Senin, 16 Januari 2012

CERMIN DI DINDING



Teruntuk cermin di dinding . . .

Pagi ini aku tak bermaksud mengindahkanmu. Terdiam disudut kamar, bergelung dibalik selimut biru tebal demi mencari kehangatan. Kau tahu, pagi ini cuaca Bandung sedang memaksaku untuk beristirahat. Lampu yang seharusnya berpijar ketika alarm berbunyi pun hanya pasrah tak menyala, gelap. Jadi, jangan marah padaku jika aku tidak menyapamu terlebih dahulu.

Kau tahu, banyak sekali yang ingin ku katakan padamu. Pada lekukan tubuhmu yang lurus dan selalu membiaskan diriku dengan segala kejujuran. Ketika air kesedihan memelukku, aku selalu menatapmu dan berteriak seakan – akan kau mendengarku lalu mendekapku. Dan ketika aku bahagia, aku akan selalu tersenyum padamu sementara kau tetap memantulkan kebahagiaan yang sama.

Kali ini aku ingin bercerita sesuatu padamu, tentang dia. Mungkin kau bukanlah satu – satunya . . . . yang mengetahui hal ini. Tapi, hanya kaulah yang tahu bagaimana riak wajahku ketika bahagia dan sedih karenanya. Kau tahu, apa yang ku rasa saat ini? Indah. Sejak pertama kali mengucapkan sebuah kata untuknya, rasa indah itu muncul. Aku tahu kau pun merasakannya, kau bisa mendengar dan menatap ekspresiku dari sudut tubuhmu kala aku memukul jejeran boneka karena tingkahnya. Segala bentuk gerakku menjadi aneh. Jangan tanya padaku kenapa? Karena aku juga tidak mengerti, semua ini untuk pertama kalinya. Rasa indah ini, ya aku sangat yakin ini untuk pertama kalinya.

Entah apa yang akan dia pikirkan dan rasakan, setidaknya inilah yang terjadi padaku. Jemariku secara tak sadar bisa menggoreskan namanya pada tubuhmu. Ah, maafkan kekhilafanku ini. Aku tahu kau tidak meronta marah padaku tapi aku tetap akan meminta maaf karena telah mengotorimu. Nama indahnya entah kenapa terus menghantuiku.

Pernahkah kau merasakan hal seperti ini? Sepertinya hangat. Semuanya menjalar menjadi satu dan membuat wajahku memerah. Kau melihatnya kan? Kau lihat? Merah ini, indah.

Teruntuk cermin di dinding, sahabat setiaku, tempat membuang isi hatiku . . . tetaplah di sudut kamarku, dengarlah ceritaku.


"tulisan untuk L.O.V.E project, mau menulis setiap rasa syukur akan cinta yang diucapkan kepada apapun :D mendadak kepikiran buat beginian di blog"
- Regrads Pipit, menulis dan menggambar karena cinta -

12 komentar:

  1. itu puisi kah? atau curhat ama dinding?

    BalasHapus
  2. tulisan yang sangat perempuan
    merepresentasikan cermin dari sudut yang berbeda :D

    BalasHapus
  3. cermin emang yang paling jujur...

    ngebacanya bener-bener bikin seolah-olah cermin itu hidup.. dan paling tau kita itu gimana.. sedang rasakan apa...

    BalasHapus
  4. Curahan hati perempuan sekali. :))

    Sama sih, juga suka kayak gitu. Ahem. Sama guling juga sering #pff

    BalasHapus
  5. huaaaahh!!! jadi galau baca nya. tulisan nya ngena banget ini dihati. cemungudth kakak :')

    BalasHapus
  6. lo bae bae aja kan? tumben tulisannya puitis gela :))

    bagus kok, penuh makna :D

    BalasHapus
  7. pit pit,sehat kan ? yoweis kalo sehat mah..

    BalasHapus
  8. ga nyangka seorang fitrop bisa puitis juga. akakak

    BalasHapus
  9. Den : makasih hehehe :D

    Uzay : iya :D cermin adalah refleksi diri, berbicara dalam bahasa yang tidak diketahui tapi jujur :)

    Aulia : ah~ :D

    Annama : ahaha, bisanya jadi galau :3

    Irvina : iya pin gw baik2 saja :')

    Nonni : alhamdulillah yah :3

    Fiscus : ssssst hahahaha

    BalasHapus

what do u think, say it !