Sabtu, 17 Maret 2012

CRUEL FAIRYTALE

when you found that life isn't easy as a fairytale


“Dan mereka pun hidup bahagia selamanya”

Kata – kata itu terus terngiang ditelinga Alicia kecil. Alicia yang masih polos dan tidak mengerti kerasnya hidup pun tersenyum dan menggumam pada dirinya sendiri, bahwa suatu hari nanti dia pun akan mengalami hal yang sama.

Cinderella, cerita yang sangat disukai oleh Alicia. Seorang gadis yang hidup dengan Ibu dan kakak tiri yang jahat. Alicia merasa senasib dengan gadis itu. Ibunya meninggal sejak lama sementara Ayahnya menikah lagi dengan seorang janda beranak dua. Tahun berganti tahun, Alicia kecil tumbuh menjadi gadis remaja yang manis. Perangai buruk Ibu tiri dan ke dua kakaknya pun mulai terlihat. Semua terjadi persis seperti di dalam cerita Cinderella. Dan menjadi semakin buruk ketika Ayah Alicia menghembuskan napas terakhirnya.

Alicia yang polos menjalani hidupnya dengan keras dengan membawa segenggam mimpi kecilnya. Kisah Cinderella akan terjadi dikehidupannya. Seorang pangeran akan datang menyelamatkannya. Namun pada akhirnya Alicia tersadar bahwa hidupnya tidak semudah cerita dongeng.

*
5 tahun kemudian . . .

“Licy, selamat ya bukumu jadi bestseller. Luar biasa sekali” Kinta memeluk Alicia dengan hangat.

“Terimakasih” jawab Alicia datar.

“Bukumu ini keren tapi agak serem ya. Tiap baca bukumu aku merasa semuanya nyata. Seperti kebalikan dari kisah Cinderella, gadis ini berani sekali menukar nyawa Ibu dan kakak tirinya demi kebebasan hidupnya.”

Alicia tersenyum pahit mendengar kata – kata Kinta. Semua yang dia curahkan ke dalam buku itu memang nyata. Buku itu bercerita tentang seorang gadis polos yang berubah karena lelah dibodohi oleh cerita – cerita manis semasa kecil. Seorang gadis yang akhirnya bisa terlepas dari belenggu ibu tiri dan kakak tirinya.

“Licy??”

“Ah iya, maaf . . .”

Kinta mengapit lengan Alicia dan menariknya keluar dari toko buku. Kinta mengenal Alicia sejak 3 tahun yang lalu. Mereka tidak sengaja bertemu disebuah kantor penerbit. Alicia dengan rambut hitam panjangnya tampak sangat menyeramkan ketika itu. Lambat laun Kinta tahu bahwa Alicia tidak seseram penampilannya. Namun, dia merasa Alicia menyembunyikan sesuatu. Sesuatu yang tampaknya sangat buruk dan rentan untuk diceritakan pada siapapun.

“Berhubung honormu sepertinya akan semakin bertambah, wajar dong ya kalau aku minta ditraktir” Kinta tersenyum jahil pada Alicia.

Alicia hanya mengangguk dan mengikuti langkah Kinta. Mereka kemudian berhenti di depan sebuah restoran pizza. Wajah Kinta mendadak bersemu merah ketika mereka masuk ke dalam restoran tersebut.

“Kamu kenapa?” tanya Alicia datar.

“A-a-aku . . .”

“ini pesanan Anda, silahkan dinikmati” seorang pelayan pria muncul dan menghidangkan pesanan mereka.

Alicia membulatkan matanya ketika melihat pria itu. Pria itu pun tampak terkejut ketika melihat Alicia.

“Licy???” kata pria itu tidak yakin.

“Rifan”

“K-k-kalian saling kenal?” Kinta tampak kebingungan melihat tingkah dua orang tersebut.

“Dulu” jawab Alicia datar dan pria bernama Rifan itupun pergi meninggalkan meja mereka.

“Dia teman lamaku. Jangan kuatir, aku tidak suka padanya. Kamu bisa tenang sekarang”

Kinta tersedak mendengar pernyataan Alicia yang jelas – jelas menohok hatinya. Kinta memang menyukai pria itu sejak dulu. Dia selalu mengunjungi restoran ini hanya untuk mendekati pria itu. Tapi, bagaimana Alicia bisa tahu?

“Aku tahu karena semua tergambar jelas disenyummu dan ekspresimu. Ketika seorang gadis jatuh cinta, senyum mereka akan terlihat berbeda”

Sekali lagi Kinta tersedak oleh pernyataan yang diberikan Alicia. Alicia selalu bisa menebak isi hatinya.

“Aku memang suka sama Rifan. Dia seperti pangeran di dalam cerita – cerita negeri dongeng. Entah kapan aku bisa jadi seorang putri untuk dia” akhirnya Kinta berani jujur pada Alicia.

“Cerita indah seperti itu hanya ada di dalam dongeng” batin Alicia.
*

Dua minggu kemudian . . .

Alicia menatap Kinta dan Rifan yang bergandengan tangan di taman kota. Dia tidak suka melihat senyuman yang mereka tunjukan. Dan dia pun benci melihat semua yang diinginkan Kinta terwujud dengan mudah selayaknya cerita di negeri dongeng.

“Licy . . . . !!!” Kinta melambaikan tangannya pada Alicia.

Alicia mencoba tersenyum pada mereka. Dia bisa melihat tatapan wajah Rifan yang mulai berubah. Rifan, sosok pangeran berkuda yang dulu masuk ke dalam hidupnya. Rifan yang membuka mata Alicia dan menyadarkannya bahwa cerita di dalam negeri dongeng hanyalah tipuan semata. Rifan yang membuat Alicia lebih berani menghadapi Ibu dan kakak tirinya.

“Aku bahagia” Kinta menghempaskan tubuhnya di samping Alicia.

Kinta menatap siluet Rifan yang menghilang diantara pepohonan. Wajahnya terus memancarkan senyuman yang hangat dan indah.

“Makasih ya Licy. Kamu memang sahabat terbaikku. Happy ending story memang ada. Kalau saja kamu gak kenal sama Rifan, mungkin saat ini aku gak bisa tersenyum lega kayak gini”

“Oke”

“Tapi, apa kamu yakin kalau dulu kamu dan Rifan gak ada hubungan apa – apa?”

“Yakin” jawab Alicia tanpa ekspresi.

Kinta hanya terdiam melihat reaksi Alicia. Dia teringat kembali awal mula dia bisa dekat dengan Rifan hingga sekarang. Rifan selalu bertanya tentang Alicia dan bagaimana keluarga Alicia sekarang. Seperti ada sesuatu yang ingin Rifan pastikan. Awalnya Kinta merasa heran namun Rifan selalu berkelit bahwa dia hanya ingin tahu keadaan teman lamanya. Rifan mengaku tidak bisa menanyakan langsung pada Alicia karena takut Alicia akan merasa tersinggung. Kinta pun mengerti alasan Rifan itu. Alicia memang selalu tertutup jika Kinta mulai menanyakan hal – hal seperti itu padanya. Tiga tahun berteman, Alicia tidak pernah membahas tentang keluarganya bahkan masa lalunya.

“Malam ini, Rifan ngajakin aku candle light dinner  di apartemennya. Romantis kan?” kata Kinta memecah keheningan.

“Ya”

*

Malam terlihat sendu tanpa bintang. Angin malam mengalun manja disela – sela jejeran lilin yang tertata rapi di atas sebuah meja bundar. Kinta tersenyum haru melihat keindahan itu. Dia tidak menyangka Rifan bisa seromantis ini.

Sit down please, my princess” kata Rifan sambil menarik kursi.

Kinta pun duduk di kursi tersebut. Malam itu Rifan melayaninya selayaknya seorang putri. Kinta merasakan bahagia yang luar biasa.

“Kamu suka sama semua ini?” tanya Rifan setelah mereka menghabiskan makan malam yang terhidang.

“Sangat suka” jawab Kinta sambil tersenyum.

“Jawabanmu datar sekali, seperti Alicia saja”

“Alicia lagi” batin Kinta.

are you jealous?” tanya Rifan sambil tersenyum melihat perubahan air muka Kinta.

Kinta memang cemburu dan dia tidak bisa menahan rasa itu lebih jauh lagi. Selama ini dia selalu berusaha keras berpikir positif mengenai Rifan dan Alicia. Namun, entah mengapa malam ini terasa berbeda termasuk mata Rifan ketika menyebut nama Alicia.

Splash . . .

Bau amis darah mengalir di udara. Kinta merasakan kehangatan berbau amis itu mengalir diwajahnya. Matanya terbelalak ketika melihat Rifan menusuk tangannya sendiri dengan pisau yang ada di meja.

“RIFAN !!!”

“Aku bisa merelakan tangan kananku untukmu. Tolong jangan cemburu pada Alicia.”

“I-i-iya, diam disitu !!!”

Kinta semakin panik melihat darah yang terus mengucur dari tangan Rifan. Kinta mencari kotak P3K dan berharap bisa menghentikan darah yang terus mengalir dari tangan Rifan.

“Kinta”

“GYAAAAAA!!”

Kinta terkejut ketika Rifan mendadak memeluknya dari belakang. Seketika itu juga gaun Kinta yang berwarna putih berubah menjadi merah.

“R-r-rifan, sebaiknya kamu duduk dulu di sofa”

“Aku bisa mengorbankan tangan kananku. Bagaimana denganmu?” Rifan mengangkat pisau yang dipegangnya.

“R-r-rifan jangan macam – macam”

“Aku tidak macam – macam. Kau terlihat cemburu pada Alicia dan aku buktikan padamu kalau aku rela mengorbankan tanganku untukmu. Tangan ini pernah menyentuh Alicia.” Rifan mengangkat tangannya yang berlumuran darah, lalu melanjutkan “Bagaimana denganmu? Bagian mana dari tubuhmu yang pernah disentuh pria lain?”

Rifan mengencangkan pelukannya pada Kinta. Kinta menangis karena takut. Dia tidak menyangka Rifan seperti ini. Rifan ternyata bukan seorang pangeran melainkan pria aneh yang sangat menyeramkan.

“Licy . . tolong aku” batin Kinta.

BRAKKKKKKKKK . . . !!

Alicia muncul dari balik pintu. Sepertinya sejak tadi Alicia memang mengikuti Kinta atau bahkan menguntit kegiatan yang dilakukan oleh Kinta dan Rifan.

“Licyyyyyyyyyyyy !!!”

Mata Alicia dengan cepat mencari benda yang dapat digunakan untuk melawan Rifan. Rifan tetap memeluk  Kinta dengan kencang. Seulas senyum aneh merekah diwajahnya.

“Akhirnya datang juga kau”

“Ya”

Alicia tersenyum sambil memegang dua buah pisau daging.

“Licy . . jangan nekat”

Rifan mengarahkan pisau yang dipegangnya ke mulut Kinta seraya berkata “ssssttt, sebaiknya kamu diam saja disini”

Alicia hanya berdiri diam menatap Rifan. Kinta tidak tahu apa yang sekarang ada dipikiran temannya itu. Alicia sama sekali tidak berkata akan menolongnya atau berteriak pada Rifan untuk melepaskannya.

“Licy, apa yang akan kamu lakukan?” batin Kinta.

“Baiklah” Rifan mendadak melepaskan pelukannya pada Kinta.

“Ini saatnya” batin Kinta ketika pelukan itu semakin longgar.

“Eitssssss”

Rifan dengan cekatan menarik tangan Kinta dan membuat Kinta berdiri disebelahnya.

“Bukan berarti kamu bisa pergi begitu saja”

“Tuhan, kenapa bisa begini?” Kinta berteriak di dalam hatinya, dia semakin takut.

Splash . . .

Sekali lagi darah segar mengalir dari tangan Rifan. Sebuah luka gores mencuat dari lengan kirinya.

Alicia menatap pisau yang tadi dilemparnya dengan kesal lalu berkata “meleset”

“Apa – apaan ini?” Kinta kaget menatap Alicia yang mendadak melemparkan pisau daging dengan santainya kearah dia dan Rifan. Kinta tahu Alicia ingin membantunya tapi dia tidak ingin melihat Alicia menjadi pembunuh. Namun ketika dia menatap tawa Rifan yang berubah menjadi semakin bengis, Kinta berharap pria disebelahnya ini segera meregang nyawa.

“Kau ingin dia mati?” Alicia mendadak bertanya seperti itu pada Kinta.

“A-a-aku . . .”

“Iya, tatapannya berkata seperti itu” Rifan memotong perkataan Kinta.

Kinta melihat wajah Rifan yang semakin bengis. Dia tidak menyangka bisa melihat wajah seperti itu dari orang yang sangat dia sukai.

“Orang ini seharusnya lenyap !!!!” teriak Kinta.

“HAHAHAHAHAHAH”

Splasssssh . . .

“Ups, salah sasaran” kata Rifan sambil menatap kepala Kinta yang telah terpisah dengan badannya. Semua terjadi begitu cepat.

“Dia adalah sasarannya. Gadis pemimpi yang bodoh. Aku tidak suka dipanggil Licy dan Rifan adalah pangeranku. Dan aku cukup lelah melihatmu selalu bermesraannya dengannya.”

Alicia tersenyum lalu memeluk Rifan. Rifan membuang pisau ditangannya dan menerima pelukan Alicia dengan hangat.

“Lima tahun sejak kau menghilang, rasanya hampa” kata Alicia sekali lagi.

“Ingat, aku membantumu mencari mangsa yang tepat. Takdir mempertemukan kita disini” balas Rifan.

“Dan gadis pemimpi ini memang mangsa yang tepat. Pancinganmu hebat sekali”

Another cruel fairytale” bisik Rifan ditelinga Alicia.

“Setelah Ibu dan ke dua kakak tiriku, dia adalah bahan ceritaku berikutnya. Thanks, my prince

Malam semakin larut selayaknya cinta pasangan yang sedang dimabuk asmara. Bau amis darah dan terhempasnya sebuah nyawa bukanlah halangan bagi mereka untuk memadu kasih.

*

“Dia tampan sekali Al, seperti seorang pangeran”

“Kau ingin menjadi putrinya?”

“Iya, kau kenal pria bernama Rifan itu kan?”

“Bisa dikatakan dia adalah teman lamaku”

Great, bantuin aku deketin dia dong. Sikapnya manis sekali, sama seperti senyumnya. Tipikal bos dan calon suami yang baik. Dia seperti pangeran. Kalau aku bisa jadi putri dihatinya, semuanya pasti indah ya”

“Percayalah, cerita seperti itu hanya ada di dalam dongeng”


- Regards Pipit, menulis dan menggambar karena cinta -

11 komentar:

  1. astaga sadis bener ceritanya, gampang bener kayaknya mutusin kepala juga. ckck
    harusnya dikasih peringatan "CERPEN DEWASA". kasian kan kalo anak kecil baca. haha

    BalasHapus
  2. gothic banget ceritanya..
    cukup membuat saya merinding saat membayangkannya..

    BalasHapus
  3. lagi-lagi -_-'
    demen ya bikin orang merinding2 g jelas..
    nice post nek :*

    BalasHapus
  4. Kak Fia..
    ceritanya menusuk bgt..
    Kali ini yang psycho dua"nya (Rifan sama Alicia).__.
    tapi keren! dan karena sering baca tulisan Kakak jg, stiap ada crita baru aku jadi lebih siap mental bacanya, hehehehe ^-^

    Kak, ada beberapa kata lho tadi yang mestinya dipisah satu sama lain tapi masih tetap disambung, kayak: ditelinga, trus ada lagi apaa gt ><

    tq! :D

    BalasHapus
  5. merinding terlebih gw emang rada takut sama yang berbau-bau darah..

    ceritanya susah di tebak ini yg salah satu yg gw suka dari tulisan2 mu..

    BalasHapus
  6. haahhh, serem banget sih teh :(
    tapi bagus jg, ga nyangka endingnya bakal kyk gitu, nice :)

    BalasHapus
  7. Ini bacaan 17+ nih kak.. :D .. Sadis ya kak..

    Splash..

    BalasHapus
  8. duh..lemes banget bacanya -_- apalagi pas adegan splash.. splash..

    BalasHapus
  9. Bangcus : namanya psycho :3 hihih iya bang :3

    Dea : iya nih :3

    Dee : soalnya aku suka yg gothic2 :3

    Wind : iya dong :*

    Fera : makasih ya sayang :) makasih juga koreksinya :D

    Uzay : makasih ya uzzzzzay pake zet :P

    Tri : Thanks :D

    Zombie : yg serem itu kece :D

    Nak Afr : hahaha iya :3 awas kena splash

    Beby : hati2 pingsan :3

    BalasHapus

what do u think, say it !