Selasa, 17 April 2012

BLOODY FANG #4


Fooling the fang

Previously (chapter sebelumnya) :


Seorang pria putih tinggi berdiri disudut jendela. Jemarinya yang kurus dan panjang menyingkap sebagian gorden biru donker. Ke dua matanya berkilat liar saat melihat seorang wanita berambut kuning emas memasuki halaman rumah. Seringai lebarnya terkuak begitu saja. Gorden biru donker ditutupnya kembali.

Tok Tok Tok . . .

“Saya tahu Antoniette, biarkan dia masuk” kata pria itu dengan suara bergetar yang berat.

Seorang wanita berambut kuning emas masuk ke dalam ruangan kerja milik pria putih. Wanita itu tersenyum lebar sambil menyerahkan sebuah agenda hitam.

“Jadi, kita bisa mendapatkan semuanya dalam sekali tepuk” kata pria itu.

Sang wanita hanya mengangguk sekali.

“Kau boleh pergi”

Wanita berambut kuning emas itu kemudian pergi tanpa berkata apapun. Pria putih menatap agenda hitam lusuh yang ada ditangannya. Matanya mulai menelusuri tiap kata yang terukir di badan agenda.

“Algeron anakku”

***

Angin bertiup kencang dan menerbangkan daun maple yang kekuningan. Charlotte meringkuk tajam ke dalam selimut tebal yang diberikan Andromeda. Selimut tebal itu tidak mampu membuat badannya terasa hangat.

“Ini jaket hangat untukmu”

Andromeda memberikan sebuah bungkusan coklat pada Charlotte. Charlotte segera mengenakan jaket berbahan wol yang sangat tebal dan berat. Kehangatan mulai bisa dirasakannya. Andromeda tersenyum lalu menawarkan segelas susu hangat pada Charlotte.

“Kita mau kemana?” tanya Charlotte

“Ke suatu tempat yang aman bagimu dan aku”

“Kenapa semalam Ibu membawaku pergi? Apa yang sebenarnya terjadi?” tanya Charlotte. Dia sudah mulai terbiasa memanggil Andromeda dengan sebutan Ibu.

“Edwin telah menemukan kita dan harus ku katakan . . walaupun hahh mungkin ini berat”

“Katakan apa?” Charlotte menggenggam erat gelas plastiknya dan melihat ke dalam mata Andromeda.

“Algeron yang memberitahunya tentang keberadaan kita”

Gelas plastik yang dipegang Charlotte teremas semakin kuat. Charlotte terus menatap Andromeda seakan tidak mempercayai hal itu. Banyak pertanyaan yang ada dibenaknya dan tidak tahu harus memulai darimana.

“Aku mengenal Algeron karena dia keturunan terakhir dari pelayan dirumah kami. Aku tahu dia yang membebaskanmu dari jeratan Edwin dan memberikanmu agenda hitam itu kan?”

Charlotte mengangguk. Dia teringat agenda hitam yang kini hilang entah kemana.

Andromeda melanjutkan, “Semalam dia mendatangi kastil. Saat berdiri dijendela kamarmu, aku bisa merasakan kehadirannya. Aku menemuinya dan memintanya pergi. Aku tahu dia masih membenci keluarga kita”

“T-tapi. .”

“Ya, aku tahu dia membantumu pergi tapi apa pernah kau berpikir bahwa ada kemungkinan semua itu telah direncanakan oleh keluarga Sparks?” Andromeda terdiam dan mencoba menunggu Charlotte berbicara.

“Tidak”

“Nah, apa kau tidak merasa aneh, kenapa Algeron begitu berani melawan sekelompok keluarga serigala demi dirimu? Oke, mungkin aku tidak sepantasnya berbicara seperti ini tapi apa kau yakin dia ingin menolongmu dengan tulus sedangkan dia tahu bahwa kau adalah keturunan dari orang yang dibencinya?”

Charlotte terdiam, dia baru menyadarinya hari ini. Algeron sama sekali tidak pernah mengatakan alasannya untuk menolong Charlotte. Algeron selalu berkata “Nanti akan ku jelaskan”

Dia menatap mata Andromeda sekali lagi. Kini pikirannya semakin kacau, dia tidak tahu harus mempercayai siapa dan bagaimana kelanjutan pelariannya ini. Posisinya sekarang sangat membingungkan, dia tidak tahu siapa yang harus dipercayanya lagi.

“Bagaimana kalau aku menyamar menjadi orang lain saja? Bukankah hal itu lebih memudahkan pelarian kita?”
Andromeda tertawa dan berkata, “Kau sadar betul siapa dirimu kan?”

Charlotte mengangguk.

“Apa kau yakin Atheos, orang yang selama ini kau dengar adalah tipe pria yang bisa dengan mudah melepaskan anggota keluarganya untuk melakukan sesuatu yang tidak diinginkannya? Kau memiliki darah keluarga Louis, bau khas keluarga Louis. Semua itu sangat mudah dikenali oleh anggota keluarga Sparks, apalagi keluargamu sendiri”

Charlotte tampak semakin pucat, tubuhnya mulai membeku aneh.

“Dan apa kau yakin, Edwin dengan senang hati akan membiarkanmu lepas sejak dia tahu kenyataan apa yang tersembunyi selama ini dan apa yang telah dilakukan saudarimu?”

Charlotte menggeleng.

“Kau sudah tahu jawabannya, jangan bertanya lagi. Keretanya sudah datang, ayo”

Charlotte mengikuti langkah panjang Andromeda. Mereka dengan cepat duduk disalah satu peron yang kosong. Suasana kereta begitu sepi, hanya beberapa orang berpakaian tebal yang tampak hilir mudik.

“Mau kemana kita?” tanya Charlotte pada Andromeda.

“Rumah keluarga Louis diatas bukit sana” Andromeda menunjuk sebuah undakan hijau yang tinggi dan membentang panjang.

Charlotte mengernyitkan dahinya. Jika dia ingin kabur dan menghilang dari keluarga itu, kenapa mereka harus memilih rumah keluarga Louis?

“Itu tempat teraman untuk saat ini. Keluarga Sparks pasti tahu bahwa kau akan pergi jauh dari keluarga Louis karena jika kau ada ditangan keluarga Louis maka kau akan menerima hukuman yang sangat berat. Mereka tidak akan pernah tahu kau akan tinggal ditempat peristirahatn Atheos”

Charlotte menatap tajam Andromeda, raut wajahnya tampak terkejut dan tidak percaya. Dia telah terbiasa dengan gerak – gerik Andromeda yang seakan mengerti apa yang dipikirkannya namun dia tidak habis pikir Andromeda memiliki ide aneh seperti ini.

“Tenang saja, kakek buyutmu itu sudah lama tidak tinggal disana. Kalau cuaca buruk dan tidak memungkinkan, aku biasa tinggal disana. Atheos hanya menempati rumah itu sebulan dalam setahun”

Charlotte hanya mengangguk sekilas, menandakan bahwa dirinya mengerti apa yang dimaksud Andromeda. Desiran angin halus menyusup diantara kisi – kisi jendela. Charlotte mulai menguap dan merasa tubuhnya sangat ingin beristirahat. Kepalanya dimiringkan sejenak ke arah jendela. Kilasan dedaunan yang terbentur kaca tampak seperti lukisan abstrak dan membawa Charlotte dalam mimpi.

*

Algeron menatap agenda yang digenggam pria putih. Ke dua bola matanya mulai berubah warna. Emosinya tampak memuncak.

“Kau tahu Algeron, kau anakku yang paling tidak tahu diri !” kata pria putih sambil memamerkan barisan gigi putihnya.

“KEMBALIKAN AGENDAKU !!! DIMANA CHARLOTTE !!”

Algeron menggerakkan tangannya dengan kasar ke udara. Meja bundar mahoni kini tampak melayang ke arah pria putih.

“Emosimu sama denganku” kata pria itu.

Dalam satu kedipan mata pria itu kini telah berdiri dihadapan Algeron. Tangannya mengunci tangan Algeron dengan kuat.

“Kau anakku , masih butuh waktu beratus - ratus tahun untuk mengalahkanku”

“KAU BUKAN AYAHKU !! KAU ATHEOS LOUIS !! PEMBUNUH !!!”

Atheos hanya tertawa panjang. Mata Algeron menatap tajam Atheos, dia kembali mengingat semua kejadian yang dialaminya setelah Aura – salah satu gadis manis keluarga Louis – meninggal.

Waktu seakan berjalan mundur, Algeron kembali mengingat apa yang terjadi pada dirinya. Belasan tahun lamanya dia hidup sebagai anak pelayan keluarga Louis dan akhirnya jatuh cinta pada Aura, salah satu anak gadis keluarga Louis yang sempurna. Cintanya itu yang membuat sebuah tabir terbuka.

Atheos dengan mata penuh emosi memarahi Algeron dan memukul Tom Reamus dengan kejam karena mengetahui bahwa Algeron dan Aura terlibat hubungan percintaan. Algeron yang tidak tega melihat ayahnya dipukuli, mulai melawan Atheos. Pada saat itulah kekuatan ditubuhnya muncul. Atheos yang semula sangat marah berubah lunak dan menatap takjub Algeron serta mengatakan bahwa Algeron adalah anaknya yang luar biasa. Algeron termangu mendengar semua perkataan Atheos. 

Selama ini dia menganggap Atheos adalah laki – laki baik dan berbudi luhur. Meskipun memiliki garis wajah yang tengah dan langkah kaki yang angkuh, tak bisa dipungkiri jika sosok Atheos memang pantas untuk dipuja.

Namun kini rasa kagum itu telah berubah. Kenyataan pahit akhirnya terlontar dari mulut Atheos sendiri. Dia mengaku menggunakan kesetiaan keluarga Reamus untuk memenuhi keinginannya. Dia berhasil menodai Lilian Reamus, anak Tom Reamus sehingga lahirlah Algeron. Dulu, Atheos menganggap Algeron bukanlah anak yang berguna karena dia dilahirkan dari rahim seorang pelayan biasa. Atheos menjelaskan itu semua tanpa merasa sedih bahkan bersalah. Dia terus tersenyum lebar dan merasa bangga bisa memiliki keturunan pria kuat seperti Algeron, mengingat semua anak Atheos dari isteri sahnya adalah wanita.

“Belasan tahun kau menipuku. Menjadikan ibu serta mertuamu sendiri sebagai pelayan. KAU BUKAN AYAHKU !!!”

Sejak saat itu Algeron tidak pernah datang lagi ke rumah utama keluarga Louis. Dia berkelana ke berbagai pelosok negeri dengan membawa sejumput dendam dihati. Sebuah dendam untuk kepalsuan dan kekejaman yang dibuat Atheos serta pengkhiatan yang dilakukan Andromeda.

Dalam pelariannya Algeron bertemu dengan Luthor Sparks, yang tidak lain adalah Ayah Edwin. Semakin lama, Algeron dan Luthor semakin dekat dan terlihat seperti keluarga. Algeron dipercaya dan diangkat menjadi kerabat keluarga Sparks. Tidak ada yang mengetahui kebenaran mengenai Algeron. Yang mereka tahu Algeron hanyalah seorang pelayan dan penerus terakhir keluarga Reamus yang sempat kerja pada keluarga Louis dan diusir karena jatuh cinta pada anak gadis Atheos.

“Sudah saatnya kau kembali” perkataan Atheos membuyarkan lamunan Algeron.

“....”

“Charlotte aman bersama Andromeda, selama aku belum menemukan cara yang bagus untuk mengajarkannya sesuatu”. Atheos tersenyum licik saat mengatakan hal itu. 

Algeron menatap ke arah bukit yang menjulang jauh dihadapannya. Hatinya bergetar sementara pikirannya dipenuhi dengan wajah Charlotte yang tertidur pulas.

“cih”

Tanpa berkata apapun lagi, Algeron lalu pergi meninggalkan Atheos yang tersenyum aneh. 

*

Edwin mendengus kesal memandang Lanny yang sedang sibuk memandang tajam ke arah bangunan modern diseberang jalan. Ke dua kakinya digerakkan dengan cepat ke atas dan ke bawah.

“Bisa tenang sedikit?” kata Lanny sambil meluruskan posisi kacamatanya.

“Aku tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Kau ingat perkataan Phoeboo dan Phoebee tadi? Charlotte sudah pergi bersama wanita pirang sialan itu ! You just wasting my time!”

Lanny menatap tajam Edwin. Matanya yang biru tua menelisik ke dalam mata Edwin. Edwin dengan segera mengalihkan pandangannya. Dia tahu Lanny bisa membaca situasi dengan hanya melihatnya. Matanya memiliki keajaiban, berbeda dengan keluarga Sparks lainnya yang lebih mengandalkan penciuman.

“Kau ingin mengejar Charlotte untuk membalas dendam atau ada yang lain?”

“Bukan urusanmu”

“Ini urusanku, aku harus mengetahuinya. Kau ingin aku membantumu atau balik menyerangmu?” cecar Lanny.

“Cih !!”

Edwin keluar dari dalam mobil dengan segera. Langkahnya yang panjang terarah pada rumah modern yang sejak tadi diintainya. Lanny membulatkan matanya dan segera mengejar Edwin.

“Kau ini bodoh atau apa hah? Kau tahukan siapa yang ada di dalam rumah itu? KAU TAHU KAN!!”

Suara Lanny menggema disudut jalan. Suasana jalan dikompleks perumahan modern itu memang sedang sepi sehingga Lanny tidak merasa ragu untuk berteriak kencang. Tangan Lanny yang kurus dan putih panjang menggenggam erat lengan Edwin.

“Kau baru saja mempertanyakan integritasku”

“Oke maaf, balik ke mobil sekarang”

Edwin menghela napas dan mengikuti Lanny ke arah mobil dengan sisa kesesalan di dalam dadanya. Dia terus menatap Lanny dari ujung kepala hingga kaki. Lanny adalah orang kepercayaan Odhin Sparks, kakek mereka. Odhin dikenal sebagai pria yang baik hati dan jujur. Dia adalah tetua keluarga Sparks yang sangat mencintai perdamaian.

“Tapi dia membiarkanku membalaskan dendam keluarga Sparks, aneh” batin Edwin.

“Bisa kita fokus ke hal ini lagi? Kau tahu Algeron tidak bisa dipercaya. Dia ada di rumah itu” telunjuk Lanny terarah pada rumah modern yang sejak tadi mereka intai.

“Aku tahu, aku . . .”

“Apa yang kau bicarakan pada Algeron waktu itu? Kau membiarkannya bebas dan pergi begitu saja”

“.....”

Lanny menghela napas dan menggelengkan kepalanya. Dia tahu Edwin tidak akan membuka mulutnya untuk berbicara mengenai hal ini sedikitpun.

“Algeron sudah pergi”

Edwin mengarahkan pandangan matanya pada sosok Algeron yang mengenakan topi softball serta jaket tebal berkerah tinggi. Lanny mengangguk dan mengarahkan roda mobil mengikuti langkah Algeron.

“Kita ikuti pria tua ini”

*

Edwin tertidur di dalam mobil selama hampir setengah jam. Angin pegunungan yang berdesir disela – sela rambut hitamnya membawa segala pikirannya melayang ke dunia mimpi. Tidurnya yang lelap kini dibumbui dengan bunga tidur yang manis. Seorang gadis berambut kuning emas tersenyum menatapnya. Dada Edwin berdesir halus, sudah lama dia tidak merasakan hal itu. Namun, sebuah tangan putih panjang menarik gadis itu. Edwin berlari mengejar bayangan sang gadis dengan sekuat tenaga, namun dia hanya bisa melihat sisa helaian rambut gadis itu yang tertinggal di jemarinya.

“Charlotte !!!” teriak Edwin sambil terbangun dari tidurnya.

Peluh membasahi tubuh Edwin yang berbalut kaos putih dan jaket semikulit hitam. Semua tampak gelap, Edwin mencoba mencari sosok Lanny yang bersamanya tadi. Bau basah yang menyusup dilembah sangat terasa saat Edwin memijakkan kaki keluar dari mobil. Embun diantara rumput dan dedaunan tampak berkilau terkena terpaan sinar bulan yang malu – malu.

“Sudah bangun?” sapa Lanny yang tiba – tiba menepuk bahu Edwin.

“Ah i-iya”

“Sebaiknya kita pergi dari sini, kita terbawa perangkap busuk Atheos”

“Apa maksudmu?”

Saat Lanny ingin membuka mulutnya, suara lolongan serigala terdengar semakin mendekat dan kemudian menerkam Lanny dan Edwin secara mendadak. Lanny dan Edwin yang tidak siap dengan serangan tersebut pun kini tertunduk pasrah dibawah kaki dua werewolf yang mereka kenal.

“Phoeboo, Phoebee” desis Lanny.

“Welcome home Sparks Klan” sapa Andromeda yang mendadak muncul dari balik semak – semak.

***

Charlotte menatap rembulan yang malu – malu dari sela jendela kamarnya. Suara hatinya mengatakan ada yang tidak beres. Entah mengapa sejak memijakkan kaki di bukit ini, pikirannya selalu tertuju pada Edwin. Charlotte mencoba menepis pikiran anehnya dengan cepat. 

Hembusan angin yang lembut menyusup ke dalam kamar. Pintu lemari tua berdecit pelan terkena hembusan tersebut. Charlotte menatap pintu lemari yang engselnya hampir lepas dengan seksama. Album foto tua jatuh berdengung di lantai marmer. Sebuah foto mencuat dari balik album foto. Seorang gadis berambut pirang bergelombang tampak tersenyum bahagia bersama seorang pria tegap difoto tersebut. Charlotte membalik bagian foto tersebut dan menemukan tulisan yang membuatnya tercengang.

Andromeda Narcissa Louis dan Fiandra Sparks
Endless Love


continue . . .

- Regards Pipit, menulis dan menggambar karena cinta -

2 komentar:

  1. Makin banyak aja karakter tokoh yang masuk, kalau pembacanya kaya gw, ngga akan bisa gw inget mereka itu siapa dan siapa..

    masih belum menonjol Bloody Fang nya nih..

    BalasHapus
  2. makanya dibuat bersambung :3 karakternya bakal terpangkas perlahan :D

    BalasHapus

what do u think, say it !