Kemilau sinar musim panas tidak
menyurutkan langkah Rita yang perlahan namun pasti. Tangan kanannya menggenggam
setangkai lili putih yang terlihat mulai layu. Rita memejamkan matanya, sesosok
pria bertubuh kekar melintas dibenaknya. Kenangan itu kembali sekali lagi, sama
seperti ditahun sebelumnya.
Cinta itu akan mengikat sangat
kuat ketika dia menghampiri seseorang yang selalu kesepian. Mungkin hal itu
yang terjadi pada Rita. Anak tunggal yang hidup sebatang kara sejak remaja
disebuah rumah megah. Tahun ke dua dia bersekolah, seorang pemuda kekar menaruh
perhatian yang lebih padanya.
“Harusnya kamu bergabung dengan
mereka”
“Kak Tama . . . “ Rita menatap
pria kekar disampingnya dengan kaku.
Tama hanya membalas dengan sebuah
senyuman kecil sambil mencubit pipi Rita. Seperti biasa Rita hanya terdiam dan
menatap Tama tanpa ekspresi. Hari berganti hari, Tama terus bersikap baik pada
Rita dan memperlakukan Rita selayaknya seseorang yang berharga. Pintu hati Rita
terbuka dan tidak ada lagi yang dapat menghalanginya untuk mencoba selalu
berada disamping Tama.
“Kak Tama, kakak tetap di kota
ini kan kalau lulus nanti?” Rita tampak tidak ingin berpisah dari Tama.
“Tentu saja” Tama tersenyum, “lagipula
setelah lulus nanti aku mau menikah dengan Gaby, minggu depan dia balik dari
Amerika. Hah akhirnya hubungan jarak jauh ini akan berakhir . . .”
Matahari semakin terik. Rita
menggenggam bunga lili dengan erat. Bayangan masa lalu itu masuk pada titik
yang menyakitkan. Rita berjalan dengan cepat menuju pusara tak bernama. Satu
hentakan kasar membuat bunga lili yang dipegangnya terhempas begitu saja pada
batu nisan.
“Setahun berlalu kak Gaby”
Hanya satu kalimat yang terucap,
Rita bergegas meninggalkan tempat tersebut. Langkah kakinya kini tertuju pada
sebuah bangunan tua, rumah tempatnya bermukin selama ini.
“Aku pulang”
Rita melepaskan sepatunya dengan
anggun. Tangannya dengan sigap meraih sebuah handuk kecil yang tergeletak
begitu saja dikursi. Wajahnya yang berpeluh dibasuh.
“Kak Tama . . .”
Tangan Rita merangkul tumpukan
tulang belulang di atas kasur.
- Regards Pipit, menulis dan menggambar karena cinta -
gak baca ceritanya..
BalasHapusmales baca yg panjang2 >.< *ditoyor*
tapi yg terakhir gambarnya serem kak o,o
meskipun masih sereman aku yg seluruh badan tulang ~.~
itu gambarnya via apa?
kok pewarnaannya kayak pake pensil warna?
hahahaha dasar :P kalau blog aku yang ini emang isinya kebanyakan tulisan :3
BalasHapushahaha :P
bukan aku yg gambar :D itu ada sourcenya :D kayaknya emang pake pensil warna :D
waw keren ceritanya ........... pek tulang2 di atas2 kasur ,,,,,,,,,,,,
BalasHapus