"Siapa di ruangan ini yang pernah merasa ikut tertarik ke dalam sebuah alunan lagu? Tiba-tiba menangis atau tersenyum mendengar sebuah lagu?"
Beberapa jari teracung.
"Rupanya banyak yang memiliki pengalaman seperti ini." Wanita jangkung itu mengetuk meja.
"Baiklah sekarang saya ingin bertanya kepada," matanya menatap sekeliling,"kamu! Ya, kamu. Apa yang membuatmu merasa tertarik ke dalam sebuah lagu?"
Anak perempuan yang ditanya tampak bingung karena ia sama sekali tidak mengangkat tangan ketika pertanyaan pertama dilontarkan.
"Lirik lagu mungkin?" Akhirnya ia berkata, meskipun tidak yakin.
"Bagaimana jika kasusnya lagu yang kau dengar sama sekali tidak memiliki lirik?"
Terdengar suara berbisik yang jika digabungkan menjadi sebuah riuh rendah di dalam aula. Mahasiswa yang berkumpul bergumam begitu saja. Ada yang mengerutkan dahinya mencoba membayangkan apa yang terjadi. Ada yang bertanya pada teman sebelahnya bahkan ada pula yang menutup mata seakan-akan bisa segera mengetahui jawabannya.
Ting . . .
Profesor Aluna, si wanita jangkung menekan tuts piano. Ia mengembang senyum ketika semua perhatian tertuju padanya.
"Saya bisa membuktikan langsung teori bahwa tanpa mengetahui makna sebuah lagu pun, musik yang luar biasa dapat menembus dinding hati seoarang anak manusia." Ia mengedipkan mata.
Inilah saat yang ditunggu-tunggu. Para peserta di ruangan tersebut berani membayar mahal hanya untuk membuktikan sendiri keajaiban suara piano Profesor Aluna yang konon katanya memiliki magis.
Profesor Aluna adalah seorang dosen fakultas seni di salah satu universitas swasta. Ia mengajar kelas musik tetapi ia jarang sekali menampilkan secara langsung keahliannya. Kabarnya musik yang ia mainkan sangatlah istimewa dan dapat menghipnotis siapa pun yang mendengarnya, sehingga ia tidak berani memainkannya secara sembarangan.
Setahun sekali ia secara rutin mengadakan workshop tentang musikalisasi. Pada saat itulah ia akan menunjukkan keajaiban permainan musiknya. Setiap tahun peserta workshop terus bertambah.
Peserta yang telah datang ke workshop tersebut mengatakan bahwa desas-desus yang selama ini beredar adalah benar adanya. Alunan musik yang dimainkan Profesor Aluna memang memiliki kekuatan tersembunyi. Mereka yang mengalami stress ketika mendengarnya mendadak menjadi tenang. Yang ragu-ragu dapat berubah menjadi percaya diri. Orang yang suka marah-marah berubah menjadi orang yang paling ramah. Ajaib. Entah lagu apa yang dimainkan Profesor Aluna.
Hari ini ia kembali mengulang ritual tiap tahun. Melontarkan pertanyaan dan menarik perhatian para peserta. Ada beberapa peserta yang selalu mengikuti workshop ini namun mereka seakan tidak menyadari bahwa Profesor Aluna hanya mengulangi apa yang sudah dilakukannya setahun yang lalu.
"Profesor telah mulai." Bisik-bisik terdengar dari balik tirai.
Dua orang makhluk bertubuh gempal meraih kantong seukuran kepalan tangan. Ketika kantong dibuka serbuk-serbuk kuning bertebaran mengikuti alunan lagu. Jatuh tepat disetiap peserta yang hadir. Profesor Aluna tersenyum, ia mengangkat jempolnya. Ruangan dipenuhi serbuk hingga alunan musik berakhir. Para peserta bertepuk tangan antusias. Sekali lagi puas dengan acara tersebut.
"Profesor, apa gunanya melakukan ini semua? Persediaan bubuk ajaib kita bisa cepat habis kalau tiap tahun pesertanya bertambah." Kata seorang makhluk gempal, ia memperhatikan sekelilingnya.
"Serbuk itu tidak akan habis selama manusia-manusia itu percaya pada simfoni yang aku mainkan." Profesor menepuk-nepuk kantong.
"Itulah mengapa aku melakukan hal ini hanya sekali dalam setahun. Aku tidak ingin manusia-manusia itu menggantungkan ketenangan mereka pada musikku."
"Tapi dengan begini pun Profesor telah membuat mereka tergantung dengan simfoni rahasia ini."
Profesor menatap gerombolan manusia yang keluar dari aula. Wajah-wajah yang ditekuk kini berubah menjadi cerah.
"Yah, anggap saja aku lagi berbaik hati." Ia menghela napas.
- Regards Pipit, menulis dan menggambar karena cinta -
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
what do u think, say it !