Senin, 14 Oktober 2013

SURAT UNTUKMU



Seperti bunga dandelion yang terbang mengikuti arah angin, aku pun begitu. Mengikuti alur cerita hidup yang diberikan Tuhan padaku. Teman-temanku memiliki skema kehidupan sendiri. Berapa tahun lagi menjadi apa atau harus berbuat apa keesokan harinya. Mereka sebut itu dengan mimpi dan harapan. Tapi tidak denganku. Sejak kejadian beberapa tahun silam, yang aku percaya kini adalah hiduplah dengan penuh kebahagiaan untuk hari ini karena kita tidak tahu kapan deru napas yang dipinjamkan akan kembali diambil.

Aku mungkin terlihat selalu optimis dimatamu. Mencoba apa pun yang aku percaya. Mengikatmu untuk melihat semua ekspresi sesungguhnya diriku. Bahkan aku melepaskan cangkangku agar kau tahu aslinya jiwaku. Aku takut tidak memiliki cukup waktu untuk menjelaskan padamu seperti apa diriku karena hidup adalah misteri.

Kau sering bilang firasatmu mengatakan kita akan hidup bahagia. Tinggal di rumah mungil di tepi pantai. Memancing dan memandang karunia Tuhan untuk kita yang berlarian diantara pasir putih. Bersama hingga akhirnya kau pergi dengan bangga. Itukah mimpimu? Semoga tercapai karena aku tidak tahu bagaimana jadinya nanti ragaku.

Aku tidak punya mimpi meskipun aku tahu mimpi bisa membuat seseorang bangkit. Yang aku punya hanyalah untaian kata dan rasa hati yang sesungguhnya. Aku hidup bahagia untuk hari ini, ketika bersamamu.

Surat untukmu jika nanti aku tidak bisa lagi memijakkan kaki di muka Bumi.

- Regards Pipit, menulis dan menggambar karena cinta -

2 komentar:

what do u think, say it !