Hari ke dua di Jogja setelah melihat sekatenan (Jogja 1) di alun-alun utara, kami memilih berkunjung ke Tamansari. Ini adalah kali ke dua saya ke sana.
Konon, Taman Sari dibangun di bekas keraton lama, Pesanggrahan Garjitawati, yang didirikan oleh Susuhunan Paku Buwono II sebagai tempat istirahat kereta kuda yang akan pergi ke Imogiri. Sebagai pimpinan proyek pembangunan Taman Sari ditunjuklah Tumenggung Mangundipuro. Seluruh biaya pembangunan ditanggung oleh Bupati Madiun, Tumenggung Prawirosentiko, besrta seluruh rakyatnya. Oleh karena itu daerah Madiun dibebaskan dari pungutan pajak. Di tengah pembangunan pimpinan proyek diambil alih oleh Pangeran Notokusumo, setelah Mangundipuro mengundurkan diri. Walaupun secara resmi sebagai kebun kerajaan, namun bebrapa bangunan yang ada mengindikasikan Taman Sari berfungsi sebagai benteng pertahanan terakhir jika istana diserang oleh musuh. Konon salah seorang arsitek kebun kerajaan ini adalah seorang Portugis yang lebih dikenal dengan Demang Tegis.
Kompleks Taman Sari setidaknya dapat dibagi menjadi 4 bagian. Bagian pertama adalah danau buatan yang terletak di sebelah barat. Bagian selanjutnya adalah bangunan yang berada di sebelah selatan danau buatan antara lain Pemandian Umbul Binangun. Bagian ketiga adalah Pasarean Ledok Sari dan Kolam Garjitawati yang terletak di selatan bagian kedua. Bagian terakhir adalah bagian sebelah timur bagian pertama dan kedua dan meluas ke arah timur sampai tenggara kompleks Magangan. - wikipedia
Harga tiket masuk untuk satu orangnya Rp.3.000 untuk wisatawan domestik dan untuk izin untuk memotret, dikenakan biaya Rp.1.000
Memasuki bagian pertama, kita akan melihat segaran (danau buatan) yang terletak diantara bangunan berwarna krem. Kami melangkah ke arah samping, memasuki sebuah bangunan yang membatasi dua segaran. Ayu dan Erwin memilih naik ke menara untuk melihat-lihat. Sementara saya dan Oniisan menunggu di bawah. Ketika menunggu, secara kebetulan saya bertemu dengan kakak dan adik tingkat sewaktu SMA, Kak Dayat, Risky, dan satu orang lagi yang saya lupa namanya -_- (maaf).
Kami lalu beranjak ke kolam yang lain. Kolam pemandian di area ini dibagi menjadi tiga yaitu Umbul Kawitan (kolam untuk putra-putri Raja), Umbul Pamuncar (kolam untuk para selir), dan Umbul Panguras (kolam untuk Raja).
Setelah puas melihat sana sini kami lalu menuju ke tempat lukisan batik. Beberapa tahun yang lalu saya berjanji kepada penjual di tempat itu untuk membeli lukisan simbol cinta sejati (Rama Shinta, Arjuna Srikandi).
Pilihan saya jatuh pada lukisan batik Rama dan Sinta versi klasik. Versi klasik? Yup, lukisan batik di sana memiliki dua versi, klasik dan modern. Lukisan batik modern lebih berwarna dibandingkan lukisan klasik.
Ayu sepertinya pengen jadi model lukisan :P |
Lukisan Nyi Roro Kidul yang menghipnotis |
Setelah dari tempat tersebut, kami tidak langsung menuju ke arah bangunan lain di sayap lain Tamansari, kalau gak salah ingat bangunan tersebut dulunya menjadi dapur. Namun kami menuju ke bangunan Sumur Guling, tempat yang dulunya dijadikan Masjid. Kami melewati jalur yang meliuk-liuk sebelum sampai ke sana. Sempat berfoto dan singgah di tempat oleh-oleh.
Iklan tak berbayar :P |
Gambarnya lucu (>.<) |
Voice of Jogja, tempat jual kaos big size dengan gambar-gambar yang lucu, penjualnya juga ramah |
Setelah melewati beberapa jalan meliuk dan lorong-lorong akhirnya kita sampai di tempat tujuan.
Sumur Guling memiliki tempat imam memimpin shalat. Di tempat ini suaramu akan bergema dan terdengar hampir ke seluruh penjuru bangunan. Hal ini terbukti ketika beberapa pengunjung di bagian lorong atas sedang berbicara, saya dan beberapa pengunjung di sisi lorong lain mendengar percakapan mereka tanpa melihat wujud mereka (padahal ngobrolnya sambil berbisik).
Empat tangga menuju ke bawah sedangkan satu tangga lain menuju ke arah atas. Katanya hal ini merujuk pada rukun Islam (entahlah).
Setelah dari Sumur Guling, kami menuju ke tempat kunjungan terakhir. Melihat puing-puing dan berisitirahat sejenak. Pegel juga berkeliling selama beberapa jam.
Foto alay hari itu . . . |
Sekian untuk jalan-jalan di Tamansari. Adios !
- Regards Pipit, menulis dan menggambar karena cinta -
wuah, aku nggak sempet mampir ke tamansari...
BalasHapusnanti kalau ke sini, ayo mampir :D
HapusTamansari...sempurna. Jadi kangen buat mampir.
BalasHapusluar biasa arsitekturnya :D
Hapusmari mampir lagi :D