Pria berbadan tegap
Wanita paruh baya menampakkan
dirinya lagi. Kali ini dia berada disebuah kamar yang lengkap dengan perabotan
mewah. Berbeda dengan kamar sebelumnya yang dihuni oleh seorang wanita berambut
perak, kamar kali ini dihuni oleh seorang pria berbadan tegap. Pria ini
memiliki tatapan mata yang tajam namun kosong. Menatap ke dalam matanya seakan
menatap ke dalam sebuah kekosongan.
“Hari ini kau menunggunya lagi?”
Wanita paruh baya mulai berbicara.
“Ya” pria berbadan tegap tersebut
menjawab. Sepertinya dia berbeda dengan gadis berambut perak yang hanya
terdiam.
Wanita paruh baya mulai melipat
kembali baju yang bertebaran dilantai.
“Hari ini kau mengacak lemarimu
lagi,” sang wanita paruh baya menghela napas lalu melanjutkan, “bisakah kau
menjadi anak baik untuk sehari saja?”
“Ya” pria tersebut kembali
menjawab.
“Kemarin kau juga berkata seperti
itu. Bisakah kau membuktikannya saja?”
Pria tersebut hanya terdiam. Dia
menatap keluar jendela. Taman mungil terhampar indah dihadapannya. Berbagai
macam bunga tampak telah bermekaran dengan sempurna. Sinar matahari yang
menembus setiap celah pohon cemara dengan lembut menyentuh kelopak tiap bunga.
Pemandangan yang sangat menyejukkan hati.
“Kau terlihat sangat tampan kalau
tersenyum” wanita paruh baya mengangkat sebuah foto dengan bingkai perak.
Difoto tersebut tampak sang pria berbadan tegap yang tengah tersenyum memeluk
sebuah piala. Disamping pria itu berdiri seorang gadis manis berambut perak.
Mereka tampak sangat bahagia.
“Maukah kau menemuinya saja,
daripada menunggunya disini?”
“. . . .”
“Sepertinya kau memilih untuk
terus menunggunya”
“Ya”
Wanita paruh baya mengangkat
bahunya. Dia mengambil beberapa helai baju kotor kemudian melangkah keluar
kamar.
“Bisakah kau berhenti menangisi
dirimu sendiri?” mendadak wanita paruh baya menghentikan langkahnya, sesuatu
yang ingin ditanyakannya kini telah terucap.
Sang pria berbadan tegap hanya
terdiam. Tangan kanannya membelai pinggiran kursi roda yang terpoles indah.
Pria itu menatap ke lantai dengan sedih. Tidak ada jejak maupun bayangan
kakinya disana, semuanya telah hilang meninggalkan dirinya.
Find another cute paper : pandorapaper
- Regards Pipit, menulis dan menggambar karena cinta -
kasian sang lelaki
BalasHapussedihh T^T
BalasHapusJd mereka kecelakaan? trus si rambut perak meninggal?
selalu seneng baca crita pipit :p