Bandung, 14 Februari 2005
Pemilik mobil VW combi merah itu datang lagi. Dia datang bersama adiknya yang lucu. Mereka mulai memilih beberapa buku untuk dipinjam. Pemilik mobil VW itu ternyata orang yang sangat baik. Dia sayang pada adiknya yang berkuncir satu. Itu terlihat dari caranya membujuk sang adik untuk tidak membuang buku dengan kasar.
Pemilik mobil VW combi merah, kapan kita bisa saling bertukar cerita?
Bandung, 14 Februari 2006
Namanya Jimmi, sekarang dia sedang duduk bersamaku dan adiknya - Jenni serta kakakku. Kami melepas penat bersama sambil menikmati muffin cokelat vanila buatan kakak. Kakak menemani Jenni bermain di taman sedangkan aku berbincang santai dengan Jimmi.
Mobil VW combi merahnya terlihat begitu hangat dari sisi ku duduk. Jimmi bercerita banyak tentang mobilnya itu. Wajahnya cerah dan ceria, aku suka.
Tanpa terasa sejam berlalu, matahari pun sudah semakin hilang dari peraduannya. Kami kembali ke rumah dengan tangan saling menggenggam. Kakak menggenggam jemari ku erat disisi kiri tangannya, sementara jemari Jimmi disisi kanan tangannya. Mereka akan menikah, sebulan lagi.
Bandung, 14 Februari 2007
Kakak membanting piring dan gelas ke tembok dengan kasar. Dia menatap Jimmi dengan raut marah. Aku tak dapat berbuat apapun jika kakak telah kehilangan akal sehatnya. Semua ini terjadi karena minuman keparat itu. Kakak pencandu alkohol.
Plak !!!
Kakak menampar Jimmi yang sedang membereskan botol minuman. Aku sedih, aku merasa sakit. Kenapa kakak begitu tega padanya? Jimmi yang kurelakan untuknya diperlakukan seperti ini.
Jimmi mengeluarkan sebuah surat, kakak hanya tersenyum lalu menandatangani surat itu. Surat perceraian.
Bandung, 14 Februari 2008
Aku menemani Jimmi melewati hidupnya yang berat. Sebuah penyakit menggerogoti tubuhnya yang tinggi itu. Ya Tuhan, kenapa ini semua terjadi disaat aku ingin mengatakan apa yang ku pendam selama beberapa tahun ini?
Apakah Kau cemburu padaku yang terlalu mencintai Jimmi?
Jawab aku Tuhan, ambil saja nyawaku.
Bandung, 14 Februari 2009
Kata dokter, waktu Jimmi tidak akan lama lagi. Dia harus segera dioperasi, namun pendonor yang tepat belum ada. Pendonor jantung. Tubuh Jimmi semakin ringkih, wajahnya semakin pucat, dan tatapan matanya mulai melemah.
Aku ingin melihat Jimmi hidup. Selamat tinggal Jimmi, hiduplah bahagia, ku berikan cinta dan jantungku.
Bandung 14 Februari 2011
RSJ Bandung
“Kau tahu siapa namamu?”
“Meilani”
“Kau tahu apa ini?”
“Pulpen dan kertas”
“Coba tuliskan namamu !”
“Ini bukan namamu”
“. . .”
“Siapa dia? Orang yang kau tulis namanya”
“Dia pria yang aku cintai. Dia baik sekali padaku. Dokter tahu, tadi dia menjengukku. Apakah kalian sudah bertemu?”
“Mei, Jimmi sudah meninggal dua tahun yang lalu”
“Dokter jangan berbohong. Aku sudah mendonorkan jantungku padanya”
“hah, kalau begitu kenapa kau masih hidup jika jantungmu kau berikan pada Jimmi?”
“Ini mukjizat dokter, Tuhan mendengar doaku”
“Suster, bawa dia ke dalam kamarnya. Katakan pada keluarganya, dia belum sembuh”
14 Februari 2009, Meilani menjatuhkan dirinya dari lantai 2 Rumah Sakit tempat Jimmi menginap. Dia berpesan pada dokter yang menangani Jimmi untuk menunggunya ditangga lantai dasar. Betapa terkejutnya dokter tersebut saat melihat tubuh Meilani yang jatuh tepat dihadapannya. Jimmi yang mengetahui hal tersebut semakin shock. Dia berpesan pada dokter untuk menyelamatkan nyawa Meilani, apapun yang terjadi dan tidak perlu memikirkan niat Meilani untuk mendonorkan jantungnya. Sejak saat itu, kondisi Meilani berada diantara hidup dan mati. Koma
Sebulan kemudian, Jimmi menghembuskan napas terakhirnya sementara Meilani membuka matanya. Tersadar..
Only I didn't know
Where are you?
What are you doing?
I am asking you
They told me crazy
- Regrads Pipit, menulis dan menggambar karena cinta -
Aku selalu suka gaya bahasa n crita mu k' :'D
BalasHapusini semacam catatan perjalanan yang menyentuh kakak :) baguuus :D
BalasHapusbased on true story kah?
haaauuaah! sedih.. X'O
BalasHapushaaauuaah! sedih.. X'O
BalasHapuscuma 1 kata : KEREN :)
BalasHapuskalau ini true story pasti sdih banget..
selalu keren isi cerita blog kak pipit, gambar2 nya apalagi :)
BalasHapusya ampun fit...
BalasHapusini bener2 kereeeeeeeeeeen.
ceritanya menyentuh bgt.
Dhilo : makasih dek :)
BalasHapusAndaka : makasih ya :) enggak, this is based on my imagination hehehe
Rifqi : kasih tisu hehehe
Cacing : satu kata : makasih :)
wah jangan sampe jd true story hehe
Auli : makasih ya sayang :)
Kiki : makasih :)
tru stori bukan? aaa gambarnya keren :3 envy :(
BalasHapusWooww mantabh! Bagus sangat!
BalasHapusCinta memang gag ada logika. Yang waras pun menginginkan gila, yang gila menginginkan waras..
Nice! :)
selalu suka tulisan kak pipit :'D
BalasHapusKEREEEN!!!
Sughoi.. Keren banget ceritanya kak. :')
BalasHapusAzrina : bukan :D ini imajinasi saya hehee, aaa makasih :) yuk menggambar biar g envy :D
BalasHapusLady : betul :) Thanks :)
Rusy : kamu juga KEREN :D
Afr : arigatou :)