Malam ini langit terlihat cerah.
Bintang membentuk bintik putih di atas sana. Tumpukan lilin tertata rapi
diantara kakiku. Api jingga bergoyang mengikuti gerakan angin, sendu tanpa
padam sekali pun.
“Kau menikmatinya?” Pria di
hadapanku bertanya.
Aku tersenyum.
Tentu saja aku menikmatinya.
Mencicipi makanan dari koki terhebat di daratan Eropa. Melihat kerlip lampu
dari ruang eksklusif sebuah café. Sajian yang seharusnya diterima oleh seorang
wanita.
“Dan untuk hal yang . . .”
“Kita akan membicarakannya nanti
Carlos. Aku sedang makan.”
Tanpa mempedulikan tatapan matanya,
aku menikmati tiap gigitan steak yang
sudah ku potong. Inilah konsekuensi yang harus dia terima jika nekat memaksaku
menjadi apa yang dia inginkan. Aku pun bisa berlaku sama. Memaksanya mengikuti
kehendakku yang kini sedang berapi-api.
Ini adalah kali ke lima aku
memaksanya berkeliling Eropa. Menguras semua hal yang dia miliki, sama seperti
apa yang telah dia lakukan.
“Orang tuaku akan datang malam
ini.” Dia sibuk memeriksa smartphone miliknya.
“Aku tidak ingin bertemu mereka.”
“Tapi Fia, kau sudah berjanji.”
“Kapan?” Aku menatap lurus ke arah
matanya.
Wajahnya yang pucat membuatku
sangat bahagia. Sembarang saja dia meraih serbet dan membasuh wajahnya. Dia tampak
gugup. Carlos bisa merasakan ketegangan yang merusak batinnya. Hal yang sama
seperti yang dirasakan adikku ketika Carlos dengan sepihak membatalkan
pernikahan.
“Bukankah kita telah merencanakan ini
semua sejak . .”
“Kita?”
Aku berdiri merapikan black mini dress yang ku kenakan,
berjalan menjauh darinya.
“Fia!”
“Kau pikir hubungan apa yang kita
jalani?”
Wajahnya terlihat sangat ketakutan.
Cincin berlian yang sejak tadi digenggamnya kini tergeletak pasrah di lantai.
Ke dua orang tuanya yang baru tiba tampak kebingungan. Aku tersenyum santai
meninggalkan aura kesedihan di ruangan tersebut. Malam yang sangat indah.
Ayah tidak pernah mengajarkanku
untuk membalas dendam, tetapi hidup yang mengajarkanku semuanya. Dan ketika
bersamanya aku memutuskan untuk mengubur beberapa topengku. Melangkah dengan
satu kepribadian lain. Aku, Fia.
- Regards Pipit, menulis dan menggambar karena cinta -
Read More..