"Jatuh loh kak, jatuh" Camon mendorong tubuh saya yang sebagian telah berada di ujung tempat tidur.
"Eh Ca, tinggi loh ini. Ca . . . Ca . . ."
Tangan Camon mulai jahil menggelitik perut. Sunggu, saya benci dikelitikin. Sigap ke dua tangan saya menahan tangan Camon. Dengan posisi setengah badan hampir terjatuh, hal ini tidak mudah.
Hap! Hap!
Tangan Camon berhasil saya kunci.
"Kak Pit kecil tapi tenaganya gede lah. Udah hampir jatuh bisaan aja nahan tanganku" Camon tertawa, maklum badan saya memang paling kecil di kost.
Kejadian ini secara tidak langsung menarik rasa rindu saya terhadap dojo (tempat latihan karate). Dulu, tiap sore sepulang dari kursus tambahan atau kumpul kelompok karya ilmiah remaja, saya menyempatkan waktu untuk berlatih karate. Sejak kecil badan saya memang lemah. Kata orang, badan selidi ini ditiup angin pun pasti terbang. Ah kalian perhatian sekali.
Jujur, saya adalah salah satu orang yang kurang suka olahraga. Ayah saya terhitung jago sekali dalam berolahraga, sepakbola, voli, basket, bulu tangkis, dan lain-lain. Ibu saya juga, selain rutin mengikuti senam body language, Ibu juga berprestasi dalam tenis meja dan bulu tangkis. Piala yang berjejer di ruang tengah adalah milik beliau. Sedangkan adik saya, sekecil itu (ketika SD) sudah jago melakukan smash keras terhadap saya ketika bermain bulu tangkis.
"Tri beda, dia lebih suka mikir" gumam Ayah sembari memperkenalkan catur terhadap saya.
Iya, permainan sejak kecil saya memang menggunakan otak. Entah puzzle, lego, teka-teki, atau sudoku. Sejak masuk SMA, saya mulai tertarik mengikuti bela diri. Alasan awalnya sih biar kuat ketika lari. Jaman sekolah dulu, guru olahraga saya keras sekali. Beliau tidak pandang bulu. Bayangkan, pemanasan dengan lari mengelilingi satu sekolah ditambah sekolah SMP terdekat ditambah kantor-kantor sekitar. Tidak hanya disitu, push up dan sit up pun setia menunggu. Waktu lari pun dihitung. Bisa terbayang gimana takutnya saya mendapatkan nilai merah pada pelajaran ini jika kondisi saya tidak meningkat?
Awalnya saya mencoba berlatih bulu tangkis mengikuti Ibu. Tapi saya bosan. Seorang teman mengajak ikut karate, saya yang memang ingin berlatih bela diri dan meningkatkan stamina pun mengikuti latihan tiap sore.
Dan waw, keras sekali latihan karate. Berlari melingkar selama dua puluh kali untuk setiap gaya lari. Lari cepat, lari biasa, lari jinjit, lari menyamping, lari dengan gaya mengangkat kaki setinggi perut, dan sebagainya.
"Push up!"
Itulah teriakan Senpai jika kita telat hadir atau telat melakukan gerakan.
Memulai memang berat. Saya ingin menangis dan meringis. Bayangkan, kita disuruh berbaring sambil melakukan sikap lilin. Senpai berjalan dan meninju perut kita. Latihan kekuatan perut katanya. Wajar dong kalau saya meringis karena saya tidak tahu akan hal ini. Tunggu, tidak tahu atau tidak menyimak? Ah sudahlah.
Hari berganti hari. Saya mulai belajar dari awal, ban putih. (saya mencoba menulis apa yang saya ingat)
Geri, oke bagian ini saya cuma mengingat tendangan. Kata Sensei (pengajar senior dengan ban hitam), tendangan kaki kiri saya paling jelek. Ya, saya tahu. Salah satu pemanasan karate adalah split (ditempat saya latihan). Split lurus, menyamping kiri dan kanan. Saya sempurna bisa melakukannya, namun ketika melakukan split kiri, bagian paha saya terpelintir entah bagaimana caranya. Itu yang mengakibatkan tendangan kaki kiri saya tidak selurus kaki kanan. Balik ke geri. Kamu tahu, saya merasa berlatih balet ketika melakukan geri. Kaki kita harus kuat menendang ke depan dengan lurus, ini dasarnya. Yang paling susah buat saya adalah tendangan yang menyamping dan yang paling saya suka adalah tendangan memutar serta tendangan cangkul (saya lupa nama Jepangnya apa).
Berikutnya adalah kumite, kata, dan kihon. Biasanya ketiga ini dijadikan bahan ujian kenaikan sabuk (kalau tidak salah ingat).
Kihon adalah awal sebelum melakukan kata dan kumite. Ban putih biasanya melakukan kihon, belajar melakukan tendangan dan pukulan semacam tsuki dan geri tadi. Pada ban selanjutnya (kalau gak salah ban cokelat atau hijau, entah saya lupa) akan belajar tentang bantingan.
Kata merupakan pola prinsip bertarung. Biasanya berisi variasi bentuk gerakan. Ada tingkatannya juga. Semakin tinggi tingkatan, semakin beragam variasi kata.
Dan kumite biasanya untuk para Senpai. Bisa diartikan kumite ini semacam sparing.
Sekilas itulah beberapa gerakan yang sangat ingat dari karate. Selain itu, semenjak berlatih karate (dulu) saya bisa lebih me-manage waktu. Bisa mengeluarkan emosi jiwa juga ketika melakukan kiai (atau teriakan karate). Kata Senpai, kiai membantu kita mengeluarkan energi di dalam tubuh makanya jangan heran kalau latihan karate dipenuh dengan teriakan Osh (teriakan hampir seurpa yosh atau osh dengan sh yang panjang, ini berarti setuju atau ya) atau Osu (teriakan serupa Os, dengan s yang pendek, ini berarti ya dan siap melakukan hal yang lebih baik).
Selain kiai dan jenis teriakan di atas, ada beberapa istilah dalam karate lagi yang saya ingat.
Dojo berarti tempat latihan. Sensei merujuk pada senior, biasanya yang sudah dan (sabuk hitam). Deshi merujuk kepada murid, Senpai merujuk kepada panggilan kakak senior sedangkan panggilan junior biasanya sih Kohai. Jadi, Senpai dan Kohai merupakan Deshi (kalau tidak salah ingat).
Yame berarti berhenti dan ketika Senpai berteriak Yasume (rileks, dibaca yasme) berarti kita harus berada dalam posisi diam dan siap. Biasanya Senpai akan meneriakkan dua kata itu bersamaan semacam "Hai, Yame! Yasume!"
Yame berarti berhenti dan ketika Senpai berteriak Yasume (rileks, dibaca yasme) berarti kita harus berada dalam posisi diam dan siap. Biasanya Senpai akan meneriakkan dua kata itu bersamaan semacam "Hai, Yame! Yasume!"
Baju karate biasa diberi istilah karategi dan untuk orang yang berlatih karate biasa disebut karateka. Sejauh ini itu yang saya ingat. Ah menulis ini membuka kenangan lama dan hasrat berlatih karate lagi semakin meningkat. Sepertinya kuda-kuda saya sudah tidak sekuat dulu dan gerakan kata sudah mulai terlupakan.
Semoga bisa berlatih karate lagi. YOSH! GANBARIMASU!
- Regards Pipit, menulis dan menggambar karena cinta -
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
what do u think, say it !