Selasa, 11 Februari 2014

PERGURUAN GANESHA : PIRING ARIMBI (VERSI CERPEN)





Gadis berkuncir dua ini bernama Arimbi. Ia tinggal di sebuah rumah mungil bersama sang Ayah. Ada satu sifat Arimbi yang tidak disukai sang Ayah. Arimbi sering mengulang kesalahan yang pernah ia perbuat. Arimbi seperti tidak benar-benar menyesal ketika menyatakan permintaan maaf.

Suatu hari, Arimbi diperkenalkan kepada seorang guru tua bernama Pak Ganesha. Sang Ayah sudah mendengar banyak hal tentang perguruan yang didirikan Pak Ganesha. Metode pembelajaran yang berbeda dari biasanya tidak hanya membuat murid lulusan perguruan ganesha menjadi pintar secara akademik, tetapi juga pintar bertingkah laku dengan baik. Sang Ayah berharap agar sifat buruk Arimbi bisa berubah dengan belajar di perguruan Pak Ganesha.

Hari pertama belajar di perguruan, Arimbi diminta memecahkan setumpuk piring. Arimbi bisa melakukannya dalam waktu yang singkat. Setelah itu, Pak Ganesha memintanya untuk memperbaiki piring-piring tersebut dengan menggunakan sebuah lem. Arimbi kembali menuruti perintah tersebut. Ternyata memperbaiki piring yang telah pecah tidak semudah ketika memecahkannya.

“Lihatlah intinya.” Kata Pak Ganesha.

Arimbi hanya menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Berulang kali dia membolak-balik piring, mencoba mencari tahu apa yang dimaksud Pak Ganesha. Tapi tetap saja dia tidak mengerti.

Sebulan kini telah berlalu. Arimbi masih diminta melakukan hal sama yaitu memecahkan dan memperbaiki piring. Arimbi mulai bosan dengan hal tersebut. Dia selalu menghela napas. Pak Ganesha yang melihat hal tersebut bertanya pada Arimbi apa dia sudah menemukan inti melakukan hal tersebut? Arimbi kembali menggeleng.

Pak Ganesha mendekati Arimbi, memandang piring yang meninggalkan jejak retak.

“Muridku Arimbi, inti dari semua ini sama dengan perilakumu selama ini. Melakukan kesalahan tidak semudah meminta maaf. Namun, dengan meminta maaf maka kesalahan yang telah diperbuat setidaknya bisa diperbaiki. Sama halnya dengan merekatkan piring yang telah pecah. Tetapi, jika kata maaf tidak disertai dengan penyesalan yang tulus maka permintaan maaf itu tidak akan ada artinya. Seperti piring-piring yang telah diperbaiki dan kembali pecah. Tidak dapat digunakan lagi, hanya dapat melukai orang yang menyentuhnya.”

Arimbi tertunduk. Ia mengerti apa yang dikatakan Pak Ganesha.

“Muridku Arimbi. Kau bisan melakukan ini semua bukan? Sama halnya dengan mereka yang melihat perilakumu.”

- Regards Pipit, menulis dan menggambar karena cinta -

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

what do u think, say it !