Murid SMA Keitoku sedang sibuk mempersiapkan acara pementasan untuk musim panas nanti. Seorang gadis tampak tersenyum sambil menggerak – gerakkan gaun yang dipakainya. Tak jauh dari gadis tersebut, terlihat dua pasang mata yang mengamatinya dengan senyuman.
*
Sentarou Agata
Aku tidak pernah menyangka akan menyukai gadis seperti dia. Gadis ceria yang selalu menebar senyum, aneh, dan sedikit centil. Dulu aku selalu berkata bahkan berjanji pada diriku sendiri untuk tidak menyukai gadis seperti itu. Aku pun menetapkan sebuah tipe cewek yang boleh aku sukai. Tipeku adalah gadis dewasa yang berpenampilan rapi dan berkelakuan selayaknya wanita. Tapi lihatlah yang terjadi padaku sekarang ini, jatuh cinta pada seorang gadis yang 180 derajat berbeda dengan tipeku. Aku tidak mengakuinya tetapi aku bisa merasakannya di dalam hatiku, biarlah seperti ini.
“Hey sentarou-kun”
“Ohaiyou gozaimasu sentarou-kun”
“Sentarou – kun, kau aneh”
Akhir – akhir ini suaranya selalu terngiang ditelingaku. Apapun yang aku lakukan, suaranya selalu melesat indah diantara ke dua daun telingaku.
“Hey Agata, bagaimana? Apa kau setuju?” suara Toru membuyarkan lamunanku.
“Eh apa tadi? Setuju apa?”
“Ckckck, Sentarou-kun, kamu tidak dengar apa yang kita bicarakan?” kata Himawari, lalu melangkah maju dan menatap wajahku dengan ke dua matanya yang berwarna coklat tua.
“Ba-ka” kata Himawari sekali lagi seraya menepuk kepalaku dengan tangannya yang kecil.
Jantungku berdegup sangat kencang saat dia melakukan hal itu. Aku berharap waktu berhenti saat itu juga agar aku bisa merasakan kehangatan ini lebih lama lagi.
“Wajahmu memerah” kata Minami yang duduk disebelahku.
“Marah atau malu? Kalau malu berarti gosip yang selama ini benar. Sentarou – kun suka padaku, hahahahaha”goda Himawari.
Semua yang ada di kelas pun tertawa mendengar perkataan Himawari dan mulai ikut menggangguku. Himawari terus menatapku sambil tersenyum. Bisa kurasakan, wajahku semakin memanas. Aku malu karena aku menyukainya dan jantungku berdegup semakin kencang. Aku tidak dapat menahannya. Aku pun berdiri dan segera berlari keluar kelas.
“Himawari aku menyukaimu” kataku lirih sambil terus berlari.
Aku mendengar suara Himawari yang mencoba memanggilku dan mengucapkan sesuatu yang terdengar seperti sebuah permintaan maaf. Hatiku meronta dan memintaku untuk berhenti dan berkata yang sebenarnya. Mengucapkan semua yang selama ini ku simpan, tetapi egoku yang kuat menguasai semuanya. Langkahku semakin cepat, maju dan terus maju meninggalkan Himawari yang masih saja meneriakkan sesuatu. Ego memang telah menguasaiku. Aku tidak ingin dicap sebagai pria yang tidak bisa memegang kata – kata sendiri. Apa kata sahabat ku nanti jika mereka tahu bahwa aku menyukai Himawari ? Gadis yang selama ini aku jelek – jelekkan. Percakapan aneh pun terngiang kembali di telingaku.
“Himawari itu gadis yang unik ya?” kata Toru.
“Iya dia memang unik. Banyak yang suka juga sama dia” timpal Fujiko
“Tapi aku tidak menyukai gadis seperti itu. Terlalu centil, ketawa dan tersenyum setiap hari seperti gadis yang tidak bermartabat.” kataku sambil melihat Himawari.
“Kamu belum mengenalnya, Agata - kun. Jangan sampai kamu yang akan jatuh cinta padanya” kata Toru dan ikut menatap Himawari.
Aku membasuh wajahku dengan air di wastafel toilet dan berharap jantungku akan berhenti bergejolak.
“Aku tidak menyukaimu Himawari !!!”teriakku.
Aku mencoba menepis apa yang aku rasa, melawannya dengan akal sehatku karena sejak awal aku memang tidak menyukainya.
Ya, aku tidak menyukainya sejak pertama kali pindah ke sekolah ini. Aku tidak menyukai cara dia tertawa dan berbicara. Aku tidak menyukai apapun yang dia lakukan. Dan bagiku apapun yang dia lakukan akan selalu salah. Tetapi, entah mengapa dia tidak pernah memarahi atau membenciku, setidaknya itulah yang dia perlihatkan selama ini. Dia tetap tersenyum ramah padaku, menggangguku, bahkan membantuku.
Dan pada akhirnya, hatiku mulai berkata bahwa aku menyukainya. Bukan karena sikapnya yang tetap baik padaku meskipun aku selalu menjelek - jelekkannya. Tetapi, karena tangisannya di kandang kelinci sekolah.
Itulah saat pertama aku melihatnya menangis. Ke dua tangannya yang mungil memeluk anak kelinci yang terlihat kaku. Tanpa ku sadari, aku pun ikut menangis dan berlari meninggalkan Himawari. Ya, semenjak kejadian itu, aku mulai memikirkannya. Aku mulai memikirkan kebencianku yang bodoh padanya. Hanya karena sikapnya yang ceria dan lepas, aku jadi membencinya. Semakin lama aku memikirkan hal itu, aku semakin tersadar bahwa mungkin sejak awal aku telah menyukainya.
“Tidak bisa, tidak bisa, aku tidak bisa melawan hatiku. Sebenarnya aku menyukaimu, Himawari” lirihku sambil terduduk di lantai toilet.
*
Toru Arase
Himawari terlihat manis, as usual. Aku tidak bisa berhenti menatapnya yang sibuk membaca naskah untuk pementasan musim panas nanti. Aku menyukainya sejak pertama kali melihatnya di sebuah perpustakaan kecil. Yeah, its love at the first the sight. Dan sepertinya takdir memang berpihak pada cinta pandangan pertamaku itu. Aku bertemu dengan Himawari sekali lagi dan diberi kesempatan untuk duduk disebelahnya, hingga saat ini.
“Toru – kun, sepertinya aku tidak pantas untuk peran ini, Juliet” kata Himawari tiba – tiba.
Aku yang terus memandang Himawari sejak tadi merasa kaget dan gugup. Himawari menatapku heran karena tingkahku itu.
“E-eh tadi kamu bilang apa?” tanyaku dengan sewajar mungkin.
“Aku tidak pantas untuk peran ini” desah Himawari sambil menatap lesu naskah yang dipegangnya.
“Kamu masih saja memikirkan perkataan Agata. Biarkan saja dia Hima – chan. Yang pantas untuk memerankan Juliet hanya kamu”
“Tapi...........”
“Daijoubu Hima chan” kata Minami seraya memeluk Himawari.
“Ne~ daijoubu desu” kata Shibata yang ingin ikut memeluk Himawari.
Himawari menghindar dan memukul Shibata dengan naskah yang dipegangnya, mereka pun tertawa.
Aku menarik nafas lega. “Dia tersenyum lagi” batinku.
Untuk pementasan musim panas nanti, kelas kami mendapatkan kesempatan untuk mementaskan sebuah drama musikal yaitu Romeo dan Juliet. Berdasarkan voting aneh yang dilakuan oleh Shibata, cowok berkacamata tebal yang tidak lain adalah ketua kelas kami, Himawari terpilih sebagai Juliet dan Sentarou sebagai Romeo.
Aku sedikit kecewa dengan hasil voting tersebut karena aku sangat berharap yang akan memerankan karakter Romeo adalah aku. Tetapi setelah voting itu dilakukan, Sentarou lah yang terpilih sebagai Romeo. Aku tahu sejak pertama masuk ke sekolah ini sebagai murid pindahan dari Paris, Sentarou terlihat sangat membenci Himawari. Tapi entah mengapa, aku merasa sikap Sentarou pada Himawari kini mulai berubah.
“Agata – kun, kamu ... kamu sudah tidak benci Himawari lagi kan ? Jangan bilang kamu mulai menyukainya?” tanyaku pada Sentarou suatu hari, usai bermain sepak bola.
Sentarou hanya menatapku sejenak dan pergi tanpa berbicara atau pun memberikan sebuah isyarat. Sejak saat itu, aku mulai merasa yakin bahwa Sentarou menyukai Himawari. Aku merasa cemburu dan tidak ingin melihat Sentarou dan Himawari menjadi dekat. Aku pun mulai menyebarkan berita di kelas bahwa Sentarou menyukai Himawari dan menelan kembali perkataan yang secara sesumbar pernah dia katakan. Aku percaya dengan adanya berita seperti ini, Sentarou tidak akan berani mendekati bahkan mengungkapkan perasaannya pada Himawari.
Ya, kelakuanku sangat kotor tetapi aku menyayangi Himawari dan tidak ingin dia pergi dariku. Aku egois, padahal belum tentu lelaki yang disukai Himawari adalah Sentarou atau bahkan aku. Dan belum tentu juga firasatku mengenai perasaan Sentarou terhadap Himawari adalah benar. Meskipun begitu, aku merasa inilah yang terbaik. Hingga .............
“Himawari...........”teriakku saat melihat Himawari berlari di depan kelas.
Aku pun mengejarnya dan melihatnya menangis di dekat kandang kelinci. Himawari menatapku dengan sangat sedih.
*
Minami Takagi
Aku cemburu. Aku cemburu padanya yang selalu dibenci Sentarou karena secara tidak langsung Sentarou selalu memikirkannya. Ya, memikirkan cara untuk membuat gadis itu susah, Himawari sahabat ku.
Aku cemburu melihat Sentarou selalu menatap Himawari, meskipun dengan tatapan benci. Tapi, aku tahu dengan pasti bahwa benci dan cinta memiliki perbedaan yang sangat tipis dan aku takut rasa itu akan berputar. Dari benci menjadi suka.
“Selamat ya Hima – chan, kamu jadi Juliet” kataku seraya memeluk Himawari yang tertegun melihat hasil voting.
“A-aku tidak mau jadi Juliet” kata Himawari pelan seraya menatap Sentarou.
Aku menatapnya dengan tatapan heran, sementara hatiku pun bersorak. Aku berharap Himawari akan segera menolak memerankan Juliet supaya aku bisa menggantikannya.
“Kamu memang tidak pantas menjadi Juliet” kata Sentarou tanpa diduga.
“Agata – kun !!” teriak Toru.
Aku hanya menatap Sentarou sementara mereka sibuk berdebat. Aku tahu apa yang dilontarkan Sentarou barusan adalah sebuah kebohongan belaka. Tatapan matanya berbeda. Ya aku tahu, anggap saja ini firasat seorang wanita.
Tok Tok ....
Shibata mengetuk meja dengan keras, membuat semua murid di kelas terdiam.
“Bagaimana pun juga bersikaplah profesional. Jangan kayak anak kecil” kata Shibata kemudian.
“T-tapi kalau mereka tidak cocok ...”
“Cocok !! Pasti cocok. Buang semua ego untuk saat ini saja” Mimi memotong kata – kataku dengan cepat.
Dan pada akhirnya, pemeran karakter Romeo dan Juliet tidak diganti. Aku hanya bisa pasrah mengikuti latihan dengan menahan rasa cemburu di dada.
Hari ini, untuk pertama kalinya aku melihat wajah Sentarou yang memerah karena digoda Himawari. Marahkah? Yang jelas hal itu membuat Sentarou tak bisa berkata – kata hingga berlari keluar kelas. Himawari pun mencoba mengejarnya dan meneriakkan kata maaf. Meskipun begitu, Sentarou tidak menjawab apa – apa dan terus berlari. Aku yang melihat hal tersebut tahu bahwa Sentarou pasti sedang marah besar. Himawari terus mengejar Sentarou, dan kali ini tanpa teriakan.
Aku penasaran dengan apa yang terjadi nanti. Hingga tanpa sadar aku mengikuti mereka secara diam - diam. Tak lama berlari, akhirnya Himawari pun berhenti di depan toilet cowok. Aku bersembunyi di balik dinding dan melihat apa yang akan Himawari lakukan, tapi dia hanya terus berdiri di depan toilet.
“Ada apa dengan Himawari? Apa mungkin dia sadar bahwa tindakannya itu berlebihan? Tapi...”
Saat aku sibuk dengan bermacam asumsi, suara Sentarou menggema.
“Aku tidak menyukaimu Himawari !!!”
Aku tertegun mendengar kata – kata tersebut begitupun dengan Himawari. Ekspresi wajahnya berubah menjadi sedih. Sedetik itu pun Himawari berlari sambil menangis. Aku tidak ingin mengejar Himawari dulu karena aku ingin melihat Sentarou. Aku pun memilih berjalan perlahan ke depan pintu toilet, dan saat itu juga aku mendengar sebuah kalimat dari mulut Sentarou. Kalimat yang membuatku ikut menangis.
“Tidak bisa, tidak bisa, aku tidak bisa melawan hatiku. Sebenarnya aku menyukaimu,
Himawari”
*
Himawari Kiguchi
“First love” batinku saat melihat foto seorang anak laki – laki sedang tersenyum memandang bunga sakura.
Hampir setahun aku mencarinya. Dia adalah orang yang menyelamatkan Ibu saat tragedi besar itu terjadi. Aku belum pernah menemuinya secara langsung dan mengucapkan terimakasih. Aku hanya sempat melihatnya dengan susah payah menggendong ibu yang pingsan karena terjebak di dalam ruangan yang terbakar.
Dan ketika setahun berlalu, aku berdiri disini, dihadapannya. Aku mendengarnya menceramahiku dengan tatapan benci. Aku menyukainya, Sentarou.
Aku merasa sangat senang saat mendengar kabar bahwa Sentarou mulai menyukaiku. Tapi semenjak kabar itu beredar, Sentarou tidak pernah lagi menggangguku bahkan cenderung menjauhiku. Aku merasa sangat sedih dan kesepian. Aku ingin mendengarnya memarahiku dan memandangku dengan tatapan khasnya. Aku ingin mendapatkan perhatiannya lagi. Dan aku pun memilih untuk mengganggunya dan membuatnya marah.
Pementasan sekolah tiba dan sebuah kenyataan membuatku menjadi semakin bahagia. Aku dan Sentarou memerankan karakter Romeo dan Juliet. Aku ingin meloncat girang saat hasil voting diumumkan, namun hal tersebut coba ku tahan karena aku bisa melihat tatapan Minami yang sendu. Sahabat terbaikku, aku tahu selama ini Minami menyukai Sentarou. Aku tidak ingin membuatnya sedih jadi aku memutuskan untuk menolak peran tersebut. Tanpa ku duga, Sentarou pun merasa keberatan jika aku yang memerankan Juliet. Sedih sekali mendengar kata yang dilontarkan Sentarou saat itu. Sebenci itukah Sentarou padaku?
Akhirnya debat pun terjadi mengenai karakter utama pada pementasan kali ini. Keputusan terakhir tetap sama, aku dan Sentarou akan tetap memerankan karakter utama. Latihan pun tetap dilanjutkan sesuai dengan jadwal yang telah disediakan. Aku merasa bahagia saat menatap Sentarou yang bertingkah selayaknya Romeo. Ingin rasanya berada di dunia peran ini saja. Tetapi saat menatap Minami, aku tersadar dan kembali ke dunia nyata.
Untuk alasan itulah aku berusaha bersikap biasa dihadapan Sentarou. Aku tidak ingin membuat Minami sedih. Lagipula menurut kabar yang aku dengar, tipe wanita yang disukai Sentarou tidak lain adalah Minami. Sementara aku hanya seorang gadis yang sangat dibenci Sentarou. Biarlah.
Aku harus menikmati waktu yang bisa kulewati bersama Sentarou. Waktu yang kuanggap bahagia dan penting jika ada Sentarou. Hingga pada akhirnya hari berkabung pun tiba. Hari dimana aku membuat Sentarou marah besar, hari ini. Aku tidak menyangka Sentarou akan mengatakan hal itu. Hatiku sangat sakit saat mendengarnya. Sentarou memang benci padaku. Dia benci padaku.
Air mataku mengalir dengan deras. Aku berlari ke arah kandang kelinci dan menangis sepuasnya disana.
“Hima – chan, nande?” kata Toru tiba – tiba. Dia selalu muncul secara mendadak disaat aku sedih.
Tangisanku semakin kencang, aku sudah tidak kuat menahannya lagi. Toru berlari ke arahku dan memberikanku sapu tangan hitam miliknya.
“Menangislah sepuasnya Hima - chan, biarkan hatimu lega. Setelah itu, hapus dengan sapu tangan ini”
Aku terus menangis dan Toru dengan sabar duduk disebelahku dalam diam. Setelah itu, aku menceritakan semua yang terjadi pada Toru. Toru hanya terdiam, tidak seperti biasanya. Dia tidak mengeluarkan sepatah kata pun.
“Aku menyukai Sentarou”
*
Diantara sinar matahari senja yang tampak sendu. Empat orang murid SMA Keitoku terdiam dan menangis karena cinta.
Kosa kata :
Ohaiyou gozaimasu : selamat pagi
baka : bodoh
daijoubu : (saya) baik - baik saja
nande : kenapa (sama seperti doushite)
- Regards Pipit, menulis dan menggambar karena cinta -
himawari di bikin video nya kak penasaran :p kalo ada nama satrio-san lebih bagus :p watashi wa satrioo-san,
BalasHapusKereen ceritanya, tapi lagi-lagi harus berpikir keras nih buat ngikutin ceritanya *faktor bahasa
BalasHapusCerita cinta antara 4 orang murid, ada yang saling mencintai dan ada cinta yang tidak terbalas. Kalo di posisi Minami sama Himawari sakit banget kayaknya pas mergokin kata - kata Sentarou di toilet.--.
BalasHapusAku suka ceritanya, Bener - bener remaja banget:D Btw, salam kenal kak:)
gambra keren, cerita keren :)))
BalasHapuscoba gue jadi tokoh utamanya, gue ga bakalan nolak peran tiu kalo lawan maennya Himawari. :3
BalasHapusanw, Himawari itu adenya Shinchan kan ya? ooo... sekarang dia udah gede? :P
aaaa kereeennn....
BalasHapusini ada lanjutannya kah ka?
bikin lanjutannya doooong :3
Kalo aku jadi cowok ,aku suka tuh cewek kayak himawari.:D
BalasHapusPandu : nah itu ide yang bagus sekali nak Pandu :D ide bikin video ya bukan nambahin karakter satrio :P
BalasHapusuzzzzay : ahahaha :3 diakhir cerita ada kosa kata :D apa perlu ditaruh di depan aja ya kosa katanya :D
Tamm : makasih :)
Bangcus : sayangnya pasti si Hima nolak lu bangcus :P hahaha
Bukaaaaaaaaaaaan -_-,
Emel : aaaa makasih :D kagak ada hehehe
Noer : waaaaaah hehehe :D
Senja : hai :D salam kenal :)
BalasHapus