Minggu, 24 November 2013

TOPENG : TRI



Sudah sejam aku berkutat dengan kertas dan pensil. Membuat tulisan dan gambar tidak jelas seraya menikmati segelas cappuccino. Aku suka tempat ini, kafe diujung gang yang sunyi. Tempat favoritku adalah kursi dipojok dinding. Ada sebuah lukisan taman bunga matahari disana.

Kafe ini adalah panggung sandiwara. Setiap hari ada saja manusia dengan tingkah polah yang aneh. Seperti hari ini, ada pasangan yang datang dengan wajah bahagia. Mereka duduk dalam diam ketika menyantap pesanan. Tanpa ada aba-aba darimana pun, si cewek menangis dan mereka pun meninggalkan kafe dengan wajah cemberut.

Manusia itu unik, aku suka memperhatikan hal tersebut. Dan bagi pelayan kafe ini aku adalah salah satu dari manusia unik tersebut.

“Mbak, gak bosan ke sini setiap hari? Eh bukannya gak boleh loh tapi . . . .”

“Gak bosan kok.” Jawabku sambil tersenyum.

Pelayan itu memperhatikan sekeliling, sepi. Dia duduk disalah satu bangku dan mulai mengajakku berbicara. Terlihat dari gestur tubuhnya, dia butuh teman berbagi. Hanya perlu waktu lima menit untuk memancingnya berbicara. Berjam-jam kemudian semua masalahnya diceritakan begitu lancar. Aku menanggapinya dengan tersenyum dan sesekali mengangguk. Ya, dia hanya butuh didengar.

Sejak saat itu bangku disebelahku jarang sepi. Beberapa pengunjung dan pelayan mulai menghampiriku dan menceritakan berbagai masalah yang mereka hadapi. Ah, banyak sekali manusia yang ingin didengar.

Jika berada di kafe ini aku bisa mendengarkan dengan baik karena aku telah mengubur beberapa topengku dan memilih melangkah kepada kepribadian ini. Aku adalah Tri.


- Regards Pipit, menulis dan menggambar karena cinta -

2 komentar:

what do u think, say it !