Apa kau yakin
hanya kita yang tinggal di dunia ini?
Apa kau percaya
dengan lapisan partikel dunia lain?
A1 : DUNIA PHOSPORA
Aku akan
bercerita padamu tentang sebuah perjalanan yang mungkin belum pernah kau
dengar. Kisah ini dimulai dari sebuah tempat bernama Phospora, dunia teratas
tempat banyak makhluk bermukim. Kali ini kita akan pergi ke sebuah pelosok yang
jauh dari jangkauan manusia pada umumnya, yaitu kota Sical. Di kota tersebut
terdapat seorang anak spesial bernama Lila. Apa yang spesial dari dirinya? Ia
tidak bisa berbicara, hanya berekspresi. Ketika semua anak di kota sibuk dengan
bermain game online dan mulai menyombongkan mainan mahal mereka, Lila memilih
berlari ke hutan. Ia telaten mengumpulkan biji-bijian dan ranting pohon. Di dinding
rumahnya berjejer rapi botol berisi biji pohon kastanye, bodhi, dan jarak.
Sedangkan di langit-langit rumahnya bergantung silih berganti biji pohon mahoni,
pinus,dan ek. Ia sangat spesial.
Lila tidak
bersekolah seperti anak-anak pada umumnya. Sang nenek yang tinggal bersamanya
yang mengajarkannya banyak hal. Mulai dari berhitung hingga membaca. Oleh
karena itu meskipun tidak bersekolah, Lila tetap tumbuh menjadi anak yang
pintar. Lila bisa membaca dengan baik serta memahami apa pun dengan cepat. Ia
bahkan bisa membaca pertanda sekitarnya. Ia dengan mudah mengetahui kapan hujan
akan turun atau hewan buas apa yang akan menyerang kebun kecil mereka. Ia
memang spesial.
Suatu malam yang
cerah, bulan purnama sempurna membingkai langit. Lila duduk di beranda rumah.
Ia menatap langit dan kebun sayur yang membentang luas di seberang. Malam ini
seperti ada sesuatu yang beda, namun ia tidak tahu apa itu.
“Kau belum
tidur?” Nenek ikut duduk di samping Lila.
Lila menggeleng.
Telunjuknya terarah pada bulan dan kebun.
“Pemandangan
yang indah bukan?”
Lila mengangguk.
Sunyi setelah itu, Lila dan sang nenek menikmati suasana tersebut dengan cara
masing-masing.
Tiba-tiba
penglihatan Lila berubah. Ia seakan melihat berbondong-bondong orang berjalan
menuju hutan. Mereka membawa umbul-umbul berwarna warni. Lila mengedipkan mata
serta menggeleng kepalanya, ia tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Ia
menoleh pada sang nenek yang tampaknya tidak merasa curiga atau bahkan tidak
melihat apa yang dilihatnya.
“Kau kenapa?”
Akhirnya nenek bertanya.
Lila hanya
menggeleng. Ia tidak mau membuat sang nenek curiga atau khawatir dengan apa
yang dilihatnya. Mungkin saja pemandangan tadi hanya ilusinya yang muncul
karena beberapa hari ini ia susah tertidur.
Di malam
berikutnya hal tersebut terjadi lagi. Tidak hanya itu, Lila pun melihat seorang
anak kecil diantara pembawa umbul-umbul yang melambaikan tangan padanya seakan
mengajaknya untuk ikut serta. Lia menggeleng, ia merasa was-was.
Pagi berikutnya
Lila ikut serta dengan sang nenek ke hutan. Mereka akan mengumpulkan jamur
untuk dijual ke pasar. Selain itu Lila juga ingin menambahkan koleksi
biji-bijian yang ia miliki. Setelah hampir setengah jam mengumpulkan jamur dan
beristirahat, Lila memutuskan untuk mengambil kumpulan biji kastanye yang ia
lihat di pinggiran hutan.
Banyak sekali
biji kastanye yang berserakan di bawah pohon. Lila mengumpulkannya dengan
hati-hati. Membungkus biji-biji tersebut ke dalam plastik bening.
KRASH
Sebuah suara
daun bergesek terdengar. Lila menyebar pandangannya ke sekeliling. Ada seorang
anak kecil dengan tudung gelap yang bersembunyi di balik pohon. Lila tersenyum lalu
memanggil anak tersebut. Anak dengan tudung gelap perlahan keluar dari
persembunyiannya. Tepat disaat itu, Lila merasakan tubuhnya menjadi sangat
lemah. Kesadarannya seakan akan segera menghilang. Dan benar saja, seiring
dengan langkah sang anak yang kian dekat, kesadaran Lila pun menghilang hingga
akhirnya ia pingsan.
“Kakak”
“Kakak”
Ada suara
nyaring yang memanggil-manggil. Lila membuka matanya. Anak yang ia lihat
dibalik pohon duduk tepat di hadapannya.
“Kamu siapa?”
Anak itu hanya
tersenyum.
“Aku . .”
Seketika Lila melotot dan menutup mulutnya. Ia bisa berbicara.
“Kakak tidak
usah kaget. Aku Vrana. Selamat datang di Vragel.”
Vrana
membentangkan tangannya. Hutan yang sama sekali berbeda terbentang di sana.
Pohon-pohon yang seperti gulali dan permen cokelat menghiasi hutan aneh
tersebut. Lila tertegun, ia menepuk pipinya sendiri berharap hal ini hanyalah
mimpi dan ia akan segera bangun. Namun, ini bukanlah mimpi.
Di sisi lain,
tepatnya di dunia Phospora, nenek terlihat pucat. Ia menatap cucu semata
wayangnya dengan perasaan khawatir. Ia tahu hari seperti ini akan tiba tetapi
ia tidak menyangka akan secepat ini.
“Cepat selesaikan
tugasmu dan kembalilah cucuku.”
|
Lila dan Vrana |
- Regards Pipit, menulis dan menggambar karena cinta -