Jumat, 17 Agustus 2012

TWELVE



Sebuah kastil megah berdiri di atas bukit yang sepi. Kastil yang dibangun sejak abad ke 60 itu masih kokoh dan mempesona. Kastil itu dihuni oleh dua belas orang anak bangsawan serta seorang pelayan pria yang berumur 25 tahun. Tidak ada satu pun warga desa Stone yang berani mendekati kastil tersebut karena sosok para anak bangsawan di kastil itu mengundang hawa ‘jangan mendekat’. Selain warga desa yang tidak pernah berkunjung ke kastil itu, ke dua belas anak bangsawan itu pun tidak pernah berkunjung ke desa bahkan ketika mereka diundang sebagai tamu kehormatan pesta besar di desa.

 “Jangankan menghadiri pesta, baju yang mereka gunakan pun dikirim langsung ke kastil”

“Wajar saja mereka nyaman, apapun yang mereka inginkan sudah tersedia di kasti itu”

Itulah kata yang selalu dilontarkan para warga ketika membicarakan perilaku penghuni kastil nan megah di atas  bukit.

Bastian, sang pelayan setia keluarga tersebutlah yang selalu menjumpai para warga. Berbekal wajah yang tampan serta perangai yang ramah, Bastian dengan cepat diterima oleh warga desa. Tidak sedikit gadis desa yang menaruh hati padanya namun dengan halus Bastian menolak para gadis itu satu per satu.

“Hidupku akan aku habiskan untuk melayani anak keluarga Lord Diozac. Aku tidak ada waktu untuk membentuk dan mengurus keluarga sendiri” jawaban tersebut akan berulang kali dilontarkan Bastian ketika ada gadis yang bertanya mengapa Bastian menolaknya.

Entah apa yang telah diberi oleh keluarga bangsawan tersebut hingga Bastian dengan senang hati mempertaruhkan seluruh hidupnya hanya untuk mengurus ke dua belas anak Lord Diozac.

Lord Diozac adalah bangsawan ternama di desa Stone. Pria ini selalu mengenakan coat beludru berwarna merah maroon untuk menutupi perutnya yang membuncit serta bowler hat berwarna senada untuk menutupi sebagian kepalanya yang mulai gersang tanpa rambut. Lord Diozac memiliki seorang Istri yang bernama Cissa. Seorang wanita yang tidak diketahui asal usulnya. Wanita tersebut memiliki kulit yang putih tanpa cela, rambut perak yang bergelombang indah, serta tatapan mata yang tajam dan menusuk. Sejak menikah dengan Lord Diozac, panggilannya berubah menjadi Duchess Diozac.

Jika Lord Diozac senang berkeliling desa untuk menyapa para warga, Duchess Diozac tidak sama sekali. Setiap kereta kuda Lord Diozac menepi ke pinggiran desa, sang Duchess hanya bersembunyi dalam diam. Jika ada hal yang mendesak, sang Duchess akan menemani Lord Diozac namun dengan menutupi sebagian wajahnya menggunakan floppy hat. Perangai sang Duchess inilah yang diduga diwariskan oleh ke dua belas anaknya. Sejak Lord Diozac meninggal, Duchess Diozac tidak pernah menampakkan dirinya lagi dan muncullah Bastian ke desa itu. Kemunculan Bastian diduga karena sang Duchess telah wafat. Tidak ada yang bisa mengurus ke dua belas anak yatim piatu itu kecuali Bastian.

“Bagaimana caranya supaya saya bisa berkunjung ke kastil Lord Diozac?”

Seorang pengembara berkulit sawo matang mencoba bertanya pada warga sekitar. Sudah bisa dipastikan bahwa sebagian besar warga desa Stone tidak akan memberikan jawaban yang diinginkan. Meskipun begitu sang pengembara tetap bertanya pada setiap warga yang ditemuinya hingga akhirnya dia bertanya pada seorang tabib tua.

“Untuk apa kau menanyakan hal tersebut anak muda?” sang tabib bertanya balik sambil mengusap janggutnya yang putih dan bergelombang rapi.

“Saya ingin memberikan surat wasiat yang ditinggalkan Lord Diozac” jawab pengembara dengan mantab.

“Baiklah kalau begitu. Ambillah jalan lurus dibalik pohon yang besar di sana.” tangan kurus ringkih sang tabib tertuju pada sebuah pohon beringin yang sangat besar, “Jangan pernah berbalik atau pun berhenti jika ingin sampai di kastil itu dengan selamat”

Sang pengembara tampak bingung dengan pernyataan tabib.

“Tidak satu pun warga desa bahkan pengembara yang diijinkan berkunjung ke kastil. Kastil itu diberi kutukan” jelas tabib.

“Kutukan?”

“Ya, sejak ke dua belas anak Lord Diozac lahir, hutan lebat mulai menutupi jalan ke kastil. Banyak warga yang hilang di dalam hutan. Jika kau ingin pergi dan kembali dengan selamat, luruskanlah hati dan jalanmu untuk mengantarkan surat wasiat”

Sang pengembara ternganga mendengar penjelasan seadanya tabib tua. Tidak pernah dia bayangkan hal seperti itu akan ditemuinya di tempat yang kelihatannya ramah ini.

“Hutan itu dipenuhi dengan berbagai makhluk aneh. Kabarnya makhluk-makhluk tersebut adalah peliharaan Ram, anak tertua keluarga Diozac”

“Anak tertua keluarga Diozac punya peliharaan yang aneh?” Sang pengembara terlihat semakin bingung.

“Ya, jika kau masuk ke dalam hutan itu kau akan bertemu seorang gadis hutan yang manis. Gadis itu akan mengajakmu bermain. Dia akan menggodamu dan menyesatkanmu di hutan. Gadis itu ada Addler, utusan Ram untuk menyambut pria gagah sepertimu. Banyak sekali makhluk aneh yang dipelihara Ram. Dia gadis yang pintar tetapi jiwa petualangnya sangat menakutkan.”

“Sepertinya Anda mengetahui banyak hal tentang keluarga Diozac. Bolehkah saya mendengar cerita Anda seperti apa ke dua belas anak itu supaya saya bisa lebih mempersiapkan diri?”

“Baiklah.”

Sang pengembara mengikuti langkah tabib tua ke dalam rumahnya yang tidak jauh dari pohon beringin besar. Tabib tua menyuguhkan secangkir teh chamomile untuk sang pengembara sebelum mulai bercerita.

Cerita Tabib tua dimulai dari anak bungsu keluarga Diozac, Fisha. Fisha adalah seorang gadis berambut abu-abu gelap yang bergelombang. Kepribadiannya sulit untuk dijabarkan dengan rinci. Dia adalah tipikal gadis yang misterius dan sulit dipahami. Fisha senang membantu orang lain, meskipun apa yang dilakukannya hanya untuk mendapatkan timbal balik yang serupa. Fisha sangat mudah terpengaruh oleh lingkungan sekitarnya dan semua hal yang mempengaruhinya akan dibawanya ke dalam hati serta seolah-olah semua yang terjadi padanya sangatlah berat. Penerimaan perasaan Fisha sangat ekstrim. Jika dia merasa bahagia maka dia akan terlihat sangat senang dan bisa tertawa sepanjang hari, jika dia merasa sedih maka dia akan terlihat sangat tertekan. Hal itu terjadi ketika Lord Diozac meninggal, Fisha meraung sedih dan berteriak-teriak sepanjang hari di kastil seolah-olah semuanya akan berakhir ketika lord Diozac meninggal. Dan kini, Fisha sangat bergantung pada Bastian. Hanya Bastian yang bisa menjaga Fisha agar tetap stabil, entah bagaimana caranya.

Berikutnya adalah Uran, anak lelaki termuda dikeluarga tersebut. Umur Uran terpaut setahun dengan Fisha, meskipun begitu dia terlihat lebih mandiri. Uran adalah anak yang sangat cerdas. Kecerdasannya itu membuatnya tidak mau terlihat salah sehingga cenderung terlihat keras kepala. Untuk menentukan hal yang baik dan benar, Uran sangatlah jeli dan objektif karena dia jarang menempatkan emosinya ke dalam beberapa hal. Ketika dia mulai berbicara, maka kata-kata yang akan diucapkannya adalah hal yang memang ingin diucapkannya-jujur, berbeda dengan Fisha yang terlihat lebih ingin menyenangkan orang lain. Oleh karena itu, ketika akan diadakan musyawarah didalam keluarga, Uran selalu diajak.

Anak lelaki berikutnya didalam keluarga tersebut adalah Saturn, terpaut lebih tua dua tahun daripada Uran. Saturn adalah anak lelaki yang melankolis dan terkesan galak. Pribadinya itu terbentuk karena kedisplinan diri dan tanggungjawab yang dimilikinya sejak kecil. Saturn suka mengevaluasi segala hal yang terjadi padanya dan tidak pernah berani mengambil resiko. Saturn tidak mempercayai orang lain untuk melakukan apa yang diinginkannya. Dia lebih suka bekerja sendiri agar tidak perlu mengkhawatirkan resiko yang akan muncul. Saturn adalah anak keluarga Diozac yang paling sering bertengkar dengan Bastian. Namun entah mengapa sampai saat ini perdebatannya dengan Bastian selalu berakhir damai.

Centaur, anak lelaki tergagah didalam keluarga Diozac. Rambutnya bergelombang indah membingkai wajahnya yang tegas. Centaur memiliki pribadi yang optimis dan positif, bahkan cenderung jauh dari perasaan negatif. Dia bagaikan cahaya didalam keluarganya. Jika ada pertengkaran yang terjadi diantara Saturn dan Bastian atau Uran dan Fisha, Centaurlah yang pertama kali muncul sebagai penengah. Sifat buruk Centaur adalah kurang peka terhadap sekitar dan tidak ingin mengetahui hal yang sedih dan penuh derita.

Meagle, gadis berikutnya didalam keluarga Diozac. Gadis yang ambisius dan gigih ini memiliki potongan rambut bob layer yang bergelombang indah. Didalam hidupnya, Meagle tidak pernah mengenal kata menyerah. Meagle sangat suka memanfaatkan posisinya sebagai anak tertua untuk menindas Fisha. Dia sangat pandai memanipulasi keadaan sehingga dengan mudah dapat membuat Uran menjadi koloninya. Mungkin Meagle adalah gadis yang paling sering diamati Bastian karena gerak-geriknya cenderung mengkhawatirkan. Dulu ketika keluarga Diozac masih memiliki banyak pelayan, Meagle membuat kekacauan dengan mengadu domba para pelayan tersebut. Ketika situasi kastil menjadi kacau, Meagle hanya tersenyum dari sudut ruangan melihat kejadian tersebut seolah semua yang terjadi bukan salahnya.

Scaley, si cantik bermata indah ini adalah anak gadis keluarga Diozac yang paling santai dalam menyikapi apapun dan paling adil diantara ke dua belas saudaranya. Scaley cenderung nyaman menyembunyikan perasaannya agar situasi yang ada disekitarnya damai. Kepribadiannya itu yang membuatnya terlihat lemah dan tampak tidak tegas dalam mengambil keputusan. Dia paling mengerti tentang berlaku adil tetapi ragu-ragu untuk menentukan keadilan itu sendiri.

Memiliki rambut perak yang sama dengan Duchess, membuat Mercury sering disangka adik sang Duchess. Tidak hanya fisik Mercury saja yang mirip dengan sang Duchess, perangai dan sikap dingin sang Duchess pun diwarisi ke anaknya yang satu ini. Mercury senang menganalisis semua kejadian sebelum menentukan apa yang harus dilakukan. Segala aspek dianalisisnya dengan cermat dan teliti. Dia adalah pengambil keputusan terlama didalam keluarga dan terkadang keputusan yang diambilnya hanya mengikuti keputusan yang telah ada. Mercury adalah anak yang paling jarang ditanyai pendapatnya karena hanya memakan banyak waktu, dengan hasil yang sudah jelas sama seperti sebelumnya.

Leo, si playboy kelas kakap keluarga Diozac. Leo sangat suka memamerkan kelebihannya terlebih kepada para gadis. Percaya dirinya sangat tinggi sehingga cenderung benci terhadap sikap penolakan yang diarahkan kepadanya. Kepribadiannya yang seperti ini yang membuatnya dijuluki si raja sombong. Entah apa yang terjadi pada jiwa petualang cinta Leo hingga dia bisa betah hidup di dalam kastil selama beberapa tahun belakangan ini.

Si lembut Croo yang rapuh, itulah anak berikutnya dari keluarga Diozac. Dia adalah gadis yang sangat sederhana dan pandai memasak. Selama ini yang bertanggungjawab mengurus ‘isi perut’ keluarga tersebut adalah Croo. Croo terkesan posesif dan sangat suka memuji orang lain. Croo bisa menjadi pendengar yang baik dan selalu menjadi tumpuan ke dua belas saudaranya untuk berbagi cerita. Croo sangat benci dengan kekerasan, namun ketika hatinya mulai tersakiti maka dia akan berubah menjadi sangat menakutkan.

Gwi dan Mwi, satu-satunya anak kembar didalam keluarga ini. Mereka memiliki fisik dan kepribadian yang sangat identik. Gwi dan Mwi paling benci dilarang melakukan sesuatu sehingga bisa dipastikan mereka berdua berdiam diri di kastil karena memang menginginkan hal tersebut. Gwi dan Mwi mudah dikenali tidak hanya karena kembar tetapi juga karena mereka sangat suka mengenakan pakaian yang ekstrim dan berwarna cerah ceria. Gwi dan Mwi memiliki rasa humor yang sangat berkelas. Siapapun yang berada didekat mereka pasti akan tersenyum ceria.

Jangan mengira bahwa ke dua belas anak bangsawan keluarga Diozac memiliki tubuh yang langsing dan tinggi menjulang. Chaldeans adalah anak dari keluarga tersebut yang mewarisi ciri fisik sang Lord. Chaldeans sangat menyukai kehidupan yang glamour. Chaldeans paling susah mengucapkan kata maaf sehingga dia akan selalu berusaha untuk menjaga hubungan baik dengan saudara-saudaranya.

Dan yang terakhir, anak tertua keluarga ini dan sang penguasa adalah Ram. Fisik Ram sangat jauh berbeda dengan saudaranya yang lain. Rambutnya hitam legam dan panjang sedangkan kulitnya putih pucat seperti mayat. Ram sangat mandiri dan mudah tersinggung dengan ucapan orang lain. Ram adalah tipikal gadis yang sangat mudah untuk dicintai dan dibenci oleh orang lain. Ram selalu terlihat menonjol dan memiliki pribadi yang paling kuat dibandingkan saudaranya.

Tetes terakhir chamomile meluncur ditenggorokan sang pengembara. Tabib tua menatap pengembara itu dengan tajam.

“Masih mau kesana?”

“Ya, aku tidak bisa mendapatkan penjelasan dari cerita Anda bahwa para penghuni kastil itu berbahaya”

“Terserahlah”

Sang pengembara mulai melakukan perjalanannya. Dia mengingat pesan tabib tua untuk berjalan terus tanpa menoleh bahkan berhenti. Beberapa kali dia mendengar suara seorang gadis memanggilnya namun dia tahu siapa pemilik suara itu, Addler-gadis hutan. Sejam berlalu dan perut pengembara mulai meronta. Mendadak aroma sup jagung serta ayam panggang berlarian diantara indera penciumannya. Sang pengembara hampir tegoda, namun beruntung pesan tabib tua kembali terngiang ditelinganya hingga sampailah ia di depan gerbang kastil nan megah.

Kedatangan pengembara disambut hangat oleh Bastian. Bastian mengantarkan pengembara itu ke ruang pertemuan. Disana telah duduk ke dua belas anak keluarga Diozac. Pengembara bisa mengenal mereka dengan jelas. Ram, sang anak tertua duduk di kursi paling megah. Gaunnya yang berwarna merah menyala terlihat sangat menonjol dibandingkan saudaranya yang lain. Leo yang duduk disebelahnya tampak memasang ekspresi kecewa ketika tahu pengembara yang mengunjungi mereka adalah seorang pria. Gwi dan Mwi yang sedang asyik berbincang dengan Fisha memamerkan deretan gigi mereka yang rapi menyambut sang pengembara. Croo tampak sibuk menata meja dan memarahi Chaldeans yang tidak berhenti mengunyah makanan yang terhidang. Sementara Centaur, Uran,  Saturn, Scaley dan Mercury tetap terdiam dengan tenang dikursi mereka.

“Selamat datang tampan” Meagle dengan cepat mengapit lengan pengembara.

“Balik ke tempat dudukmu!!” Ram berkata tajam dan tegas.

Meagle tertunduk, segera meninggalkan pengembara berjalan ke tempat duduknya.

Sang pengembara mulai menyatakan maksudnya. Ram menyambut semua ucapan sang pengembara dengan penuh antusias hingga sampailah disatu titik dimana Ram mulai menanyakan hal penentu.

“Menarik sekali, wasiat untuk kami lagi dan kali ini dari tempat yang sangat jauh. Ceritakan pengalamanmu mengantarkan surat wasiat Ayah.” Ram melambaikan surat wasiat yang dipegangnya sejenak sebelum menyerahkannya pada Centaur.

“Seperti pengalaman biasanya Nona. Saya melintasi beberapa tempat dan . . .”

“Wah pasti menyenangkan” Fisha menampakkan wajah antusiasnya.

“Ya.” Sang pengembara tersenyum. Firasatnya mungkin benar, keluarga ini tidak mungkin dikutuk dengan hal aneh seperti yang diucapkan tabib tua.

“. . . . dan itulah yang dikatakan sang tabib tua” Pengembara mulai menceritakan apa yang didengarnya dari sang tabib tua.

“Tapi, kau masih berani kesini? Hebat!” Meagle tersenyum genit dari seberang meja.

“Petualanganmu di dalam hutan tidak menyenangkan.” celetuk Uran.

“Harusnya kamu bertemu Addler dan unicorn lucu milik kami sebelum kesini supaya . . .” Fisha mencekik lehernya sendiri kemudian melanjutkan, “kau bisa merasakan sensasi ingin mati namun harus tetap hidup”

Sang pengembara merinding mendengar kata-kata Fisha. Aura ruangan itupun seketika berubah. Ram, untuk pertama kalinya tersenyum.

“Tabib tua ini kah yang bercerita padamu?”

Bersamaan dengan tepukan tangan, sang tabib tua yang sudah dikenal pengembara pun muncul.

“T-t-tabib.”

“Hai pengembara yang polos.”

Sang pengembara berdiri dari kursinya dan ingin segera berlari. Perasaannya mulai tidak enak.

“Mau kemana?” Bastian menahan sang pengembara dengan kuat.

Ke dua belas anak keluarga Diozac tertawa tajam. Tabib melangkah mendekati pengembara sambil menggenggam erat sebuah pisau bergagang emas.

“Apa kita harus melakukan ini lagi?” Tanya Scaley pelan.

“Harus! Supaya semua yang kita alami segera berakhir.” jawab Centaur optimis.

Tabib mulai menancapkan pisau yang dipegangnya. Pertama, tepat mengenai ke dua bola mata pengembara. Darah segar mengalir seiring dengan terkoyaknya mata bening pengembara.

“Indah sekali.” Kata Meagle dengan antusias.

Ke dua, sang tabib merobek perut pengembara yang terus berteriak menahan sakit. Tabib tua itu lalu mengeluarkan seluruh isi perut pengembara. Napas kehidupan lenyap sudah. Sang tabib memasukkan seluruh organ yang diambilnya ke dalam toples besar yang bening.

“Aku ingin memasak daging itu.” kata Croo lembut.

Bastian mengangguk, “aku akan membersihkannya untuk Nona.”

“Kulitnya untuk kami.” Gwi dan Mwi tertawa seraya menguliti mayat pengembara.

“Bisakah kau meramu obat awet muda untukku?” Tanya Leo yang disambut dengan anggukan mantab sang tabib.

“Bereskanlah ini secepatnya. Masih ada lima pengembara lagi sebelum kita dengan bebas bisa keluar dari kastil ini. Chaldeans, jantung kali ini ditujukan padamu” kata Ram seraya membaca wasiat yang dipegangnya.

Jantung ke tujuh dari keluarga Lionel untuk Chaldeans 

With love 
Cissa

- Regards Pipit, menulis dan menggambar karena cinta -

2 komentar:

what do u think, say it !