VI
Dunia berputar,
keadaan berbalik. Sekarang aku berhasil dekat dengan Ibu dan mendapatkan cinta
James sedangkan Siska jatuh tersungkur ke dalam posisiku terdahulu. Hubungan
Siska dan James berakhir dan aku masuk ke kehidupan James sebagai pengganti
Siska. Siska dan Ayah sangat menentang hubungan kami, sementara Ibu bersikap
biasa saja – tidak memihak siapapun dan Alvin yang menurut kabar terakhir ada
di Amerika, tidak pernah menghubungiku lagi semenjak aku menceritakan perihal
hubunganku dengan James. Sepertinya dia berpihak kepada Ayah dan Siska atau
entahlah, aku sudah tidak peduli lagi.
“James itu tidak
sebaik yang kamu bayangkan” Siska selalu berkata seperti itu, begitupun dengan
Ayah.
Rasanya Siska
hanya cemburu dengan keberhasilanku yang sekarang sehingga dia mencoba menarik
simpati Ayah dan kembali menjatuhkan aku. Mereka berdua selalu mencoba
menghalangi niatku untuk bersatu dengan James. Hingga tibalah saat dimana semua
kemarahan memuncak dan Ibu yang selalu memilih posisi tenang akhirnya kembali
berpihak pada Siska.
“James itu bukan
pria yang baik. Ayah tidak pernah setuju hubungan kalian lebih dari sekedar
sahabat dan sekarang kamu mau bertunangan dengannya?” Ayah melotot tajam ke
arahku.
Ibu yang duduk
di samping Ayah coba menenangkan hati Ayah sementara Siska tetap tertunduk
lesu.
“Ini sudah
tekadku dan seperti janji Ayah, Ayah akan selalu merestui apapun yang akan aku
lakukan” kataku tak mau kalah.
“Ayah akan
merestui seandainya pria pilihanmu bukan James”
“Bukankah dulu Ayah
yang paling bersemangat saat tahu aku menyukai James?” aku mencoba mengingatkan
hal ini kepada Ayah dan berharap Ayah melunak.
“Itu dulu
sebelum Ayah tahu pria macam apa dia”
“James pria yang
baik, Yah. Apa sih yang sudah dikatakan Siska sampai Ayah benci setengah mati
pada James?” aku mulai melemparkan kekesalanku pada Siska yang sejak tadi hanya
menunduk.
“Kau . . .”
“Flora . .”Siska
mencoba memotong perkataan Ayah yang penuh emosi, “ James itu pria yang kasar
dan licik. Selama ini dia mendekatiku hanya ingin memanfaatkan semua yang ku
miliki. Dia mengira akulah anak pertama keluarga ini. Keluarga ini tumbuh
sebagai keluarga yang sukses dan James ingin merebut semua ini, seperti yang
selama ini dia lakukan pada . . ”
“BOHONG!!”
“Percayalah
padaku Ra” Siska meraih tanganku dan memaksaku duduk kembali, “awalnya aku juga
berpikir seperti itu hingga aku menemukan beberapa bukti tentang James. James
selama ini yatim piatu dan orang yang dia akui sebagai keluarga, tidak lebih
dari sepasang suami istri yang dia tipu. Dia menguras harta mereka dan
mengancam kehidupan mereka”
Kepalaku pusing,
aku tidak bisa mencerna lebih jauh perkataan Siska. Apa mungkin perkataan Siska
itu benar adanya? Atau dia hanya mencoba merebut kembali apa yang sudah aku
miliki?
“Jangan percaya
dia” James masuk ke dalam rumah dan dengan cepat menggenggam tanganku.
“Om dan Tante,
mungkin dulu saya pria yang bejat tapi sekarang semuanya berubah karena Flora.
Siska hanya cemburu dengan apa yang Flora raih selama ini”
Aku pun semakin
kalut. Benar kata James, sepatah kalimat yang diucapkan James barusan memang
lebih nyata dibandingkan perkataan Siska tadi.
“Diam kamu !”
Ayah membanting meja dengan penuh emosi.
Selama sekian
tahun hidup bersama Ayah, baru kali ini aku melihat Ayah semarah ini.
“Ayah ! “ aku
mulai berbicara dengan tatapan berlinang airmata,”selama ini aku bahagia karena
Ayah selalu menepati janji Ayah untuk berada dipihakku dan membiarkan aku
meraih kebahagianku. Ayah pasti mengerti kenapa aku membenci Siska. Dia sudah
merebut beasiswaku, cinta Ibu, bahkan cinta James ! Merebut semua kebahagiaanku
!”
“Flora . . .”
Ibu ikut menangis,”maafkan Ibu tapi selama ini cinta Ibu padamu tidak direbut
oleh siapa – siapa”
“BOHONG !! aku
bisa merasakan semuanya ! Orang ini” aku mengarahkan telunjukku pada Siska,
kemarahanku yang terpendam membuncah sudah, “dia sudah merebut semua
kebahagiaanku ! Tidak bisakah kalian membiarkan aku memilih jalanku sekarang?”
Ayah, Ibu, dan
Siska terdiam. James menggenggam tanganku lebih erat. Aku hanya ingin mereka
tahu bahwa aku ingin menjaga kebahagiaanku ini, menghabiskan hidup bersama
James. Dan aku ingin mereka lebih mempercayaiku dibanding Siska.
“Om dan Tante,
saya dan Flora saling mencintai”
“Iya, Ayah harus
memegang janji Ayah. Membiarkan aku menentukan jalan hidupku”
Ayah terpaku
menatap ubin. Raut wajahnya terlihat sangat marah namun Ayah tahu tidak akan
bisa melakukan apapun untuk menghentikan niatku ini.
Itulah hari
terakhir dimana aku bisa melihat Siska lagi. Hari itu, Siska pergi dari
kehidupan kami. Seiring berjalannya waktu hubunganku dengan kedua orang tuaku
kembali seperti biasa namun seperti ada sesuatu yang mengganjal. Ibu memang
perhatian lagi padaku dan membantuku mengurus pernikahan hingga jatuh sakit
sementara Ayah tetap mencoba menunjukkan rasa kecewanya terhadap pilihanku.
Biar
bagaimanapun Ayah harus ingat semua janji itu.
continue . . .
- Regards Pipit, menulis dan menggambar karena cinta -
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
what do u think, say it !