Aku melihatmu lagi. Langkahmu
yang tegap melintas dijalanan yang ramai. Gesit sekali menghindar dari
deretan manusia yang berpacu dengan waktu. Wajahmu tampak cemas memikirkan
sesuatu. Beberapa kertas mencuat dari balik jas hitam yang kau kenakan.
Sepertinya kau terburu-buru. Urusan perkerjaankah? Hmm, mungkin saja. Aku
tersenyum menunggu.
Hujan deras membasahi siang di
kota. Satu per satu payung dikembangkan. Aku bisa menatap kilauan rintik hujan
diantara warna-warninya indah bagaikan kristal yang dilemparkan pada trampolin, memantulkan pesona. Diantara semua kemilau itu, aku berharap dapat melihat sebuah payung biru pudar.
Payung usang yang selalu kau gunakan. Aku masih menunggumu.
Waktu berlalu dan malam
pun mulai menjelang. Tirai-tirai telah menutupi pandanganku meninggalkan berkas hitam pekat warna malam. Ternyata kau tidak berkunjung. Aku menunggumu, menantikan cerita kisahmu tentang dunia ini. Mengenai kebisingan wanita-wanita ditempat kerjamu, amarah bosmu, atau pun kesedihan tentang dia yang jauh darimu. Aku menikmati setiap detik itu. Caramu berbicara membuatku bisa merasakan setiap alunan kalimat itu. Indah sekali dunia ini. Aku berharap bisa mendapatkan kesempatan untuk keluar dari tempat ini dan menikmati semuanya. Aku boneka kesepian.
- Regards Pipit, menulis dan menggambar karena cinta -
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
what do u think, say it !