Rabu, 18 Mei 2011

BE MY DADDY




Anggita berlari – lari kecil mengejar mobil kijang inova yang berjalan mulus membawa Ayahnya pergi.

“Ayah jangan lupa oleh – oleh buat Gita ya” teriak gadis kecil itu dari jauh.
Seorang pria mengeluarkan kepalanya dari dalam mobil dan tersenyum lalu menganggukkan kepala.

“Nilaimu harus bagus ya” teriak pria tersebut sambil melambaikan tangan.

Sepuluh tahun telah berlalu, kini Anggita telah tumbuh menjadi seorang gadis yang pandai dan cantik. Semua itu berkat didikan keras dari Ayahnya, satu – satunya keluarga yang dimiliki oleh Anggita. Ibunya telah meninggal saat Anggita berusia 1 tahun akibat penyakit mematikan. Itulah hal yang selalu didengar Anggita dari Ayahnya.
Meskipun hanya hidup berdua dengan sang Ayah, Anggita tidak pernah merasa kesepian dan kekurangan kasih sayang. Ayahnya sangat menyayangi dan memperhatikannya. Didikan keras sang Ayah tidak membuat Anggita memberontak tetapi belajar menjadi lebih baik lagi.

Ayahnya adalah tipe orang yang selalu menuntut kesempurnaan terutama bila hal itu berkaitan dengan pendidikan. Keinginan Anggita akan selalu dipenuhi apabila ia mampu mendapatkan nilai yang sempurna. Awalnya Anggita merasa sangat keberatan tetapi seiring berjalannya waktu, Anggita merasa bahwa apa yang diminta Ayahnya adalah hal yang baik.
Awalnya Anggita merasa bahwa hidupnya telah cukup sempurna, namun saat umurnya semakin bertambah ia merasa ada sesuatu yang hilang. Batin dan pikirannya menolak perkataan “hidupku telah sempurna”. Ya ,memang ada sesuatu yang telah dan sengaja menghilang dari hidupnya.

“Ayah..” kata Gita berhati – hati.

“Kenapa?” tanya sang Ayah sambil menghentikan pekerjaannya.

“Gita ngerasa ada yang hilang dari hidup Gita.”

“.........”

“Gita juga bingung kenapa bisa ngerasa kayak gini. Gita senang, Ayah selalu ada untuk Gita tapi ..... Gita juga gak ngerti kenapa ........”
Air mata pun mengalir dari ke dua mata Gita yang berwarna coklat bening.

“Ayah, Gita anak Ayah kan? Ayah gak mau lihat Gita sedih kan?”
Ayahnya mengangguk dan memeluk Gita sambil berkata “Maaf” dalam diam.

***

Hari ini adalah awal dari segala kehancuran itu. Kehancuran bagi Ayah dan anak.
Gita adalah gadis yang paling tidak suka diganggu jika sedang konsentrasi melukis. Saat itu, dia sedang duduk di sebuah taman sambil melukis. Tanpa di duga, segerombolan anak kecil datang dan mengganggunya. Gita yang sangat kesal memarahi anak – anak tersebut tanpa ampun.

Beberapa dari anak – anak tersebut menangis sementara yang lainnya berlari meninggalkan Gita karena takut.

“Udah jangan nangis. Makanya jangan nakal” kata Gita yang mulai merasa bersalah.

“Don, kamu kenapa menangis?” tiba – tiba seorang wanita muda datang dan menghampiri salah seorang anak kecil yang bertubuh paling gemuk.
Anak kecil tersebut menunjuk ke arah Gita.

“M-maaf Bu Sarah, saya tidak sengaja memarahinya tadi karena Doni dan teman – temannya mengganggu saya” kata Gita, yang telah mengenal wanita tersebut-tetangga dua blok dari rumahnya.

“DASAR ANAK GAK TAHU DIRI !!! Jangan  mentang – mentang udah dewasa ya jadi seenaknya marahin anak kecil, anak orang pula” Bu Sarah terlihat tidak senang dengan sikap Gita.

“M-m-maafkan saya”

“Maaf, Maaf. Enak banget ya ngomong maaf. Dasar anak pungut, gelandangan !! Kamu tuh ya jangan sok disini ya”

Bu Sarah pun meninggalkan Gita yang tertegun mendengar perkataannya.

“Apa maksudnya itu?” batin Gita.
Dia pun bergegas membereskan peralatan melukisnya dan pulang ke rumah. Dia ingin segera bertemu Ayahnya dan menanyakan apa maksud dari perkataan Bu Sarah tersebut.

“Jadi begitulah Ayah. Apa benar yang dikatakan Bu Sarah?” Tanya Gita.

“Gita sayang, omongan seperti itu jangan di dengar ya. Ayah mau istirahat dulu. Udah jangan kamu pikirkan”

“Tapi Ayah, Gita jadi mikir apa mungkin itu yang membuat Gita mulai merasa ada yang hilang dari Gita? Gita juga jadi mikir,kenapa gak ada foto Ayah dan Ibu yang sedang hamil? Kenapa hanya ada foto Gita yang masih bayi bersama Ayah?”

“ Ayah ingin istirahat sayang”

“Ayah, Gita butuh jawaban Ayah. Ayah,kenapa sih Ayah menghindar kalau itu gak benar. Ayah … Ayah…”

Dan Gita pun duduk sendiri sambil merenung di ruang makan.

***

Seminggu telah berlalu dan Gita masih saja bersikeras untuk mendiamkan Ayahnya.

“Semua ini ku lakukan karena Ayah masih tidak mau menjawab pertanyaanku” kata Gita ketus.

“Gita, tidak baik lho sesama muslim saling mendiamkan lebih dari 3 hari” kata Ayah Gita sambil bercanda saat sarapan.

“Bik !!! Sarapannya dibungkus aja. Gita mau makan di sekolah”

“Hati – hati sayang, assalamualaikum”

Gita hanya melihat Ayahnya sekilas, tanpa menjawab lalu menghilang dari pandangan.

“Tuan, apa tidak sebaiknya Non Gita dikasi tau aja? Saya kasihan sama Tuan. Dimusuhi kayak gini” kata Bibik sambil membereskan meja makan.

“Belum saatnya”

***

Semenjak kejadian itu, hubungan Gita dan Ayahnya menjadi renggang. Gita mulai berbicara kepada Ayahnya tetapi hanya seperlunya saja. Gita telah berubah menjadi Gita anak Ayah yang tidak dikenal.
Hingga saat Gita telah menikah dan memiliki anak pun, hubungannya dengan sang Ayah belum juga kembali seperti dulu, masih hambar.
Sampai suatu hari penyesalan menjemput ……

“Hallo kediaman Sastrawijaya”

“Bisa bicara dengan Ibu Anggita?” Tanya seseorang diseberang telepon.

“Ya, saya sendiri. Ada apa?”

“Ayah Anda yang bernama Julian Dwi Widjadja?”

“Iya , ada apa dengan Ayah saya?”

“Hampir sebulan Ayah Anda terserang penyakit stroke dan dirawat dirumah sakit. Dan tadi pagi, Ayah Anda baru saja menghembuskan napas terakhirnya”

Speechless. Gita menjatuhkan telepon nirkabel yang dipegangnya. Seseorang yang berada diseberang telepon masih saja berbicara namun Gita tidak dapat menangkap maksud bahkan pembicaraan orang tersebut. Dia menangis tersedu – sedu sambil bersujud.

***
“Ayah…..”lirih Gita sambil menyentuh kasur tempat tidur Ayahnya.
Ditangannya tampak sebuah kotak biru dengan lukisan bunga mawar putih yang sangat anggun. Di dalam kotak tersebut terdapat bermacam – macam benda yang akan menjawab segala pertanyaan Gita.
Seminggu yang lalu-saat Ayahnya meninggal, Gita menerima kotak tersebut dari pembantu rumahnya sebagai pesan terakhir sang Ayah. Gita pun terkejut saat membaca selembar kertas yang ada disana.

Gita sayang…

Maafkan Ayah yang telah membuat hidup mendadak menjadi kelabu karena beberapa pertanyaan yang belum bisa Ayah jawab.
Saat melihatmu menangis malam itu, Ayah ingin mengatakan segalanya. Tapi, Ayah telah terikat janji dengan ibumu.

Gita, kamu memang bukan anak kandung Ayah. Kamu adalah anak dari orang yang sangat Ayah sayangi. Wanita tersebut tidak dapat menjagamu hingga dewasa karena dia meninggal saat kamu dilahirkan. Saat itu, tidak ada yang bisa merawatmu. Lelaki yang menghamili ibumu telah menghilang entah kemana.

Sebelum ibumu melahirkanmu dan meninggal, dia pernah berpesan kepada Ayah untuk menjagamu jika dia tidak bisa melakukannya. Sepertinya dia telah memiliki firasat bahwa hidupnya tidak akan lama lagi. Dia meminta Ayah menjagamu sebagai tanda cinta Ayah padanya. Ayah tidak pernah menikah karena Ayah sibuk mengurusmu. Tetapi Ayah sangat bahagia karena kamu tumbuh menjadi gadis yang cerdas dan kuat, sama seperti ibumu. Kalian wanita hebat.

Ayah sangat sedih ketika Gita mendiamkan Ayah.
Maafkan Ayah, Ayah berjanji di pusara ibumu bahwa Ayah tidak akan menceritakan ini semua kecuali Ayah telah dijemput oleh maut. Karena Ayah tidak ingin melihatmu membenci Ayah atau pergi dari Ayah karena Ayah telah membohongimu dan bukan Ayahmu yang sesungguhnya.
Ayah tidak ingin melihatmu menangis mengetahui hal ini. Airmatamu adalah rasa sakit untuk Ayah.

Nama ibumu adalah Wilma Eka Widjadja. Dia adalah wanita yang sangat Ayah sayangi, kakak Ayah, satu – satunya keluarga yang Ayah miliki saat itu. Dia merupakan seorang wanita serta kakak yang sangat baik. Kami hanya tinggal berdua. Saat ibumu hamil, dia tidak tinggal bersama Ayah. Itulah mengapa kamu tidak dapat menemukan foto Ayah dengannya. Ayah mengetahui kehamilan ibumu saat usia kandungan ibumu sudah mulai tua, 8 bulan.

Ayah, satu –satunya keluarga yang ibumu miliki. Ayah juga berutang budi pada ibumu. Dia adalah kakak yang hebat, dia berhasil menyekolahkan Ayahmu ini hingga diperguruan tinggi. She’s superwoman.

Itulah yang membuat Ayah menyayangimu seperi sayangnya seorang Ayah terhadap anak kandungnya.

Jadi, maafkanlah Ayah dan hiduplah bahagia. Hiasilah wajahmu dengan senyum yang bisa menyejukkan hati.

Julian Dwi Widjadja always be your daddy.

Gita tersenyum sekali lagi menatap kertas tersebut sambil mengeluarkan sebuah foto. Foto sepasang kakak beradik yang terlihat sangat bahagia- Ayah dan Ibunya.
Penyesalan pun mulai merasuki hati Gita. Dia merasa bersalah telah memusuhi Ayahnya, orang yang telah membuat hidupnya bahagia. Yang berjuang menghidupi Gita dan menjadi single parent.

Jika waktu bisa diulang kembali, Gita ingin agar perkataan Bu Sarah tidak terlalu dia pedulikan. Perkataan orang lain hanya membuat hidupnya hambar. Gita menjadi jauh dengan Ayahnya.

Gita pun memangis dan berbaring di kasur Ayah nya sambil berkata lirih “ you’re my always be my daddy

Pesan : Seorang Ayah menyayangi mu dengan cara yang berbeda. Beliau adalah pria yang berpegang teguh pada janji yang telah diucapkan. Jangan memusuhi Ayah/Ibumu hanya karena perkataan orang lain. Sadarkah kau, orang lain sebenarnya tidak mengetahui apa yang sebenarnya terjadi di dalam rumahmu-keluargamu. Yang tahu hanyalah dirimu dan keluargamu. Jika kau masih memiliki keluarga yang utuh, jangan sekali – kali memutuskan tali kekeluargaan itu. Karena suatu saat nanti kau akan sadar pentingnya sebuah keluarga.

~ Takemiya Ran – when I miss my mom n dad ~
22 November 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

what do u think, say it !