Suara merdu menyusup diantara kabel dan terdengar membahana melalui dua speaker kecil. Tanganku lihai mengetik berbagai kata.
"Kau ingin hidup seperti semua tulisanmu?"
Kau berbisik di sebelahku. Senyummu yang gagah membuat jantungku berdegup kencang.
PLAK !
Ku tutup paksa laptop dengan cepat, tak peduli apakah tulisan tadi akan tersimpan sebagai draft atau akan hilang begitu saja.
"Apa?"
Wajahku memerah. Aku paling tidak suka ada yang mengintipku melakukan apa pun yang aku suka. Ini sangat memalukan.
"Hidup seperti itu . . ." telunjuknya mengarah pada laptop.
Wajahnya ikhlas, begitu pun dengan senyum kecilnya. Dia tidak mengejekku, dia hanya bertanya.
"Klise"
Aku suka menulis, merangkai kata indah. Aku suka menggambar, mengukir lekuk indah. Tapi aku bukan wanita romantis yang selalu menginginkan selipan kata mutiara ditiap ucapan atau tumpukan kertas kecil bertuliskan 'aku cinta padamu' disetiap sudut.
Aku suka kata sederhana, yang mengalir dari hati. Aku suka ucapan 'aku cinta padamu' yang jarang terucap, setahun sekali. Sesederhana itu, tapi istimewa. Aku lebih suka duduk diam, menikmati detak jantung atau mendengarkan lagu bersama-sama. Tertawa, memperbaiki lirik yang salah lalu tertawa lagi.
Aku suka saat kau dengan wajah kaku menyerahkan mawar putih.
"Selamat datang di Jogja"
Ucapanmu tulus, tanpa tatapan mata berbinar, tanpa menggenggam tanganku. Hanya menatap lurus ke depan, membunyikan klakson mobil. Cuek? tidak, itulah caramu yang sederhana dan aku melihat ketulusan di sana.
Aku suka saat kau memilah kol diantara soto yang ingin ku makan. Mengatakan masakanku enak di depan mamamu yang tersenyum. Terimakasih karena telah mengajakku bertemu keluargamu.
Aku suka melihat deretan buku di dalam kamarmu, cara mamamu yang menjelaskan segala hal tentangmu bahkan cara adikmu menyelidiki usiaku. Aku suka semua kenangan itu.
Aku suka kita terpisah jarak. Memilin rindu ke dalam sebuah ikatan, berjanji mengunci ini semua hingga waktunya datang. Terimakasih telah menjagaku.
Kau bilang apapun yang kau lakukan terlalu biasa dan aku terlalu banyak berkorban. Bagiku yang biasa itu luar biasa. Call me the old fashioned one. Tapi aku suka saat kau dengan tulus menegurku, memarahiku ketika aku salah, dan memaafkanku ketika aku mulai menangis.
Kadang aku marah, merasa bahwa apa yang kita pilih ini berbeda dari kebanyakan orang. Tapi, bukankah ini indah? Hubungan dari hati, bukan napsu. Berusaha saling percaya dan memegang janji.
Aku suka caramu yang seakan marah melihat pria lain mendekatiku. Itu lucu, tapi aku tahu itu karena kau sayang, percayalah aku tetap menunggu. Bukankah aku telah menunggu hingga sejauh ini? Dua tahun lagi bukan masalah buatku.
Jangan pernah berkata aku telah berkorban banyak, terlalu sabar, terlalu baik karena percayalah aku hanya seorang wanita biasa yang menangis ketika merindu, yang sesak menahan sakit, dan menunggu dengan penuh harap.
Terimakasih karena telah mengajarkanku banyak hal. Sikapmu yang dewasa dan taat membuatku kagum, caramu menahan diri pun membuatku kagum hingga terkadang membuatku malu untuk bertanya. Bukankah kita memang sedang menjaga jarak? Masuk ke dalam sebuah proses.
"Jadi kau mau hidup seperti apa?" Kali ini pertanyaanmu terdengar lebih serius.
"Aku mau hidup biasa dan sederhana, apa adanya"
clannad anime |
- Regards Pipit, menulis dan menggambar karena cinta -
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
what do u think, say it !