“Aku hanya ingin didengar.”
Mungkin itu suara yang keluar
dari isinya. Patung itu sudah terlalu membisu di sudut ruangan. Ke dua bola
matanya bahkan sangat paham akan setiap situasi yang membingkai hari-hari di
tempat itu. Ada orang yang menatapnya bingung. Ada pula yang dengan acuh
mematikan puntung rokok ditubuh mulusnya.
“Ah hanya patung ini.”
Mungkin itu yang terlintas
dipikiran orang-orang tersebut.
“Aku hanya ingin didengar.”
Patung itu kembali mendesah. Ah,
rasanya seperti percuma dia protes pada dinding. Hanya keheningan yang kembali
ia dapat. Andai saja ia bisa bergerak semaunya, ingin rasanya menendang dinding
yang terdiam.
“Kau kesepian?”
Seekor kucing kecil meringkuk di
samping patung. Suaranya mengagetkan sang patung.
“Kau berbicara padaku?”
Sang kucing hanya mengeong.
Mungkin hanya lamunan.
“Ya aku berbicara padamu.” Ada
kata-kata setelah itu.
Kucing kecil menempelkan
kepalanya pada sang patung.
“Aku akan mendengar dan
menemanimu. Anggap saja ini yang bisa aku lakukan sebagai balas bukti untuk
majikanku yang telah tidur dipembaringan terakhirnya.”
Sang patung tersenyum. Hari ini
bebannya akan berkurang. Ia berbicara banyak dan kucing kecil terdiam menatap
takjub sang patung.
- Regards Pipit, menulis dan menggambar karena cinta -
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
what do u think, say it !