Pelajaran matematika merupakan
pelajaran yang sangat disukai Darwis. Ia suka menghitung segala kemungkinan.
Berkutat berjam-jam merangkai rumus-rumus dengan caranya sendiri. Hingga suatu
malam, entah darimana asalnya pertanyaan itu muncul. Mata Darwis terus
memperhatikan rumus perkalian plus dan minus dibuku sakunya.
“Kenapa bisa minus dikali minus
hasilnya plus? Padahal dalam hidup jika keburukan dikali dengan keburukan
bukankah hasilnya kan jadi buruk?” Gumam Darwis.
Malam itu ia habiskan dengan
berpikir hingga akhirnya terlelap. Keesokan paginya ia bergegas menemui Pak
Ganesha. Lupa mencuci muka bahkan sikat gigi. Pak Ganesha hanya
menggeleng-geleng kepala melihat tingkah Darwis.
“Pertanyaan lagi Darwis?” Pak
Ganesha bisa menebaknya dengan tepat.
Darwis mengangguk dan segera
melontarkan pertanyaan yang ada dibenaknya. Pak Ganesha mendengarkan dengan
seksama, mengelus janggut gelombangnya dan sesekali tersenyum. Hening sejenak
ketika Darwis telah selesai mengungkapkan isi kepalanya.
“Bagaimana kalau kita utak-atik
sedikit pendapatmu seperti ini. Menyatakan keburukan terhadap hal yang buruk,
bukankah akan menghasilkan suatu kebaikan? Sama seperti minus dikali minus yang
menghasilkan plus. Begitu juga dengan menyatakan kebaikan terhadap hal yang
sebenarnya buruk, bukankah seharusnya tetap akan menghasilkan hal yang buruk?
Seperti minus dikali plus atau sebaliknya.”
Darwis berpikir sejenak,
menimbang-nimbang.
“Muridku Darwis, intinya adalah .
. .”
“Menyatakan hal yang buruk
terhadap hal yang memang buruk adalah suatu kebenaran yang baik. Menyatakan hal
buruk terhadap sesuatu yang sebenarnya baik menghasilkan musibah begitu juga
sebaliknya. Menyatakan hal yang baik terhadap hal yang benar-benar baik
mendatangkan kebaikan yang berlipat.” Darwis memotong dengan cepat.
Pak Ganesha tersenyum. Seharusnya
dia tahu bahwa muridnya yang satu ini adalah murid yang paling cepat paham.
“Tapi . . .”
“Sudut pandang Darwis, sudut
pandang. Ubahlah cara berpikirmu. Jika tidak, tidurmu malam ini juga tidak akan
tenang.”
Pak Ganesha tertawa meninggalkan
Darwis yang garuk-garuk kepala.
- Regards Pipit, menulis dan menggambar karena cinta -
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
what do u think, say it !