Beberapa bulan terakhir aktivitas kuliah sudah berhenti. Tidak ada lagi tugas. Tidak ada lagi begadang menyelesaikan laporan. Bolak-balik angkat PC, crimping, beli kabel UTP, dan menggendong tiga buah laptop sekali jalan.
Semua dunia engineering sudah berakhir. Dunia yang dulu tidak mau aku lihat bahkan hampir membenci. Tapi akhirnya aku sadar, kalau aku tidak terjebak di dunia itu mungkin aku tidak akan bisa seperti sekarang.
Hari dan bulan sudah berganti dengan cepat. Banyak teman yang sudah berhasil mendapatkan kerja, sibuk kuliah lagi. Aku hanya bisa tersenyum melihat itu semua. Diam di sini dan menunggu.
Beberapa orang mengira aku hanya diam saja di kamar, membuang-buang waktu percuma. Wajar saja karena memang aku lebih sering berdiam diri di kamar. Merenung. Banyak sekali hal yang aku simpan dalam diam tiba-tiba mencuat begitu saja. Bertanya banyak hal. Merutuki berbagai macam hal. Menangisi semuanya.
Bisa gila rasanya melewati itu semua tapi hey sejauh ini aku bisa. Bertahan sampai sejauh ini, lebih lama lagi mungkin bisa. Tumpukan hal-hal yang berserakan di meja setia menemaniku. Melihat merahnya wajahku ketika menangis. Melototnya mataku ketika marah. Ngedumel gak jelas ketika kesal. Bahkan menyakiti diri sendiri.
Iya, aku memang susah sekali menunjukkan ekspresi itu semua bahkan ke sahabatku sekali pun. Banyak merenung dan berpikir membuat aku enggan bertemu orang-orang. Aku tidak ingin diganggu, aku butuh sendiri. Berhari-hari aku menanamkan itu dihatiku hingga aku sadar sebenarnya aku membutuhkan mereka. Manusia yang sebenarnya kesepian bukan butuh senyap sekeliling, hanya butuh didengar.
Akhirnya aku memutuskan untuk berhenti merenungkan hal-hal yang membuatku bingung. Mencari kesibukan lain. Coret sana. Coret sini. Bukankah ini pelarianku ketika aku merasa sendiri dan tidak ada yang mau mendengar?
Semakin lama pelarianku itu (entah kenapa) terasa semakin menyedihkan. Rasanya sudah cukup. Aku butuh meluapkan hal yang bertahun-tahun aku simpan. Aku butuh sekali didengar. Sekali saja, siapa pun.
Aku bercerita, memutuskan meluapkan semuanya. Kebingunganku. Lega rasanya. Terimakasih.
Sudah mendapatkan jawaban? Alhamdulillah.
Dari sedikit bercerita ada setitik pencerahan. Dari sedikit membaca yang entah kenapa (mungkin ini takdir) aku menemukan sesuatu untuk kebingungan itu.
Sabar. Berusaha. Sebab-Akibat. Berbuat baik.
*
Fia menutup laptopnya, menghela napas. Semua sudah ditulisnya. Ada senyuman yang mengembang disudut wajahnya. Satu-satunya lesung pipit merekah. Sudah lama sekali lesung itu tidak terlihat.
- Regards Pipit, menulis dan menggambar karena cinta -
salam kenal diajeng yah dari mas opickaza
BalasHapus