Sebuah kastil megah berdiri di
atas bukit yang sepi. Kastil yang dibangun sejak abad ke 60 itu masih kokoh dan
mempesona. Kastil itu dihuni oleh dua belas orang anak bangsawan serta seorang
pelayan pria yang berumur 25 tahun. Tidak ada satu pun warga desa Stone yang berani
mendekati kastil tersebut karena sosok para anak bangsawan di kastil itu
mengundang hawa ‘jangan mendekat’. Selain warga desa yang tidak pernah
berkunjung ke kastil itu, ke dua belas anak bangsawan itu pun tidak pernah
berkunjung ke desa bahkan ketika mereka diundang sebagai tamu kehormatan pesta
besar di desa.
“Jangankan menghadiri pesta, baju yang mereka
gunakan pun dikirim langsung ke kastil”
“Wajar saja mereka nyaman, apapun
yang mereka inginkan sudah tersedia di kasti itu”
Itulah kata yang selalu
dilontarkan para warga ketika membicarakan perilaku penghuni kastil nan megah
di atas bukit.
Bastian, sang pelayan setia
keluarga tersebutlah yang selalu menjumpai para warga. Berbekal wajah yang
tampan serta perangai yang ramah, Bastian dengan cepat diterima oleh warga
desa. Tidak sedikit gadis desa yang menaruh hati padanya namun dengan halus
Bastian menolak para gadis itu satu per satu.
“Hidupku akan aku habiskan untuk
melayani anak keluarga Lord Diozac. Aku tidak ada waktu untuk membentuk dan
mengurus keluarga sendiri” jawaban tersebut akan berulang kali dilontarkan
Bastian ketika ada gadis yang bertanya mengapa Bastian menolaknya.
Entah apa yang telah diberi oleh
keluarga bangsawan tersebut hingga Bastian dengan senang hati mempertaruhkan
seluruh hidupnya hanya untuk mengurus ke dua belas anak Lord Diozac.
Lord Diozac adalah bangsawan
ternama di desa Stone. Pria ini selalu mengenakan coat beludru berwarna merah maroon untuk menutupi perutnya yang
membuncit serta bowler hat berwarna
senada untuk menutupi sebagian kepalanya yang mulai gersang tanpa rambut. Lord
Diozac memiliki seorang Istri yang bernama Cissa. Seorang wanita yang tidak
diketahui asal usulnya. Wanita tersebut memiliki kulit yang putih tanpa cela,
rambut perak yang bergelombang indah, serta tatapan mata yang tajam dan
menusuk. Sejak menikah dengan Lord Diozac, panggilannya berubah menjadi Duchess
Diozac.
Jika Lord Diozac senang
berkeliling desa untuk menyapa para warga, Duchess Diozac tidak sama sekali.
Setiap kereta kuda Lord Diozac menepi ke pinggiran desa, sang Duchess hanya
bersembunyi dalam diam. Jika ada hal yang mendesak, sang Duchess akan menemani
Lord Diozac namun dengan menutupi sebagian wajahnya menggunakan floppy hat. Perangai sang Duchess inilah
yang diduga diwariskan oleh ke dua belas anaknya. Sejak Lord Diozac meninggal,
Duchess Diozac tidak pernah menampakkan dirinya lagi dan muncullah Bastian ke
desa itu. Kemunculan Bastian diduga karena sang Duchess telah wafat. Tidak ada
yang bisa mengurus ke dua belas anak yatim piatu itu kecuali Bastian.
“Bagaimana caranya supaya saya
bisa berkunjung ke kastil Lord Diozac?”
Seorang pengembara berkulit sawo
matang mencoba bertanya pada warga sekitar. Sudah bisa dipastikan bahwa
sebagian besar warga desa Stone tidak akan memberikan jawaban yang diinginkan.
Meskipun begitu sang pengembara tetap bertanya pada setiap warga yang
ditemuinya hingga akhirnya dia bertanya pada seorang tabib tua.
“Untuk apa kau menanyakan hal tersebut anak muda?” sang tabib bertanya balik sambil mengusap janggutnya yang putih dan
bergelombang rapi.
“Saya ingin memberikan surat
wasiat yang ditinggalkan Lord Diozac” jawab pengembara dengan mantab.
“Baiklah kalau begitu. Ambillah
jalan lurus dibalik pohon yang besar di sana.” tangan kurus ringkih sang tabib
tertuju pada sebuah pohon beringin yang sangat besar, “Jangan pernah berbalik
atau pun berhenti jika ingin sampai di kastil itu dengan selamat”
Sang pengembara tampak bingung
dengan pernyataan tabib.
“Tidak satu pun warga desa bahkan
pengembara yang diijinkan berkunjung ke kastil. Kastil itu diberi kutukan”
jelas tabib.
“Kutukan?”
“Ya, sejak ke dua belas anak Lord
Diozac lahir, hutan lebat mulai menutupi jalan ke kastil. Banyak warga yang
hilang di dalam hutan. Jika kau ingin pergi dan kembali dengan selamat,
luruskanlah hati dan jalanmu untuk mengantarkan surat wasiat”
Sang pengembara ternganga
mendengar penjelasan seadanya tabib tua. Tidak pernah dia bayangkan hal seperti
itu akan ditemuinya di tempat yang kelihatannya ramah ini.
“Hutan itu dipenuhi dengan berbagai
makhluk aneh. Kabarnya makhluk-makhluk tersebut adalah peliharaan Ram, anak tertua
keluarga Diozac”
“Anak tertua keluarga Diozac
punya peliharaan yang aneh?” Sang pengembara terlihat semakin bingung.
“Ya, jika kau masuk ke dalam
hutan itu kau akan bertemu seorang gadis hutan yang manis. Gadis itu akan
mengajakmu bermain. Dia akan menggodamu dan menyesatkanmu di hutan. Gadis itu
ada Addler, utusan Ram untuk menyambut pria gagah sepertimu. Banyak sekali
makhluk aneh yang dipelihara Ram. Dia gadis yang pintar tetapi jiwa
petualangnya sangat menakutkan.”
“Sepertinya Anda mengetahui banyak hal tentang keluarga Diozac. Bolehkah saya mendengar cerita Anda seperti apa ke dua
belas anak itu supaya saya bisa lebih mempersiapkan diri?”
“Baiklah.”
Sang pengembara mengikuti langkah
tabib tua ke dalam rumahnya yang tidak jauh dari pohon beringin besar. Tabib
tua menyuguhkan secangkir teh chamomile untuk sang pengembara sebelum mulai
bercerita.
Cerita Tabib tua dimulai dari
anak bungsu keluarga Diozac, Fisha. Fisha adalah seorang gadis berambut abu-abu gelap yang bergelombang. Kepribadiannya sulit untuk dijabarkan dengan
rinci. Dia adalah tipikal gadis yang misterius dan sulit dipahami. Fisha senang
membantu orang lain, meskipun apa yang dilakukannya hanya untuk mendapatkan timbal
balik yang serupa. Fisha sangat mudah terpengaruh oleh lingkungan sekitarnya
dan semua hal yang mempengaruhinya akan dibawanya ke dalam hati serta seolah-olah semua yang terjadi padanya sangatlah berat. Penerimaan perasaan Fisha
sangat ekstrim. Jika dia merasa bahagia maka dia akan terlihat sangat senang
dan bisa tertawa sepanjang hari, jika dia merasa sedih maka dia akan terlihat
sangat tertekan. Hal itu terjadi ketika Lord Diozac meninggal, Fisha meraung
sedih dan berteriak-teriak sepanjang hari di kastil seolah-olah semuanya
akan berakhir ketika lord Diozac meninggal. Dan kini, Fisha sangat bergantung
pada Bastian. Hanya Bastian yang bisa menjaga Fisha agar tetap stabil, entah
bagaimana caranya.
Berikutnya adalah Uran, anak
lelaki termuda dikeluarga tersebut. Umur Uran terpaut setahun dengan Fisha,
meskipun begitu dia terlihat lebih mandiri. Uran adalah anak yang sangat
cerdas. Kecerdasannya itu membuatnya tidak mau terlihat salah sehingga cenderung
terlihat keras kepala. Untuk menentukan hal yang baik dan benar, Uran sangatlah
jeli dan objektif karena dia jarang menempatkan emosinya ke dalam beberapa hal.
Ketika dia mulai berbicara, maka kata-kata yang akan diucapkannya adalah hal
yang memang ingin diucapkannya-jujur, berbeda dengan Fisha yang terlihat lebih ingin
menyenangkan orang lain. Oleh karena itu, ketika akan diadakan musyawarah
didalam keluarga, Uran selalu diajak.
Anak lelaki berikutnya didalam
keluarga tersebut adalah Saturn, terpaut lebih tua dua tahun daripada Uran. Saturn
adalah anak lelaki yang melankolis dan terkesan galak. Pribadinya itu terbentuk
karena kedisplinan diri dan tanggungjawab yang dimilikinya sejak kecil. Saturn
suka mengevaluasi segala hal yang terjadi padanya dan tidak pernah berani
mengambil resiko. Saturn tidak mempercayai orang lain untuk melakukan
apa yang diinginkannya. Dia lebih suka bekerja sendiri agar tidak perlu mengkhawatirkan resiko yang akan muncul. Saturn adalah anak keluarga Diozac yang
paling sering bertengkar dengan Bastian. Namun entah mengapa sampai saat ini
perdebatannya dengan Bastian selalu berakhir damai.
Centaur, anak lelaki tergagah
didalam keluarga Diozac. Rambutnya bergelombang indah membingkai wajahnya yang
tegas. Centaur memiliki pribadi yang optimis dan positif, bahkan cenderung jauh
dari perasaan negatif. Dia bagaikan cahaya didalam keluarganya. Jika ada pertengkaran
yang terjadi diantara Saturn dan Bastian atau Uran dan Fisha, Centaurlah yang
pertama kali muncul sebagai penengah. Sifat buruk Centaur adalah kurang peka
terhadap sekitar dan tidak ingin mengetahui hal yang sedih dan penuh derita.
Meagle, gadis berikutnya didalam
keluarga Diozac. Gadis yang ambisius dan gigih ini memiliki potongan rambut bob
layer yang bergelombang indah. Didalam hidupnya, Meagle tidak pernah mengenal
kata menyerah. Meagle sangat suka memanfaatkan posisinya sebagai anak tertua
untuk menindas Fisha. Dia sangat pandai memanipulasi keadaan sehingga dengan
mudah dapat membuat Uran menjadi koloninya. Mungkin Meagle adalah gadis yang
paling sering diamati Bastian karena gerak-geriknya cenderung
mengkhawatirkan. Dulu ketika keluarga Diozac masih memiliki banyak pelayan,
Meagle membuat kekacauan dengan mengadu domba para pelayan tersebut. Ketika
situasi kastil menjadi kacau, Meagle hanya tersenyum dari sudut ruangan melihat
kejadian tersebut seolah semua yang terjadi bukan salahnya.
Scaley, si cantik bermata indah
ini adalah anak gadis keluarga Diozac yang paling santai dalam menyikapi apapun
dan paling adil diantara ke dua belas saudaranya. Scaley cenderung nyaman
menyembunyikan perasaannya agar situasi yang ada disekitarnya damai. Kepribadiannya
itu yang membuatnya terlihat lemah dan tampak tidak tegas dalam mengambil
keputusan. Dia paling mengerti tentang berlaku adil tetapi ragu-ragu untuk
menentukan keadilan itu sendiri.
Memiliki rambut perak yang sama
dengan Duchess, membuat Mercury sering disangka adik sang Duchess. Tidak hanya
fisik Mercury saja yang mirip dengan sang Duchess, perangai dan sikap dingin
sang Duchess pun diwarisi ke anaknya yang satu ini. Mercury senang menganalisis
semua kejadian sebelum menentukan apa yang harus dilakukan. Segala aspek
dianalisisnya dengan cermat dan teliti. Dia adalah pengambil keputusan terlama
didalam keluarga dan terkadang keputusan yang diambilnya hanya mengikuti
keputusan yang telah ada. Mercury adalah anak yang paling jarang ditanyai
pendapatnya karena hanya memakan banyak waktu, dengan hasil yang sudah jelas sama seperti sebelumnya.
Leo, si playboy kelas kakap keluarga Diozac. Leo sangat suka memamerkan
kelebihannya terlebih kepada para gadis. Percaya dirinya sangat tinggi sehingga
cenderung benci terhadap sikap penolakan yang diarahkan kepadanya. Kepribadiannya yang seperti ini yang
membuatnya dijuluki si raja sombong. Entah
apa yang terjadi pada jiwa petualang cinta Leo hingga dia bisa betah hidup di
dalam kastil selama beberapa tahun belakangan ini.
Si lembut Croo yang rapuh, itulah
anak berikutnya dari keluarga Diozac. Dia adalah gadis yang sangat sederhana
dan pandai memasak. Selama ini yang bertanggungjawab mengurus ‘isi perut’
keluarga tersebut adalah Croo. Croo terkesan posesif dan sangat suka memuji
orang lain. Croo bisa menjadi pendengar yang baik dan selalu menjadi tumpuan ke
dua belas saudaranya untuk berbagi cerita. Croo sangat benci dengan kekerasan,
namun ketika hatinya mulai tersakiti maka dia akan berubah menjadi sangat
menakutkan.
Gwi dan Mwi, satu-satunya anak
kembar didalam keluarga ini. Mereka memiliki fisik dan kepribadian yang sangat
identik. Gwi dan Mwi paling benci dilarang melakukan sesuatu sehingga bisa
dipastikan mereka berdua berdiam diri di kastil karena memang menginginkan hal
tersebut. Gwi dan Mwi mudah dikenali tidak hanya karena kembar tetapi juga
karena mereka sangat suka mengenakan pakaian yang ekstrim dan berwarna cerah
ceria. Gwi dan Mwi memiliki rasa humor yang sangat berkelas. Siapapun yang berada
didekat mereka pasti akan tersenyum ceria.
Jangan mengira bahwa ke dua belas
anak bangsawan keluarga Diozac memiliki tubuh yang langsing dan tinggi
menjulang. Chaldeans adalah anak dari keluarga tersebut yang mewarisi ciri
fisik sang Lord. Chaldeans sangat menyukai kehidupan yang glamour. Chaldeans paling susah mengucapkan kata maaf sehingga dia
akan selalu berusaha untuk menjaga hubungan baik dengan saudara-saudaranya.
Dan yang terakhir, anak tertua
keluarga ini dan sang penguasa adalah Ram. Fisik Ram sangat jauh berbeda dengan
saudaranya yang lain. Rambutnya hitam legam dan panjang sedangkan kulitnya
putih pucat seperti mayat. Ram sangat mandiri dan mudah tersinggung dengan
ucapan orang lain. Ram adalah tipikal gadis yang sangat mudah untuk dicintai
dan dibenci oleh orang lain. Ram selalu terlihat menonjol dan memiliki pribadi
yang paling kuat dibandingkan saudaranya.
Tetes terakhir chamomile meluncur ditenggorokan sang pengembara. Tabib tua menatap pengembara itu dengan
tajam.
“Masih mau kesana?”
“Ya, aku tidak bisa mendapatkan
penjelasan dari cerita Anda bahwa para penghuni kastil itu berbahaya”
“Terserahlah”
Sang pengembara mulai melakukan
perjalanannya. Dia mengingat pesan tabib tua untuk berjalan terus tanpa menoleh
bahkan berhenti. Beberapa kali dia mendengar suara seorang gadis memanggilnya
namun dia tahu siapa pemilik suara itu, Addler-gadis hutan. Sejam berlalu dan
perut pengembara mulai meronta. Mendadak aroma sup jagung serta ayam panggang
berlarian diantara indera penciumannya. Sang pengembara hampir tegoda,
namun beruntung pesan tabib tua kembali terngiang ditelinganya hingga sampailah
ia di depan gerbang kastil nan megah.
Kedatangan pengembara disambut
hangat oleh Bastian. Bastian mengantarkan pengembara itu ke ruang pertemuan.
Disana telah duduk ke dua belas anak keluarga Diozac. Pengembara bisa mengenal
mereka dengan jelas. Ram, sang anak tertua duduk di kursi paling megah. Gaunnya
yang berwarna merah menyala terlihat sangat menonjol dibandingkan saudaranya
yang lain. Leo yang duduk disebelahnya tampak memasang ekspresi kecewa ketika
tahu pengembara yang mengunjungi mereka adalah seorang pria. Gwi dan Mwi yang
sedang asyik berbincang dengan Fisha memamerkan deretan gigi mereka yang rapi
menyambut sang pengembara. Croo tampak sibuk menata meja dan memarahi Chaldeans
yang tidak berhenti mengunyah makanan yang terhidang. Sementara Centaur, Uran, Saturn, Scaley dan Mercury tetap terdiam
dengan tenang dikursi mereka.
“Selamat datang tampan” Meagle
dengan cepat mengapit lengan pengembara.
“Balik ke tempat dudukmu!!” Ram
berkata tajam dan tegas.
Meagle tertunduk, segera
meninggalkan pengembara berjalan ke tempat duduknya.
Sang pengembara mulai menyatakan
maksudnya. Ram menyambut semua ucapan sang pengembara dengan penuh antusias
hingga sampailah disatu titik dimana Ram mulai menanyakan hal penentu.
“Menarik sekali, wasiat untuk
kami lagi dan kali ini dari tempat yang sangat jauh. Ceritakan pengalamanmu
mengantarkan surat wasiat Ayah.” Ram melambaikan surat wasiat yang
dipegangnya sejenak sebelum menyerahkannya pada Centaur.
“Seperti pengalaman biasanya
Nona. Saya melintasi beberapa tempat dan . . .”
“Wah pasti menyenangkan” Fisha
menampakkan wajah antusiasnya.
“Ya.” Sang pengembara tersenyum.
Firasatnya mungkin benar, keluarga ini tidak mungkin dikutuk dengan hal aneh
seperti yang diucapkan tabib tua.
“. . . . dan itulah yang
dikatakan sang tabib tua” Pengembara mulai menceritakan apa yang didengarnya
dari sang tabib tua.
“Tapi, kau masih berani kesini?
Hebat!” Meagle tersenyum genit dari seberang meja.
“Petualanganmu di dalam hutan
tidak menyenangkan.” celetuk Uran.
“Harusnya kamu bertemu Addler
dan unicorn lucu milik kami sebelum kesini supaya . . .” Fisha mencekik
lehernya sendiri kemudian melanjutkan, “kau bisa merasakan sensasi ingin mati
namun harus tetap hidup”
Sang pengembara merinding
mendengar kata-kata Fisha. Aura ruangan itupun seketika berubah. Ram, untuk
pertama kalinya tersenyum.
“Tabib tua ini kah yang bercerita
padamu?”
Bersamaan dengan tepukan tangan,
sang tabib tua yang sudah dikenal pengembara pun muncul.
“T-t-tabib.”
“Hai pengembara yang polos.”
Sang pengembara berdiri dari
kursinya dan ingin segera berlari. Perasaannya mulai tidak enak.
“Mau kemana?” Bastian menahan
sang pengembara dengan kuat.
Ke dua belas anak keluarga Diozac
tertawa tajam. Tabib melangkah mendekati pengembara sambil menggenggam erat
sebuah pisau bergagang emas.
“Apa kita harus melakukan ini
lagi?” Tanya Scaley pelan.
“Harus! Supaya semua yang kita
alami segera berakhir.” jawab Centaur optimis.
Tabib mulai menancapkan pisau
yang dipegangnya. Pertama, tepat mengenai ke dua bola mata pengembara. Darah segar
mengalir seiring dengan terkoyaknya mata bening pengembara.
“Indah sekali.” Kata Meagle dengan
antusias.
Ke dua, sang tabib merobek perut
pengembara yang terus berteriak menahan sakit. Tabib tua itu lalu mengeluarkan
seluruh isi perut pengembara. Napas kehidupan lenyap sudah. Sang tabib
memasukkan seluruh organ yang diambilnya ke dalam toples besar yang bening.
“Aku ingin memasak daging itu.”
kata Croo lembut.
Bastian mengangguk, “aku akan membersihkannya
untuk Nona.”
“Kulitnya untuk kami.” Gwi dan Mwi
tertawa seraya menguliti mayat pengembara.
“Bisakah kau meramu obat awet
muda untukku?” Tanya Leo yang disambut dengan anggukan mantab sang tabib.
“Bereskanlah ini secepatnya.
Masih ada lima pengembara lagi sebelum kita dengan bebas bisa keluar dari
kastil ini. Chaldeans, jantung kali ini ditujukan padamu” kata Ram seraya membaca
wasiat yang dipegangnya.
Jantung ke tujuh dari keluarga Lionel untuk Chaldeans
With love
Cissa
- Regards Pipit, menulis dan menggambar karena cinta -
wew. kereeen >.<
BalasHapusi..itu.. itu kamu yg buat? keren~~~
BalasHapus