Hari pahlawan sudah lewat tapi masih teringat jelas sosok seorang pahlawan yang berjasa sekali di dalam hidup saya. Beliau adalah Pak Guru kesenian saya ketika SMP, Pak Idhar. Beliau adalah pria ke dua yang amat saya banggakan dan saya anggap sebagai pahlawan setelah Ayah.
Pak Idhar adalah sosok guru yang sedikit nyentrik. Rambutnya sepanjang punggung, agak ikal, dan terkadang diikat dengan sebuah kuncir kecil. Tangannya suka mengamit rokok yang menyala, tidak heran badannya sedikit beraroma tembakau.
Dipikiran saya ketika pertama kali melihat beliau adalah "apa orang ini benar-benar seorang guru?"
Yeah, saat itu otak saya masih diisi dengan pemikiran menilai seseorang dari kulitnya saja. Hal yang pertama kali membuat saya tercengang adalah ketika beliau mengukir sebuah kata di papan tulis. TULISANNYA RAPI SEKALI! Seperti tercetak begitu saja.
Pak Idhar, pahlawan tanpa tanda jasa. Saya tidak bisa menyembunyikan kekaguman saya ketika beliau menunjukkan kumpulan gambar yang beliau miliki. SUPER! LUAR BIASA! Saya yang sejak SD memang suka menggambar hanya bisa terpekur. Kagum. Malu. Tidak percaya diri. Ingin menjadi lebih hebat.
Pak Idhar adalah orang yang pertama kali percaya bahwa saya dianugerahi bakat menggambar, sementara yang lain menganggap saya hanya bisa melakukan sesuatu yang berhubungan dengan akademik. Saya bangga menjadi murid beliau. Belajar tentang banyak hal dan tak jarang menemani beliau menyeruput kopi di ruang guru. Bertukar pikiran.
Pak Idhar, pahlawan tanpa tanda jasa. Banyak hal yang beliau lakukan yang berpengaruh terhadap pemikiran saya. Masih teringat dengan jelas teguran pertama beliau.
Sewaktu dibebaskan menggambar di halaman sekolah, beliau menghampiri muridnya satu per satu. Saya yang duduk di pojok laboratorium bahasa (yang waktu itu belum sempurna jadi) melirik sekilas. Berharap beliau menghampiri dan memuji sketsa yang saya buat. Tapi ternyata kritikan pedas yang saya dapat.
Pak Idhar, pahlawan tanpa tanda jasa. Banyak hal yang beliau lakukan yang berpengaruh terhadap pemikiran saya. Masih teringat dengan jelas teguran pertama beliau.
Sewaktu dibebaskan menggambar di halaman sekolah, beliau menghampiri muridnya satu per satu. Saya yang duduk di pojok laboratorium bahasa (yang waktu itu belum sempurna jadi) melirik sekilas. Berharap beliau menghampiri dan memuji sketsa yang saya buat. Tapi ternyata kritikan pedas yang saya dapat.
"Ini sketsa? Terlalu real. Dari jarak seperti ini harusnya daun pohon itu tidak sejelas ini" beliau menarik gambar salah satu teman, "Lihat ini. Ini baru namanya sketsa"
Kritikan pertama yang menghujam tepat ke jantung, terekam jelas dan menampar begitu hebat. Rasanya malu sekali dikritik di depan teman-teman yang bahkan tidak punya sense of art (pikiran sombong ketika itu). Sebaris kalimat yang dilontarkan beliau membuat mata saya terbuka. Mungkin saya terlalu banyak terima pujian hingga terbang, terbang terlalu tinggi malah. Jatuhnya jadi sakit sendiri.
Pak Idhar, pahlawan tanpa tanda jasa. Beliau adalah yang membuat saya mengerti cara menggunakan cat air, belajar teknik pointilis, bahkan membuat gambar realis. Hingga saat ini, tugas menggambar bebas saya ketika itu adalah satu-satunya gambar paling realis yang pernah saya buat.
Sekarang pahlawan tanpa tanda jasa tersebut telah berpulang ke sisi Yang Maha Kuasa, ya beberapa tahun yang lalu. Saya belum diberi kesempatan untuk berucap terimakasih. Terimakasih karena telah mengajarkan banyak hal. Untuk tidak melihat seseorang dari penampilannya, untuk mengerti bahwa setiap karya seni memiliki penggemarnya masing-masing, untuk tidak berlaku sombong, untuk melakukan semuanya dari hati, dan untuk percaya bahwa bakat bisa diasah dengan rasa percaya yang kuat.
Thank you for everything Sir :-)
Guru memang pahlawan tanpa tanda jasa tapi jasa mereka terkadang bisa menyelamatkan kita.
Pengennya ngepost gambar ketika SMP tapi sayang semua gambarnya ditinggal di Papua.
- Regards Pipit, menulis dan menggambar karena cinta -
kita semua juga bisa jai Generasi Pahlawan Indonesia, jika kita melakukan hal'' yg berguna bagi bangsa Ini
BalasHapusWah, jadi keinget guru kesenian di SMA, Gaya bicaranya nyerocos tapi ada benernya juga, sangat jujur banget walaupun menyakitkan. Kocak kalo denger bapak guru itu ngomong. Pelajaran kesenian jadi menyenangkan banget (y) :D
BalasHapusGuru emang kerjaan paling mulia... Mencetak pribadi2 baru yang berwawasan dan cerdas. Tapi di beberapa daerah banyak juga guru2 gaji buta yang ngajar dengan males2an dan malah merugikan.
BalasHapuswah,,aku jg pernah diajar guru nyentrik dan emang yg nyentrik2 itu justru yg paling serius hehehhe
BalasHapusselamat hari pahlawan dehh...
BalasHapushehe..
semua keluargaku kebanyak jadi Guru,, memang pekerjaan yang muliaa...