Selasa, 15 Oktober 2013

PENJAGA WAKTU


Suara jarum jam yang berdetak itu sungguh indah. Dentingnya bergema membentuk rima yang tenang dan pasti. Membuat dunia ini berada dalam zona yang tersusun rapi.  Waktu adalah segalanya. Dia akan berlari tanpa menunggumu. Hal tersebut membuatku kagum. Kecintaanku pada waktu dan jam membuatku dihidupkan kembali sebagai penjaga waktu.

Tugasku adalah menjaga waktu agar tidak melenceng. Terlambat atau cepat satu detik saja bisa mengganggu tatanan dunia. Entah sudah berapa lama aku mengurus perangkat waktu di dalam kastil. Mengawasi manusia yang sibuk di dunia mereka lewat setiap jam yang mereka gunakan.

Aku bisa melihat manusia mana yang menghargai jerih payahku. Mereka akan menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya. Tidak ada satu detik pun yang terbuang percuma. Rasanya bahagia sekali melihat hal itu. Namun ada juga manusia yang seenaknya saja mempermainkan waktu. Menunda. Sengaja melakukan sesuatu tidak tepat waktu. Menumpuk pekerjaan dan mengganggu tatanan hidup. Merusak setiap detik.

Arisa. Dia adalah seorang manusia baik hati yang secara khusus kuperhatikan. Caranya memanfaatkan waktu dan merawat setiap jam di rumahnya membuatku kagum. Hidupnya tidak berjalan mulus. Setidaknya itulah yang dikatakan orang-orang. Aku tidak sepenuhnya percaya karena Arisa selalu terlihat bahagia. Tidak peduli seberapa berat jalan yang dia hadapi. Dia menghargai waktu. Dia kuat.

Aku suka setiap kali Arisa terbangun pada pukul 05.00 tepat, mandi dan merapikan diri. Dia akan pergi ke perpustakaan pukul 04.00 sore, setiap harinya. Dia memanfaatkan waktu dengan tepat. Banyak yang mencibirnya sebagai wanita yang kaku. Arisa hanya tersenyum.

Kini diusianya yang menginjak 50 tahun, Arisa tetap sama seperti Arisa yang aku kenal. Meskipun sering sakit-sakitan, dia tidak pernah membuang waktu dengan percuma. Tanpa sadar aku lebih memperhatikannya daripada menjaga waktu. Suatu malam yang tenang, Arisa mendadak melirik jam besar di kamarnya. Aku yang selalu menatapnya melalui jam besar itu tertegun. Arisa seperti mengetahui bahwa aku terus mengawasinya.

“Penjaga Waktu, terimakasih. Aku tahu kau selalu membantuku. Membangunku dengan alarm yang kencang setiap pagi. Mengingatkanku akan janji-janji yang mungkin terlupa melalui dering nyaringmu. Sepertinya hari ini adalah hari terakhir untukku. Aku akan merindukan semuanya. Waktuku telah habis.”
Mendengar hal itu tanpa sadar membuat tubuhku melangkah keluar dari jam besar. Memegang tangan Arisa yang telah dingin.

“Sama-sama Arisa. Terimakasih juga karena sangat menghargai waktu.”




- Regards Pipit, menulis dan menggambar karena cinta -

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

what do u think, say it !