Kisah ini sangat panjang untuk
dituturkan karena begitu banyak pelaku di dalamnya. Kisah ini mungkin akan
menjadi kisah tanpa akhir. Bersambung hingga bumi berhenti berputar. Mari kita
mulai.
Alkisah di sebuah sudut bumi
terdapat satu cekungan besar yang ditutupi berjuta-juta pohon. Kanopi-kanopinya
lebat selayaknya janggut seorang pria yang tak pernah bercukur. Debur ombak di
bawah cekungan itu tampak mengikis karang besar secara perlahan namun pasti.
Karang-karang tersebut menjulang kokoh tanpa adanya camar atau pun hewan lain
yang bercengkerama. Sepi, seakan tidak ada satu pun makhluk hidup yang berani
mendekati.
Angin utara bertiup kencang,
membuat berjuta-juta pohon bergoyang indah. Kabut mulai melingkupi tempat tak
terjamah itu. Siluet pohon kurus tinggi menari seperti manusia. Satu dua
bayangan hitam mulai melompat kearah laut sementara yang lainnya berdiri di
atas pohon, memantau sekitar. Mereka adalah penghuni hutan di cekungan
tersebut.
Beribu-ribu tahun yang lalu para
makhluk ini dikenal sebagai penjaga hutan. Mereka hidup berdampingan dengan
manusia dalam damai. Namun seiring dengan berkembangnya teknologi, keberadaan
mereka mulai tersingkirkan – tidak dipercaya.
ROSARY PEA
Tetes embun berkilau diterpa
sinar matahari pagi. Badai semalam seakan tidak ada artinya ketika keindahan
ini terlihat. Rosary Pea, gadis manis berambut putih mulai memainkan jemarinya
menyerap embun-embun didedaunan. Gaun pink keunguannya menyapu tanah basah,
meninggalkan bercak coklat.
“Segar”
Rosary Pea meneguk kumpulan embun
yang dibawanya. Raut wajahnya terlihat bahagia menatap hutan. Inilah tempat
yang paling menyenangkan untuknya, hutan di sebuah cekungan yang sepi. Matanya
menatap nanar mangkuk putih yang tergeletak diantara sulur pohon. Beberapa biji
kacang polong berhamburan. Rosary Pea teringat kejadian beberapa tahun lalu.
Musim panas setahun yang lalu,
Rosary Pea melakukan tugas pertamanya. Dia mengunjungi sebuah perkampungan
disudut hutan subtropis. Tugasnya adalah melindungi biota hutan yang indah itu.
Rosary Pea akhirnya hidup di tengah-tengah penduduk desa. Semua berjalan sangat
indah hingga beberapa orang – yang mengaku – datang dari kota berkunjung.
Mereka menawarkan sejumlah uang
untuk beberapa gelondongan kayu.
“Hanya satu dua pohon, tidak
masalah. Bisa ditanam lagi”. Kata-kata dari mulut manis mereka berucap.
Para penduduk yang terbuai akan
hal itu meng-iya-kan semuanya. Rosary Pea berusaha memperingatkan mereka namun
ucapannya dianggap angin lalu bahkan ia diledek karena ucapannya sendiri.
“Kau masih percaya penjaga hutan?
Sudah bukan jamannya lagi, gadis muda!”
Rosary Pea menggeram, dia harus
melakukan ‘hal itu’. Akhirnya Rosary Pea menghilang dari perkampungan dan masa
paceklik pun dimulai. Para penduduk kelimpungan mencari bahan pangan untuk
penghidupan. Hutan tempat mereka bernaung telah habis tak bersisa sedangkan
orang-orang kota telah kabur entah kemana. Para penduduk berusaha
mempertahankan diri dengan melakukan apa saja. Kekacauan pun terjadi. Saling
bantai, tangisan, dan amarah mewarnai perkampungan tersebut. Para penduduk
tidak punya kekuatan untuk pergi dari tempat tersebut entah kenapa.
Di tengah kekacauan, Rosary Pea
muncul kembali membawa semangkuk kacang polong putih. Para penduduk
mendekatinya dengan cepat, merebut mangkuk tersebut.
“Tidak usah terburu-buru, aku
punya banyak di sini”
Rosary Pea memunculkan
mangkuk-mangkuk yang lainnya. Para penduduk yang kelaparan melahap habis kacang
polong tersebut tanpa pikir panjang.
“Satu dua tiga”. Hitung Rosary
Pea.
Pada hitungan terakhirnya para
penduduk mulai tumbang. Mulut mereka mengeluarkan busa putih yang sangat banyak
yang disertai dengan kejang-kejang hebat. Dalam waktu beberapa menit para
penduduk serempak kehilangan nyawa mereka. Rosary Pea tersenyum dan
mengumpulkan kembali mangkuk-mangkuknya.
“Anggap saja aku melakukan ini
untuk kalian semua. Meringankan kesulitan hidup kalian karena cepat atau lambat
kalian pasti mati. Dan apa yang kulakukan ini juga merupakan balasan dari hutan
atas keserakahan kalian”.
- Regards Pipit, menulis dan menggambar karena cinta -
ga nyangka kalo endingnya jadi serem mbak. rosary pea jahat ya -_-
BalasHapushehehe . . .
HapusTergantung sudut pandang sih, dia gitu juga ada alasannya. Kalau penduduk gak memicu kerusakan ya gak bakal gitu :3
Ada sebab-akibat.
tulisan sebab akibat , nice lumayan serem hhee
BalasHapusyou got it :)
Hapushuweee aku nemu blognya KaPit :D
BalasHapusceritanya baguuuus kaya dongeng, dan, si rosary rosary itu kayanya baik tapi kok kejam :/
halo :3
Hapusaku memang suka bikin dongeng serem :3
dia kejam karena ada sebabnya :3
wah akhirnya bikin terkejut juga yah
BalasHapuskurang lebih begitu :3
Hapusternyata hal ini bisa dikejutkan dengan hal hal yang kejam yah
BalasHapus