Jumat, 10 April 2015

RAHASIA DI DALAM BOTOL


Minggu malam dengan rintik hujan yang malu-malu aku menepikan sepeda motor tua ini di sebuah rumah. Tetesan air dari genteng kelabu membasahi garasi dengan sempurna. Aku rasa tidak ada salahnya jika menghempaskan jas hujan di lantai garasi, toh sudah basah juga. Pintu berdecit membuat ngilu pendengaran, seseorang dengan tongkat jati keluar dari dalam rumah.

“Kan sudah Oma bilang kamu di rumah saja.” Suara renta yang khas, jujur aku merindukannya.

“Tidak apa-apa Oma. Kan Nila sudah janji sama Oma mau nginap di sini semalam.” Aku merapikan anak rambut yang mencuat.

Oma menepuk kepalaku. Kerutan diwajahnya ketika tersenyum tampak cerah sekali. Ia memberikan handuk kecil untuknya, menyuguhkan teh hangat, dan menata kue-kue yang baru ia buat. Cekatan sekali untuk seorang wanita yang berumur hampir satu abad.

“Coba cicipi resep baru buatan Oma.”

Kue-kue kecil itu terlihat menggiurkan. Ada beberapa warna yang berpadu di atas piring. Aku mencoba mencicipi kue berwarna hijau. Tercium wangi pandan yang lembut.

“Ah ini rasa pandan.” Batinku.

Oma mengangguk seakan bisa membaca pikiranku. Aku melanjutkan gigitan berikutnya dengan jenis kue yang berbeda. Tepat saat itu, mataku tertuju pada sebuah botol bening di sudut ruangan. Seakan ada yang memanggilku dari botol tersebut. Mulutku tidak berhenti mengunyah tetap mataku seakan tidak bisa berhenti untuk menatap botol.

“Nila?” Oma melambaikan tangannya di hadapan wajahku. Pandangannya mencoba mengikuti ke arah apa yang sedang ku lihat.

“Itu botol turun temurun dari keluarga Oma.”

Aku baru berbalik menatap Oma.

“Ketika Oma sudah meninggal nanti, botol itu akan diserahkan kepada mamamu.” Oma membicarakan kematian dengan santainya.

“Isi botol itu apa Oma? Sepertinya penting sekali hingga harus dijaga turun temurun.” Aku mengunyah kue yang lain.

“Botol itu . .” jeda sebentar, Oma menatap keluar jendela,”milik seseorang yang penting dikeluarga ini. Harusnya Oma menceritakan hal ini sejak lama.”

Aku sempurna berhenti mengunyah. Kami duduk berhimpitan. Tangan lembut Oma menepuk-nepuk pergelangan kecilku.

“Sebenarnya Oma juga tidak mengerti apa yang ada di dalam botol itu. Hanya saja, entah mengapa Oma merasa harus menjaganya. Yang Oma tahu hanya cerita kecil ini.” Oma menyodorkan album usang.

Lembar demi lembar dibuka, aku melihat beberapa wajah yang ku kenal. Ada siluet Mama, Om Wiryo, dan Opa di sana. Selebihnya adalah wajah-wajah asing yang belum pernah ku temui. Tangan Oma berhenti membuka album.

“Perjalanan menjaga botol diawali oleh para buyut. Bermula ketika dua sahabat lama berjanji untuk menyimpan rahasia terbesar mereka di dalam sebuah botol. Terdengar seperti dicerita dongeng bukan?”

Aku tertawa.

“Entah siapa yang memulai,  pada akhirnya persahabatan itu hancur karena memperebutkan cinta seseorang.  Dua sahabat itu berpisah sekian tahun, mengikuti ego masing-masing.  Setelah berpuluh tahun terlewati, dua sahabat itu baru menyadari kebodohan masa muda mereka. Mereka berjanji bertemu di tempat perkelahian terakhir. Namun sayang, salah satu dari mereka harus pergi meninggalkan dunia ini terlebih dahulu. Sahabat yang lain akhirnya memutuskan untuk menjaga botol itu hingga sekarang.”

“Botol tanpa isi? Bukannya tadi . . .”

Oma tersenyum.

“Mungkin rahasia sudah seharusnya tidak terlihat.”

Aku menggaruk kepala yang tidak gatal.

“Nanti ada saatnya kamu mengerti.”


Aku hanya mengangkat bahu. Aku memang tidak mengerti apa yang dikatakan Oma, yang aku tahu adalah aku siap menjaga rahasia apapun yang ada dibotol itu.

- Regards Pipit, menulis dan menggambar karena cinta -

1 komentar:

  1. penasaran... lanjutin dong...

    sambil nunggu yuk main game online dan dapat bonus dengan KLIK DISINI

    BalasHapus

what do u think, say it !