Sabtu, 18 Oktober 2014

GADIS BUNGA MATAHARI


Panas sangat menyengat. Suara serangga-serangga melengking memenuhi ladang bunga. Aku sudah siap dengan topi jeramiku. Mengikat rambutku yang pendek sebahu agar tidak lengket di leher dan membuat gerah.

“Liliana!”

Suara Ibu sudah membahana di belakangku. Ibu pasti ingin melarangku bermain ke ladang bunga. Tapi seperti biasa, aku tidak peduli dan terus berlari.

Hai, namaku Liliana Putri. Anak pertama dari keluarga yang mengabdikan dirinya untuk menjaga ladang bunga. Menurut cerita nenek, keluarga kami sejak jaman dahulu kala sudah menjadi penjaga ladang bunga. Jujur saja aku menyukainya. Apalagi ketika bunga-bunga mulai bermekaran. Wah, luar biasa! Matamu akan dimanjakan oleh warna-warna alam yang sangat indah.

Tahukah kau bunga apa yang aku sukai? Lili? Tebakanmu salah. Meskipun diberi nama Liliana tetapi bunga yang aku sukai adalah bunga matahari. Saking sukanya dengan bunga matahari, aku pernah merengek pada ke dua orang tuaku agar namaku diganti menjadi Matahari Putri. Dan rengekanku tersebut ditolak mentah-mentah.

Aku akan bercerita sedikit mengapa aku sangat menyukai bunga matahari. Semua ini karena dongeng yang diceritakan oleh nenek. Dongeng tentang gadis bunga matahari yang sangat mempesona. Gadis bunga matahari hidup bersama bunga-bunga matahari karena tugasnya adalah menjaga agar bunga-bunga tersebut mekar dengan baik. Tubuhnya mungil selayaknya peri. Ia memiliki sayap berwarna kuning cemerlang. Meskipun begitu, gadis bunga matahari sangat kuat. Ia kokoh seperti kelopak-kelopak bunga matahari yang mekar. Walaupun tugasnya sangat banyak, gadis bunga matahari tidak pernah mengeluh. Ia selalu menebar keceriaan oleh karena itu setiap melihat bunga matahari kau akan merasakan perasaan bahagia dan ceria. Benar-benar gadis pujaan.

Umurku sekitar lima tahun ketika mendengar dongeng tersebut. Mataku berbinar sangat cerah saat nenek menunjukkan gambar gadis bunga matahari. Pada saat itu, aku dengan polosnya mulai giat mencari sosok gadis bunga matahari. Sembunyi diantara deretan bunga matahari yang tingginya melebih tubuhku. Membuat ke dua orang tuaku kebingungan mencari sosokku.

Aku baru saja merayakan ulang tahunku yang ke dua puluh lima. Aku tahu gadis bunga matahari yang diceritakan nenek tidaklah nyata. Mana mungkin ada peri di ladang bunga. Tapi aku tetap ingin menjadi gadis bunga matahari yang selalu mempesona. Dan ritual kabur ke ladang bunga masih tetap aku lakukan. Bukan untuk mencari gadis bunga matahari tetapi untuk bersembunyi. Sejenak menghirup udara di dunia khayal milikku.

- Regards Pipit, menulis dan menggambar karena cinta -

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

what do u think, say it !