwa aku dengan sengaja melihatnya. Aku senang melihatnya mengerutkan dahi ketika membuat sketsa. Aku bisa menghabiskan waktuku berjam – jam hanya untuk menatapnya menorehkan garis dibuku sketsanya. Aku tak tahu apa yang disketsanya, yang jelas hal tersebut membuatnya bahagia.

Aku berharap dengan adanya tugas kelompok ini, aku bisa dekat dengannya. Saat ini, cukuplah bagiku untuk menjadi sahabatnya, ya untuk saat ini.


*


MAHASISWA

Aku melirik sekilas arlojiku, jarumnya yang runcing dan tidak simetris menunjukkan jam empat sore. Aku bergegas merapikan buku yang akan ku pinjam diperpustakaan. Aku tidak boleh melewatkan jam empat sore yang selalu membuatku tersenyum. Jam empat sore yang berharga, yang selalu mengingatkanku akan gadis berkuncir dua.

Gadis itu yang membuat semangatku selalu menyala. Setiap mengingat dirinya, tanpa kusadari aku akan tersenyum bahagia. Kemudian tangan serta jemariku akan bergerak membuat sebuah lekukan garis. Garis yang akan berkembang menjadi wajahnya. Entah berapa banyak sketsa yang ku buat untuk dirinya. Sketsa wajahnya yang tersenyum, menangis, merajuk, bahkan marah.

Aku tidak pernah diberi kesempatan untuk menunjukkan sketsa ini padanya karena kita berpisah begitu cepat. Dia cinta pertamaku sewaktu SD. Orang – orang menyebutnya hanya sebuah cinta monyet tapi bagiku, dialah cinta yang tidak bisa kulupakan begitu saja.

Aku berlari dan berpacu dengan detik yang semakin ganas menunjukkan jam empat sore. Langkahku semakin panjang hingga aku melihatnya berjalan diantara mahasiswa yang berkumpul di lobi. Aku bisa mengenalinya dengan jelas. Tubuh kecil yang ringkih serta rambut yang dikepang dua. Gadis penyemangatku yang telah dewasa. Langkahku terhenti seketika, aku menatapnya dengan tajam. Mencoba mengingat tiap inci wajahnya serta lekukan yang muncul saat dia berlari. Aku terus menatapnya hingga dia menghilang dibalik sudut menuju balkon.

Wajahnya hari ini adalah sketsaku hari ini. Aku tak menyangka akan mendengar namanya yang indah ketika dosen waliku mengabsen satu per satu mahasiswa di kelas. Dia tumbuh menjadi cantik meskipun beberapa orang menganggapnya kuper . Mereka tidak tahu bahwa dia memiliki rambut hitam yang berkilau, yang selalu tersembunyi dibalik pita dan kepangan rambut. Mereka tidak tahu bahwa dia memiliki manik mata yang teduh dan berwarna cokelat tua. Mereka tidak tahu bahwa dia memiliki suara yang indah, suara yang jarang ditunjukkannya.

Aku berharap diberi kesempatan untuk dekat dengannya dan bisa berbicara dengannya. Menatap wajahnya dari dekat dan mendengar suaranya yang halus. Dan perlahan tapi pasti, kesempatan itupun datang.

“Kita sekelompok” aku mencoba menyapanya setelah kegugupan menyergapku ketika aku mencoba merangkai kata yang pas untuk menyapanya. Dadaku bergemuruh dan tanganku bergetar. Suasana diantara kami hening. Aku takut dia menganggapku orang aneh karena menyapanya secara mendadak.

Aku tak suka keheningan ini karena kegugupanku akan semakin terlihat. Aku mencoba melambaikan tanganku dihadapan wajahnya. Semoga dia tidak menyadari getaran gugup pada tanganku.

“Hallo???”

“Ah iya”

“Hmm, mau dikerjakan kapan? Aku bisa kapan saja kecuali jam empat sore” kataku dengan nada yang dibuat tenang.

“Ya, aku tahu”  katanya sambil tersenyum. Senyuman yang sama seperti dulu.

Kau tahu?” tanyaku dengan nada senang yang tertahan.

“Ah . . i-itu a-a-a- ku . . .”

“Kau pasti sering melihatku ditaman tiap jam empat sore”

Entah mengapa mulutku memotong kata – kata yang ingin dia ucapkan. Aku terlalu bahagia hingga seperti ini. Aku bahagia karena bisa berbicara dengannya. Aku bahagia karena dia tahu kebiasaanku pada jam empat sore meskipun mungkin dia telah melupakan kejadian beberapa tahun silam pada jam yang sama.
Suatu hari nanti, aku berharap agar aku bisa menyatakan apa yang kusimpan selama beberapa tahun dan menunjukkan semua sketsaku padanya. Namun, keinginan terbesarku saat ini adalah cukup untuk menjadi sahabatnya, ya untuk saat ini.



- Regrads Pipit, menulis dan menggambar karena cinta -

12 komentar:

  1. aku suka cerpen yg ini fit!!!
    ada sambungannya gakk?

    BalasHapus
  2. ayolaaaaaaaaaaaahhhhh katakan cinta masing-masing, jangan memendam seperti ituuuu....

    kuren jeng, pas dengan cerpen yang sekali dibaca istilahnya "sekali duduk"

    hehehehe.... keep writing *cium*

    BalasHapus
  3. kiki : sejauh ini belom ada sambungan :3

    cipa :p : biar greget, saya suka cinta yang dipendam2, ngegemesin ye :p

    hahahah tencu *cipok* hahaha

    BalasHapus
  4. nice story...
    keep writing sista...

    BalasHapus
  5. K-E-R-E-N B-G-T !!

    ada lanjutannya ga kak? hehe

    BalasHapus
  6. sudut pandangnya dari 2 orang berbeda, unik ya
    kisahnya juga seru dan umm

    BalasHapus
  7. btw, yg mahasiswi aligmentnya di justify juga biar rapi

    atau sengaja digituin

    BalasHapus
  8. Elha : makasih :)

    Kurt : makasih ya :)

    Honey : Makasih :)

    Shin : :3 oh iya, makasih ya diingetin, heheheh

    BalasHapus

what do u think, say it !