Hujan diluar turun perlahan, rasanya menyenangkan menikmati setiap
tetesnya.
“Lima like, sepuluh komentar” gumam Sissy.
Asap mengepul indah dari cangkir
kopinya. Sisy menarikan jemari mungilnya pada badan keyboard. Ekspresi wajahnya berubah seiring dengan suara ketikan
yang terdengar. Kadang ketikan tersebut berhenti sebentar sementara Sisy menatap
layar 14 inch dihadapannya dengan serius.
Aku mau curhat
Sebuah kotak chatting menyembul begitu saja dari peraduannya. Sisy tersenyum
simpul membaca nama yang tertera pada kotak chatting
tersebut.
Curhat apalagi? Masalah kemarin?
Sisy menyeruput kopinya berirama,
matanya terpejam untuk sesaat menikmati aroma kopi yang masih tersisa.
Begitulah
Suara kotak chatting membuatnya membuka mata dengan cepat. Sisy menghela napas
panjang. Dia bisa menduga bahwa orang ini akan membuat waktunya terasa amat
melelahkan. Bukan sekali ini saja Sisy menjadi tempat curahatan hati
teman-temannya di dunia maya. Di dunia virtual yang tidak terbatas jarak ini,
Sisy dapat merasakan kehangatan dan kasih sayang yang telah hilang dari dirinya.
“Dunia disini lebih menyenangkan”
gumam Sisy.
Jemari Sisy kini lincah bergerak
bersama sebuah mouse berbentuk telur.
Dalam hitungan beberapa jam raut wajahnya bisa berubah menjadi berbagai macam
ekspresi, semua ini tergantung dengan apa yang dilihatnya.
Disana masih hujan?
Sebuah chatting dari teman lain pun muncul menepis chattingan sebelumnya yang masih berlanjut.
Masih nih, kalau disana?
Sisy membalas dengan cepat. Ada
sebuah semangat menggebu dihatinya.
Matahari bersinar cerah. Gerah. Aku mau es krim
Sisy menopang dagunya menatap chattingan tersebut. Kepalanya sibuk memikirkan
kata yang tepat untuk menjawab pernyataan tadi.
Hallo, masih disana?
Sisy tersentak, sepertinya dia
berpikir terlalu lama. Inilah yang terjadi jika sebuah nama yang indah muncul
pada kotak chattingnya. Seseorang
yang selalu dipuja Sisy. Sisy meregangkan tubuhnya sebentar sebelum lanjut
membalas.
PRANG . . . !! BRAK !!
Pintu kamar Sisy terbuka paksa.
Seorang wanita dengan pakaian berantakan muncul dihadapannya. Wanita tersebut
memegang sebuah botol minuman yang berbau tidak menyenangkan.
“Ma, tolong jangan ganggu Sisy
dulu”
Wanita yang dipanggil Mama oleh
Sisy melangkah gontai kearah tempat tidur seolah tidak mendengar gerutuan Sisy barusan. Sebuah botol minuman bening yang terpaut ditangannya digoyang-goyangkan sedemikian rupa seiring dengan ocehan tak jelas yang keluar dari mulutnya.
Sisy menatap wanita tersebut
dengan cemberut. Sebuah headset berwarna
hitam diraihnya.
“Setidaknya ini membantu”
Sisy, pialamu banyak ya :D aku iri sama kamu, kayaknya kamu berbakat
banget. Hidup kamu pasti bahagia banget ya
Sisy tertegun melihat komentar
yang baru saja muncul disalah satu album fotonya. Bahagia? Sepertinya Sisy
sudah mulai lupa bagaimana rasanya menikmati bahagia sejati ketika hidupnya
kembali berpijak di dunia nyata. Foto piala dan segala hal indah yang diuploadnya selama ini hanyalah pemanis
mata semata. Tidak ada ucapan selamat dan sorak pujian ketika dia menerima itu
semua. Ya, tidak ada sama sekali sejak ke dua orang tuanya memutuskan untuk
berpisah.
Terimakasih ya J
Sisy membalas komentar tersebut
dengan raut wajah yang berbeda. Butiran lembut nan bening kini membasahi
pipinya. Dua dunia yang berbeda.
- Regards Pipit, menulis dan menggambar karena cinta -
Hal yg terjadi pada kebanyakan orang di jaman ini.. 2 dunia, 2 kepribadian... :)
BalasHapus:D
BalasHapus