Minggu, 19 Oktober 2014

PATUNG


“Aku hanya ingin didengar.”

Mungkin itu suara yang keluar dari isinya. Patung itu sudah terlalu membisu di sudut ruangan. Ke dua bola matanya bahkan sangat paham akan setiap situasi yang membingkai hari-hari di tempat itu. Ada orang yang menatapnya bingung. Ada pula yang dengan acuh mematikan puntung rokok ditubuh mulusnya.

“Ah hanya patung ini.”

Mungkin itu yang terlintas dipikiran orang-orang tersebut.

“Aku hanya ingin didengar.”

Patung itu kembali mendesah. Ah, rasanya seperti percuma dia protes pada dinding. Hanya keheningan yang kembali ia dapat. Andai saja ia bisa bergerak semaunya, ingin rasanya menendang dinding yang terdiam.

“Kau kesepian?”

Seekor kucing kecil meringkuk di samping patung. Suaranya mengagetkan sang patung.

“Kau berbicara padaku?”

Sang kucing hanya mengeong. Mungkin hanya lamunan.

“Ya aku berbicara padamu.” Ada kata-kata setelah itu.

Kucing kecil menempelkan kepalanya pada sang patung.

“Aku akan mendengar dan menemanimu. Anggap saja ini yang bisa aku lakukan sebagai balas bukti untuk majikanku yang telah tidur dipembaringan terakhirnya.”
Sang patung tersenyum. Hari ini bebannya akan berkurang. Ia berbicara banyak dan kucing kecil terdiam menatap takjub sang patung.

- Regards Pipit, menulis dan menggambar karena cinta -

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

what do u think, say it !