Selasa, 17 April 2012

BLOODY FANG #5



Sadly fang

Previously (chapter sebelumnya) :


Derap langkah kaki panjang bergema di segala penjuru. Sebuah bola mata hitam mengkilat tajam dibalik remang – remang. Satu sapuan ringan dari jari – jari putih panjang membuat jejeran obor di ruangan gelap tersebut menyala lebar. Pria itu menyeringai lebar melihat siluet seorang wanita yang berdiri didepan sebuah kerangkeng.

“Grandpa” kata Andromeda sambil memeluk pria putih dihadapannya.

“Lihat kulit pucatku yang mulai berkerut ini dan lihat wajahmu” pria itu memegang wajah Andromeda dengan lembut.

Andromeda meraih cermin kecil dengan sekali sapuan tangannya. Sebuah kerutan mulai tampak di dahi dan pinggir bibirnya.

“Ah kulit remajaku” desis Andromeda.

Pria yang berdiri disamping Andromeda tersenyum dan berkata “ sebaiknya tangkapanmu bagus buat malam purnama ini “

“Well, bagaimana kalau darah keluarga Sparks. Ada Edwin dan Lanny serta si kembar bodoh” kata Andromeda dengan mata berkilat kejam.

“Tidak, mereka pemeran utama malam ini lagipula aku masih membutuhkan mereka untuk beberapa hal”
Andromeda tertawa keras lalu berjalan ke arah kerangkeng dihadapannya. Dua pasang mata merah tampak ketakutan. Tubuh kecil berbulu yang ringkih tampak gemetar dibalik pelukan seorang pria kekar.

“Sepupu keluarga Sparks, mereka keluarga jauh. Mereka tinggal diperbatasan”

“Oke cukup buatku, anak mereka bisa kau jadikan santapan pembuka untuk Charlotte. Ingat, ini malam purnama muda dan Charlotte harus mendapatkan apa yang seharusnya dia dapatkan”

***

Angin berdesir ringan menerpa gorden putih sutra. Charlotte berdiri disamping jendela itu dengan gemetar karena melihat tulisan dibalik foto yang dia pegang. Foto ibunya bersama seorang pria dan nama pria itu Fiandra Sparks.

“Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa ibu bisa mengenal pria ini?” batin Charlotte.

“Charlotte sayang?” suara Andromeda mendahului ketukan pintu.

Charlotte terkesiap lalu dengan cepat menyembunyikan foto yang ditemukannya. Saat Andromeda memasuki kamar, Charlotte dengan sekuat tenaga bersikap seolah tidak terjadi apa – apa.

“Makan malam sudah siap”

“O-oke”

“Ada apa?” kata Andromeda seraya meraba kening Charlote, “apa kau sakit?” lanjut Andromeda.

“Tidak kok Bu, aku cuma takut sama emm sama bulan purnama. Ibu tahukan bulan purnama membuatku ingat akan Edwin”

Andromeda tersenyum dan mengusap rambut Charlotte lalu berkata “suatu saat kau akan sangat menyukai bulan purnama”.

Charlotte menatap Andromeda dengan heran. Dia mencoba menerjemahkan perkataan Andromeda barusan namun yang didapatnya hanyalah sebuah tatapan kosong dari Andromeda. Andromeda mengusap rambut pirang Charlotte sekali lagi dan mengajaknya ke ruang makan. Aroma masakan berbumbu tercium nikmat disegala penjuru ruangan. Perut kecil Charlotte berbunyi renyah.

“Kau sudah lapar”

Charlotte tersenyum dan meraih sepiring nasi yang diberikan Andromeda.

“Apa ini?” tanya Charlotte sambil menunjuk masakan daging berbumbu merah.

“Ah itu masakan khas keluarga Louis. Tadi Ibu coba memasaknya, yah siapa tahu kau suka”

Charlotte mengangguk dan menyuapkan sesendok kecil daging berbumbu merah itu.

“Bagaimana?” tanya Andromeda.

“Rasanya aneh tapi enak”

Andromeda tersenyum aneh menatap Charlotte.

“Makan yang banyak sayang, kamu akan sangat membutuhkannya”

*

Edwin menggeliat di dalam tahanan. Tangannya digerakkan sedemikian rupa berharap agar rantai besi yang melilitnya bisa terlepas.

“Sudahlah Edwin, hentikan usahamu itu. Istirahat sejenak.” Kata Lanny dari sudut ruangan.

“Ini kesempatan kita, lihat bulan purnama itu”

“Dan lihat juga siapa lawanmu” sambung Lanny.

Edwin mendesah dan merapatkan tubuhnya ke tembok bata. Matanya yang biru tua menatap Phoebee dan Phoeboo yang siap siaga di luar tahanan. Dia tidak habis pikir, Phoebee dan Phoeboo bisa terpedaya oleh Andromeda. Keputusan Luthor –Ayahnya- untuk memilih Phoebee dan Phoeboo sebagai orang yang bertanggungjawab untuk menangkap Andromeda ternyata salah. Edwin kemudian mengingat perkataan Algeron padanya, “jangan percaya orang yang berurusan dengan Andromeda kecuali hatimu benar – benar yakin. Dia itu perempuan licik”

Edwin kini percaya perkataan Algeron tersebut. Dia bisa melihat ke dua anggota keluarganya dengan gampang terpengaruh bujukan Andromeda dan balik menyerangnya.

“Biarkan saja mereka” kata Lanny sambil menatap Phoebee dan Phoeboo.

“Ck aku tahu, sekarang apa yang harus kita lakukan? Rencanamu selalu cemerlang dan berhasil”

“Ralat tidak selalu berhasil” potong Lanny.

“Oke, jadi apa rencanamu?”

“Diam dulu disini. Jangan menatapku seperti itu, aku tahu apa yang aku katakan. Aku yakin mereka tidak akan membunuh kita, well mungkin untuk saat ini”

“Hah, semoga saja” desah Edwin.

*

Charlotte berbaring dikamarnya dengan perasaan kacau. Dadanya panas dan bergemuruh aneh. Dia tidak merasa sakit, tetapi hanya merasakan sebuah sensasi aneh di dadanya. Tubuhnya semakin memanas.
“Ada apa ini?” batin Charlotte sambil mengipas – ngipas badannya dengan kencang.

Gluduk Gluduk Gluduk . . . .

Deretan buku di salah satu rak beterbangan dengan cepat. Charlotte menghentikan kegiatannya dan membulatkan matanya dengan heran. Mendadak semua buku yang tadi beterbangan kembali pada posisi semula. Charlotte menggelengkan kepalanya dan berpikir mungkin dia hanya bermimpi. Dia kembali mengipasi tubuhnya yang masih kepanasan. Kali ini kursi dihadapannya melayang maju dan mundur.

Charlotte sekali lagi membulatkan matanya. Seketika itu juga kursi tersebut kembali pada posisi semula. Charlotte refleks memperhatikan tangannya. Agak sedikit ragu, Charlotte menggoyangkan tangannya maju mundur sejajar dengan kursi. Ajaib, kursi tersebut melayang maju mundur. Charlotte masih tidak percaya dengan apa yang dilihat dan dilakukannya saat itu. Bisa saja yang terjadi tadi hanyalah kebetulan belaka. Charlotte menggerakkan tangannya sekali lagi pada vas bunga di atas meja. Gerakan halus tangan Charlotte terlihat sebagai sebuah lambaian kecil ketika memanggil seseorang. Dalam sekali kedipan mata, vas bunga tersebut berada digenggaman Charlotte.

Charlotte membuka mulutnya lebar – lebar. Dia tidak percaya akan apa yang telah dilakukannya.

“Mimpi?” Charlotte mencoba mencubit tangannya sendiri “AU . . !! sakit”

Tok Tok Tok . . .

“Masuk”

“Ada apa? Sepertinya tadi kau berteriak” kata Andromeda, ada nada aneh dibalik kata – katanya itu.

Wajah Charlotte masih pucat pasi. Dia menarik genggaman tangan Andromeda yang dingin. Entah mengapa dia mulai merasa tidak nyaman dengan tingkah Andromeda. Charlotte berpikir dan menimbang sejenak, apakah aman memberitahukan hal aneh yang baru saja dialaminya atau tetap menjaganya sebagai sebuah rahasia?

“Ibu, lihat . .” Charlotte memutuskan untuk menceritakannya pada Andromeda.

Sebuah lingkaran kecil teruntai dari tangan mungil Charlotte. Air didalam vas bunga pun keluar dan membentuk lingkaran seperti jelly biru. Charlotte memperhatikan ekspresi Andromeda dengan seksama. Tidak ada bias ketakutan disana, yang ada hanyalah sebuah kekaguman aneh yang menakutkan. Semua itu terpancar dari kedua manik mata Andromeda yang sendu.

“Kamu memang penerus keluarga Louis yang sejati”

Charlotte mengerutkan dahinya. Dia tidak mengerti maksud ucapan Andromeda tadi. Andromeda mengelus rambut pirang Charlotte lalu memeluknya dan berkata, “Bulan purnama muda adalah waktu yang sempurna untuk seorang keluarga Louis”

“Apa maksud Ibu?” Charlotte mendorong tubuh Ibunya dengan kuat.

“Charlotte . .”Andromeda mengelus kepala Charlotte, “ini adalah garis keturunan keluarga kita. Umurmu sudah genap dua puluh kan? Disaat bulan purnama memasuki waktu yang pas, anggota keluarga Louis yang sempurna akan mendapatkan warisan keluarga. Kekuatan ini . . “

Andromeda menggerakkan tangannya persis seperti gerakan tangan Charlotte tadi. Dan hal yang terjadi pun sama, air berbentuk lingkaran pun terpancar. Charlotte terlihat kagum dan terkejut.

“Maaf karena aku menyembunyikan ini darimu, aku takut kau tidak akan mempercayai perkataanku. Inilah kekuatan keluarga kita. Keluarga penyihir”

*

Algeron merangkak diantara rerumputan tepat saat Charlotte menerbangkan barang – barang dikamarnya. Algeron berhenti sejenak dan ingin masuk ke dalam kamar tersebut namun niat itu diurungkannya, mengingat tujuan utamanya kali ini adalah menyelamatkan Edwin serta Lanny. Algeron memutar badannya searah jarum jam. Sedetik kemudian dia telah berada di dalam rumah tua milik Atheos.

“Perlindungannya melemah, cih sepertinya mereka memang menginginkanku kesini” batin Algeron.
Algeron menajamkan pendengarannya. Suara – suara gumaman dan rintihan silih berganti melewati kedua telinganya.

“Ruang tahanan bawah tanah, cara kuno. Dasar orang tua !”

Suara derap langkah sepatu wanita membahana dilorong. Algeron menyandarkan tubuhnya dengan tegap didinding. Andromeda berjalan mantap melewati Algeron. Sekilas matanya melirik ke arah Algeron dengan senyuman licik. Algeron menghembuskan napasnya dengan lega. Dia melirik punggung Andromeda yang menghilang dibelokan lorong. 

Algeron tahu bahwa Andromeda bisa merasakan kehadirannya malam itu karena pada saat itu sedang bulan purnama muda. Kekuatan keluarga Louis akan meningkat sepuluh kali lipat selama masa bulan purnama muda tetapi dibulan purnama setelah ini kekuatan mereka akan melemah. Ditambah lagi mata merah Algeron belum digunakan. Mata itu dapat membantu Algeron untuk melakukan kamuflase kekuatan. Namun karena terburu – buru dia lupa menggunakannya. Jelas kekuatan Andromeda yang sudah diakui bisa merasakannya. Tapi entah mengapa, Andromeda membiarkan Algeron terpaku didinding. Algeron bisa membaca dan menganggap hal itu sebagai tantangan.

“Aku akan menghancurkan keluarga aneh ini !!!! Meskipun nyawaku taruhannya !”

*

Andromeda mengajak Charlotte ke sebuah paviliun kecil di samping rumah itu. Charlotte patuh mengikuti langkah Andromeda yang mantap dan terkesan terlalu bersemangat. Kini mereka berada dihadapan sebuah meja bundar dengan beberapa peralatan aneh yang terukir lambang bunga.

“Charlotte, hari ini kau akan dilatih oleh seorang guru. Nah itu dia” kata Andromeda sambil menunjuk seorang pria dengan wajah putih pucat dan rambut panjang lurus yang tergerai dan diikat dengan pita hitam.

“Berlatih? Tunggu, belum apa – apa aku sudah disuruh untuk berlatih?”

“Tenang”

Pria klimis itu tersenyum, Charlotte pun membalasnya dengan senyuman kecil.

“Pria tua ini, hawanya tidak menyenangkan” batin Charlotte.

Tanpa basa basi, pria itu lalu mengajarkan Charlotte beberapa hal. Dia mengajarkan Charlotte mengendalikan kekuatannya yang terlalu besar dan meledak – ledak menjadi lebih stabil. Pria tua itu juga mengajarkan Charlotte beberapa trik lihai untuk bertarung melawan sesuatu yang buas. Charlotte merasa sangat canggung dan aneh dengan ini semua. Tapi, mendengar perkataan Ibunya bahwa semua ini akan baik – baik saja dan demi dirinya juga Charlotte berusaha tegar.

Charlotte memang mendapatkan darah keluarga yang luar biasa. Dalam waktu singkat dia mulai bisa mengendalikan kekuatan ditubuhnya. Semakin lama firasat Charlotte mengatakan bahwa semua ini berjalan dengan tidak semestinya namun entah mengapa dia tetap patuh pada perintah pria tua itu.

“Cukup untuk hari ini” kata pria itu pada akhirnya.

Tubuh Charlotte kini telah berpeluh. Dia tidak menyangka latihan menjadi seorang penyihir keluarga Louis seberat ini. Charlotte merasa Andromeda dan pria tua itu terburu – buru hingga mereka memforsir Charlotte hingga tengah malam seperti ini.

“Charlotte, selamat ya. Ternyata kau memang berbakat”

“Dia memang penerus keluarga Louis yang sempurna” kata pria tua dengan mata berkilat.

Charlotte tersipu mendengar perkataan pria tua itu. Dia menatap pria itu dengan malu – malu. Charlotte kemudian tersadar bahwa rambut pria itu berwarna perak dan mengkilat. Kilatannya dipantulkan oleh cahaya purnama. Charlotte menanggapi ucapan Andromeda dan pria itu dengan seulas senyuman. Kini dia lebih memilih duduk di salah bangku bulat sementara Andromeda dan pria tua itu berbincang – bincang.

“Ibu, terlihat lebih muda” batin Charlotte saat melihat Andromeda dari jauh.

***

Algeron berhasil masuk ke ruang bawah tanah. Lorong sepanjang tahanan tersebut gelap dan berbau lembab. Algeron meraba – raba sekitar dinding, lumut – lumut yang tadinya menempel didinding kini berpindah pada telapak tangannya. Algeron terus menelusuri jalan itu hingga menemui sebuah jeruji besar dengan rantai berpaku.

“Cih, si tua itu masih saja menggunakan style kuno seperti ini”

Algeron menggerakkan tangan dengan acuh. Terdengar suara desingan seperti kikisan sebuah benda tajam dan besi. Kilatan bunga api keluar dari rantai paku di jeruji. Tak ada perubahan yang terjadi. Jeruji dan rantai paku yang melingkarinya masih kokoh seperti posisinya semula.

“Oh ada yang lain rupanya. Si tua itu mulai berinovasi”

Algeron meremas tangannya dengan kuat. Tubuhnya yang merah tampak semakin merah dan mulai  memanas. Tak berapa lama, kedua bola matanya berubah menjadi merah. Algeron lalu melangkah maju dengan mantap menembus jeruji berantai paku itu.

“Cih, dia ingin mengetesku rupanya”

Algeron terus maju menembus berbagai rintangan yang ada disepanjang lorong ruang bawah tanah hingga akhirnya dia berada di sebuah ruangan berbentuk hexagon dengan masing – masing ruang tahanan disetiap sudutnya.

“Ini pasti ruang tahanan istimewa, melihat bentuknya yang berbeda” gumam Algeron.

“Algeron, kau kah itu?”Edwin muncul dari salah satu ruang tahanan.

Tubuh Edwin terlihat sangat lusuh. Rambutnya yang hitam kelam terlihat acak – acakan. Algeron menghampirinya dengan tatapan iba. Sejak mengenal Edwin, Algeron telah menganggap Edwin seperti anaknya sendiri.

Mata merah Algeron mulai menyala, menandakan amarah yang kian tersulut. Algeron meremukkan jeruji ruang tahanan Edwin dengan paksa. Tak butuh waktu beberpa lama, jeruji ruang tahanan itu pun rusak. Edwin dan Lanny keluar dari ruang tahanan sempit itu.

“Kenapa orang tua ini ada disini? Apa lagi yang dia rencanakan?” tanya Lanny ketus.

“Dia berpihak pada kita” jawab Edwin sambil memeluk Algeron.

“Cih !”

“Sudahlah Lanny. Aku percaya pada Algeron karena dia juga pihak yang tersakiti”

Algeron tersenyum menanggapi ucapan Edwin.

Well well well, sungguh mengharukan sekali keadaan disini” kata Atheos yang muncul mendadak diikuti dengan Andromeda serta Phoeboo dan Phoebee.

“Algeron Reamus ah ataukah kusebut Algeron Louis? Kasihan sekali” tawa Andromeda membuncah.

Algeron memperhatikan wajah ke dua orang bejat yang menyeringai lebar dihadapannya. Algeron mulai menelisik tiap inchi wajah ke dua orang itu. Perubahan jelas terlihat. Terakhir kali bertemu dengan mereka, Algeron tahu pasti wajah ke dua orang itu tidak semuda sekarang.

“Sepertinya kalian telah menyantap hidangan turun temurun keluarga Louis ha?” cibir Algeron.

“Bagaimana ya? Seorang anak kecil dan Ayahnya. Mereka memiliki bulu – bulu keemasan yang halus. Yah seperti serigala” mata Andromeda berkilat jahat.

“APA !!!!” bentak Lanny.

Lanny maju selangkah dan ingin melemparkan sebuah pukulan pada Andromeda namun tubuhnya terlebih dahulu terlempar beberapa ratus meter.

“Bulan purnama muda. SADARKAH KALIAN ?!!” teriak Andromeda sementara Atheos duduk pada sebuah kursi hitam yang muncul dengan tiba – tiba.

Algeron yang melihat hal itupun berlari kencang dengan tangan terkepal dan mata memerah. Dia melemparkan sebuah tinju tepat ke arah perut Andromeda.

“Bertarunglah anak – anakku. Bertarunglah sampai mati !!” desis Atheos.

“Cih ! Harusnya semua tenaganya telah terkuras saat ingin menembus tempat ini” Andromeda terlihat mulai kewalahan.Tangannya melambai ke arah Atheos. Phoeboo dan Phoebee muncul mendadak dalam wujud serigala bermata putih.

“Apa yang terjadi pada mereka? Mata mereka . . . “ batin Algeron.

Dengan lihai Phoeboo dan Phoebee menerkam Algeron. Edwin yang tidak tega melihat hal itu pun mencoba membantu. Namun, semuanya sia – sia karena pada akhirnya Algeron, Edwin, dan Lanny terpekur dibawah ubin bata yang basah.

Atheos tersenyum licik menatap mereka semua sedangkan Andromeda dengan berani melangkah maju kehadapan mereka. Mata Andromeda terlihat bercahaya dengan kemenangan yang sangat ditunggu.

“Kalian keluarga Sparks ! Cih !” Andromeda meludah ke ubin bata lalu melanjutkan, “berani membohongiku dengan kisah cinta palsu. JANGAN TATAP AKU SEPERTI ITU !!! Salah satu turunan keluarga Sparks telah menodai dan membohongiku. MEMBOHONGIKU DENGAN CINTA !! Dan sekarang kau” tangan Andromeda mengangkat dagu Edwin “kau dengan wajahmu yang menyedihkan ini, berani – beraninya menyentuh anakku. TIDAK TAHU MALU !!”

Andromeda mengangkat tangannya dengan lurus dan mengatupkan kelima jarinya dengan rapat. Dia menggerakkan tangannya itu dengan cepat hingga tak kasat mata. Tubuh Edwin mendadak penuh dengan sayatan yang memuncratkan darah kental. Edwin meronta kesakitan. Sayatan itu cukup dalam menembus kulit serta daging ditubuhnya.

Gigi Algeron bergemeretak hebat. Dia semakin marah melihat tingkah Andromeda yang sudah melewati batas. Dia sekuat tenaga mengangkat tubuhnya dari pijakan Phoeboo.

Sreeeekkkkkkk . . .

Dada Algeron tersayat oleh kuku Phoeboo. Algeron tidak memperdulikan dadanya yang tersayat, lalu dengan cepat memukul tengkuk Andromeda yang kaget dan tidak siap menghadapi Algeron.  Andromeda tersungkur ke ubin.  Algeron menatap Andromeda dengan marah dan jijik. Dia tidak ingin menyentuh wanita itu namun hati kecilnya mengatakan bahwa dia harus memberikan wanita ini pelajaran.

Algeron mengangkat tangan kirinya tinggi – tinggi. Dia ingin membuat Andromeda merasakan apa yang telah dirasakan Edwin tadi. Namun, saat Algeron ingin menggerakkan tangannya terdengar sebuah teriakan.

“HENTIKAN !!! APA YANG KAU LAKUKAN PADA IBUKU !!!


continue . . .
- Regards Pipit, menulis dan menggambar karena cinta -

4 komentar:

  1. Seorang Charlotte takut dengan bulan purnama??

    akhir yang ini bener-bener gantung...

    BalasHapus
  2. WHAAA Kakaaak! Nice timing buat mengakhiri part ini!
    Charlotte ya yang teriak itu, tepat pas Algeron mau memberi ibunya pelajaran. Padahal sepertinya si Andromeda itu yang jahat .__.

    Semoga kedatangan Charlotte nggak malah memperparah keadaan, tapi justru sebaliknya. Kuharap >__<

    Selamatkan Edwiiin x|

    BalasHapus
  3. :3 Fera selalu suka yg kayak begini ya hehehehe :)

    makasih udah jadi good reader bahkan sebelum cerita ini mau dijadiin cerbung :D *hug*

    BalasHapus

what do u think, say it !