inspirasi cerita
Disetiap
permulaan selalu ada akhir, entah itu bahagia maupun sedih. Aku tidak pernah
mengerti hal itu hingga aku bertemu dengannya. Tatapan tajam pupil birunya yang
menusuk serta seulas senyum hangatnya seakan mendekapku manja. Seketika itu juga,
aku lupa akan perbedaan. Tangannya yang membiru merengkuhku.
“Nona,
tolong aku” sekejap itu juga bius sinar matanya tertutup.
Aku
yang mendadak tersadar dari lamunan, membawanya ke gubuk kecilku. Dia terkena
racun hutan ini. Entah darimana dia berasal, satu hal yang pasti dia tersesat.
Tidak ada seorang pun manusia yang berani mendekati hutan tandus yang dijaga
oleh gadis penyihir, aku.
Entah
apa yang ada dipikiran orang – orang itu hingga mereka takut mendekati tempatku
bermukim. Aku yang hidup sendiri sejak beratus tahun yang lalu juga tidak ingin
menunjukkan keberadaanku yang sebenarnya tidak menakutkan ini. Apa gunanya
sebuah pengakuan? Jika pada akhirnya kau pun akan dilupakan karena pengakuan
itu.
Hujan
rintik yang sejak pagi tadi menghiasi hutan telah reda. Seberkas cahaya
matahari tampak malu menelisik kisi – kisi dinding gubukku. Pria yang berbaring
di sampingku terlihat damai bersama pembaringannya.
“Dia
pria yang tampan” batinku.
Tanpa sadar aku menatap penampilanku yang terbias di cermin. Rambut blonde panjang yang
kusut, kulit putih pucat berbintik, serta tatapan mata yang sendu. Aku terlihat
selayaknya seorang gadis manusia biasa.
Aku tidak menakutkan seperti penyihir yang ada didalam dongeng. Aku pun tidak secantik
penyihir yang ada didalam novel para manusia itu. Tapi satu hal yang pasti,
hawaku berbeda. Aku menghela napas mengakui kenyataan itu.
Sapuan
tanganku kini menarik sebuah sisir perak. Sisir itu bergerak merapikan rambutku
yang selalu kusut. Kau pasti akan bertanya – tanya kenapa aku tidak langsung
menyihir rambutku sebagus apa yang aku inginkan? Yah kau tahu, hidup tidak
semudah itu sekalipun aku seorang penyihir.
“Nona?”
Aku
menatap sekilas pria itu. Wajahnya sudah terlihat segar kembali. Ramuan yang ku berikan sejam yang lalu rupanya telah bekerja dengan baik.
“Ada
apa?” jawabku dengan suara serak.
“Kau
penyihir itu rupanya”
Terselip
sebuah rasa kagum dari ucapannya. Aku menanggapi itu semua dengan sebuah
anggukan singkat.
“Bolehkah
aku menemanimu disini? Rasanya lebih menyenangkan menikmati hidup di dalam
hutan bersamamu”
Aku
tidak tahu apa maksud dari kata – katanya itu. Aku hanya merasakan sebuah
aliran listrik yang menggelitik seluruh tubuhku. Aku bahagia.
*
Setahun
berlalu dengan indah dan tenang. Aku menikmati kehidupanku yang bahagia
dengannya. Kami selalu bersama menikmati keindahan hutan. Aku mulai bisa
tersenyum dan bertingkah selayaknya manusia. Sepertinya hawa penyihirku juga telah
lenyap meskipun kekuatan itu masih ada.
“Rasanya
aku mau kembali ke kota” ucapan itu terlontar begitu saja dari bibirnya.
Aku
mengangkat wajahku dari dekapan hangatnya.
“Kau
ingat, aku masih memiliki keluarga disana” tangannya terarah pada sebuah
hamparan asap yang mengepul diseberang.
“Aku
juga merindukan Ayah dan Ibuku”lanjutnya.
“Kau
akan meninggalkanku” bibirku kelu mengucapkan kata itu.
“Aku
akan kembali. Aku hanya ingin menemui keluargaku dan menceritakan hubungan
kita. Aku ingin kita hidup bahagia di kota itu”
Aku
melepas dekapannya dengan cepat.
“KAU
TELAH JANJI PADAKU ! HUTAN INI RUMAH KITA” aku tidak dapat mengendalikan diriku
lagi.
Dia
terpaku melihat wajahku yang memerah. Matanya menatapku dengan lembut.
“Kau
telah berjanji” suaraku melemah.
Dia
memelukku dengan erat dan membisikkan sesuatu. Pelukan itu semakin ku eratkan.
*
Tahun
telah berganti lebih dari sepuluh kali. Dia belum kembali seperti apa yang
telah dia janjikan padaku. Aku menatap tart
dengan jejeran lilin di meja bundar dengan kalut. Setahun yang lalu ketika
aku memutuskan menemuinya di kota, aku bertemu dengan seorang gadis muda. Gadis
itu tersenyum di pinggir hutan ketika berbicara dengan seorang wanita tua.
Mereka menyebut namanya. Gadis itu berkata dia akan menikahi gadis itu tahun ini. Dia telah menjadi orang sukses seperti apa yang dia janjikan pada gadis itu bertahun –
tahun yang lalu. Dia kembali dari sebuah tempat dengan membawa emas yang sangat
banyak untuk melamar gadis manis yang terus ku tatap itu.
“Bukankah
itu emas yang ku berikan padamu dulu?”
Aku
takut itu benar dan aku terlalu takut untuk mendengar lebih jauh. Sehingga aku
memutuskan untuk kembali ke hutan.
“Apakah
aku harus menunggumu lagi?”
- Regards Pipit, menulis dan menggambar karena cinta -
waw.
BalasHapusgaya bahasanya keren abiss!
Jadi ingat kisah seorang yang jatoh dari kapal berjuang selama 15 hari di hutan belantara seorang diri, tapi yang ini dia ketemu tarzan kah?? jujur gw ngga nangkep ceritanya kearah mana.. agak gantung juga,,,
BalasHapussalam gan ...
BalasHapusmenghadiahkan Pujian kepada orang di sekitar adalah awal investasi Kebahagiaan Anda...
di tunggu kunjungan balik.nya gan !
helloo pipit, kunjungan pertama kalinya nih :)
BalasHapusAul : makasih :)
BalasHapusUzay : bukan tarzan -_-, ini ceritanya tentang cewek penyihir yg selalu sendiri karena semua orang takut sama dia, trus suatu hari ada cowok yg tersesat dan terluka, dia bantuin. Ujung2nya suka ma cowok itu, ternyata cowok itu cuma mau emas penyihir itu. Dia ngasih harapan palsu bakal kembali, ternyata enggak. Si penyihir terus nunggu :3
Outbound : :D
Hzndi : hello :) makasih sudah berkunjung
hee - . it's a good story :)
BalasHapusgive you 5 thumbs (y) if i can hehe .
thanks was come to my blog before
Hai karin chan :-)
BalasHapusThanks :-)
first visit :D
BalasHapusceritanya keren :D