Gadis berambut perak
Cermin bundar berdiri tegak
disudut kamar. Seorang gadis berambut perak berdiri dihadapan cermin tersebut.
Tangannya menyisir rambut perak dengan mudah. Bisa dipastikan rambut peraknya
yang digerai begitu saja sangat terawat.
“Rambutmu sehalus sutra” seorang
wanita paruh baya masuk ke dalam kamar.
Gadis berambut perak tampak tidak
peduli. Tangannya yang kecil dan putih kini mulai beralih pada wajahnya yang
bundar.
“Kau membutuhkan ini” kata wanita
paruh baya tadi sembari memberikan sebuah kuas bedak.
Gadis berambut perak tersebut
mulai mendandani wajahnya dengan lihai. Dia membubuhkan beberapa warna peach pada pipi, mata, serta bibirnya
yang mungil. Wajahnya yang pucat kini berubah menjadi cerah.
“Peach untuk hari ini. Baiklah” sang wanita paruh baya kemudian
meletakkan tiga buah gaun dibadan kasur dan meninggal sebuah tube-dress berwarna peach ditangannya, “ini baju yang tepat untuk hari ini”
Gadis berambut perak melepaskan
baju tidurnya perlahan. Siluet tubuhnya tampak sangat sempurna bagaikan sebuah
boneka. Dibantu sang wanita paruh baya, tube-dress
tersebut melekat sempurna ditubuhnya. Tepian tube-dress yang berenda tampak bersentuhan manja dengan rambut
gadis tersebut yang telah dikepang dengan rapi.
“Kau ingin menemuinya sekarang?”
Gadis berambut perak tersebut
hanya terdiam. Dia menatap kakinya yang tak beralas.
“Dia berada disamping kamar ini.
Kau tidak membutuhkan sepatu”
Namun mata gadis itu tetap tidak
bergeming dari kaki mungilnya sendiri.
“Baiklah”
Wanita paruh baya lalu
menyematkan sebuah stiletto yang
berkilau bagaikan sepatu Cinderella.
“Kau cantik sekali . .”
Seperti tersadar akan sesuatu,
gadis berambut perak tadi kemudian berlari kearah cermin bundar disudut kamar.
Matanya terbelalak lebar menampakkan jejak bulir airmata yang terus mengalir.
Tangannya yang ringkih mulai menghapus semua warna yang membingkai wajahnya.
“Haaaaah . . .”
Sang wanita paruh baya hanya bisa
menghela napas melihat kejadian ini. Kejadian yang terus berulang selama
sepuluh tahun.
“Masih ada hari esok”
Gadis berambut perak tampak tidak
peduli, dia terus menangis dan menghancurkan dandanannya sendiri.
“Berapa lama lagi kau akan seperti itu ?”
gumam wanita paruh baya sembari melangkahkan kakinya keluar kamar. Sebelum
menutup pintu, sang wanita paruh baya menatap wajah gadis tersebut. Sebuah luka
gores melintang diwajahnya.
Find another cute paper : pandorapaper
- Regards Pipit, menulis dan menggambar karena cinta -
keren kak :D
BalasHapus